Share

SEBUAH SIASAT LAIN

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2024-03-19 17:27:12

Jentra kembali ke padepokan para perajurit sandi Medang. Jentra sudah tidak tinggal di vihara sejak pendidikannya dinyatakan selesai dengan baik. Wiku Sasodara bahkan merekomendasikan agar Jentra bisa bergabung di satuan khusus sandi dan melayani Mahamentri I Halu Pangeran Balaputradewa.

Jentra masuk tertatih dengan menahan lukanya yang cukup dalam. Kondisi lukanya yang masih terus berdarah, mengundang teman-temannya untuk membantunya. Salah satunya adalah teman terdekatnya Ginandara.

"Jentra! Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau sampai terluka seperti ini?"Teriaknya panik

"Benar kakang Jentra. Siapa yang bisa melukaimu sampai separah ini?" Sahut Kawindra

"Aku tidak apa-apa!" Jawab Jentra sambil meringis menahan perih.

"Ayo kita bawa dia ke kamarnya." Kata Kawindra

"Ya. Kau harus diobati dengan benar Jentra, supaya lukamu tidak bertambah parah. Beruntung, bikku

Amasu datang untuk menengokmu dan ingin menyampaikan pesan dari wiku Sasodara. Ia menunggumu di ruanganmu." Ginandara menamba
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   CANDRAKANTI

    "Kanti.....Kanti......Kanti!" Teriak Kacaya terengah-engah sambil menaiki bukit.Candrakanti yang tengah mencari rumput menengok asal suara yang memanggilnya. Ia melihat pamannya tampak terengah-engah menyusulnya."Ada apa paman? Mengapa kau berteriak seperti orang yang kebingungan." Tanya Candrakanti"Ayahmu....ayahmu...."Kacaya terbata-bata dan terengah-engah, bukan karena panik namun usianya yang tak muda lagi dengan badan yang tambun di paksa naik bukit."Ayah kenapa? Bertengkar lagi dengan paman soal ayam? Kan sudah saya bilang, jual saja ayam-ayam itu sehingga tidak berkeliaran kemana-mana. Atau buat kandang yang kokoh, biar mereka tidak kabur."Candrakanti menanggapi pamannya dengan tenang seperti biasanya. Namun pamannya melambaikan tangannya seraya mengatur nafas yang tersengal-sengal."Bukan itu! Lalu apa?""Prajurit....prajurit Medang menangkap ayah....ayahmu.""Apa?" Teriak Candrakanti yang seketika membuang sabitnya"Prajurit Medang menangkap ayahmu. Semua yang melawan di

    Last Updated : 2024-03-20
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERHITUNGAN YANG SIA-SIA

    Tekad Candrakanti telah bulat. Pagi-pagi sekali, ia memanfaatkan kesunyian meditasi untuk keluar dari vihara. Ia membawa goloknya dan air untuk bekal. Menembus kabut yang gelap dan hawa yang dingin, sesekali Candrakanti menggosok lengannya yang terbuka kuat-kuat. Ia menerobos hutan menuju ibu kota Medang Poh pitu.Ibu kota Medang adalah tempat yang indah. Berbeda dengan kota Manisa di dekat Sima tempat Candrakanti tinggal. Poh Pitu adalah kota yang ramai meskipun matahari masih belum sepenuhnya bersinar. Dengan bekal informasi yang pernah diceritakan Jentra padanya, ia bisa menemukan padepokan pasukan Sanditaraparan di mana Jentra tinggal dan bertugas. Tempatnya memang bukan di jantung kota, namun di sisi sebelah barat kota dekat perbukitan yang bisa dipakai sebagai tempat latihan berkuda, memanah dan ketangkasan lainnya.Dengan hati-hati, ia mengamati tempat itu. Lalu bertanya pada penjaga tentang Jentra. Ia mengaku sebagai istri Jentra. Penjaga itu segera berlari menuju ruangan Je

    Last Updated : 2024-03-20
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   AMASU

    "Aku tidak mengerti. Mengapa Jentra begitu berkeras untuk minta ditugaskan ke garis depan ekspansi Pengging, padahal ia belum berpengalaman pada perang terbuka." Kata Sasodara pada Amasu."Mungkin justru ia sedang ingin mencari pengalaman, Guru. Bukankah Guru sudah membekali Jentra dengan ilmu-ilmu yang hebat? Mungkin ia ingin mencobanya." Jawab Amasu."Kulihat kau sedikit aneh akhir-akhir ini Amasu?" Wiku Sasodara memastikan dengan memandang Amasu dengan tajam. Amasu menjadi sedikit salah tingkah."Aneh? Aneh bagaimana maksud, Guru?" Jawab Amasu sedikit tergagap"Beberapa hari lalu ada tiga orang perampok yang dihukum mati. Salah satu yang dihukum masih berumur tiga belas tahun bernama Biru. Kakak perempuannya menangisinya tiada henti dan berlutut di alun-alun sampai hari ini jika tidak diusir perajurit jaga. Apakah kepergian Jentra ada hubungannya dengan ini. Hhmm?""Eeehhm...eehhhmm saya tidak tahu, Guru." Jawab Amasu terbata-bata."Amasu!" Teriak Wiku Sasodara"Iya, Guru!" Jawab A

    Last Updated : 2024-03-20
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   MUKJIZAT PUNCAK SADARA

    Hampir setengah hari Amasu dan Jentra menembus hutan Kalisrenggi yang rapat oleh pepohonan hingga puncak. Mereka beristirahat diantara bebatuan besar. Hawa dingin menggigit dan kabut mulai turun. Amasu melangkah beberapa ratus meter lagi ke atas dan ia menemukan sebuah nisan besar. Jentra heran melihat nisan itu, mengingat pada masa itu tak ada orang mati yang dikuburkan .Amasu menggeser batu nisan itu dan tanah di bawahnya bergetar. Sebuah batu besar di samping mereka bergerak membuka. Sebuah tangga ke bawah nampak menuju ruangan yang sangat gelap di dalam tanah. Amasu kemudian menyalakan obor dan menuruni tangga. Jentra mengikutinya.Di sepanjang dinding Amasu menyalakan obor yang tergantung sehingga tempat itu menjadi terang. Di dinding itu juga terukir berbagai posisi orang yang sedang berlatih meditasi dan bela diri. Jentra ternganga."Ini adalah tempat menyimpan abu kakek buyutku. Beliau adalah panglima dari kerajaan Galuh. Beliau sangat sakti. Tak ada yang bisa mengalahkann

    Last Updated : 2024-03-21
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PANGLIMA DENGAN JENTERA BIRU

    Pasukan Jentra telah begitu kelelahan dihajar perajurit Pengging yang ternyata sangat tangguh. Apalagi Panglima perang mereka adalah Randujalak, ahli perang dan jenderal yang berpengalaman. BahkanKaruna Sankara dan Nagarjuna yang menjadi kekuatan utama Medang menghindari pertempuran satu lawan satu dengan Randujalak. Oleh karena itu, sebagai pasukan pelopor Jentra terpaksa berhadapan langsung dengan Randujalak."Hai orang Medang! Apa kalian kehabisan orang hingga mengirim bocah tengik ini melawanku." Teriak Randujalak."Suruh Karuna Sankara atau Nagarjuna menghadapiku. Jangan menghantar nyawa pemuda malang ini." Kata Randujalak menghina."Sudahlah Randujalak. Tidak usah berteriak-teriak. Lawanlah saja aku jika kau bisa. Aku Jentra Kenanga, pimpinan pasukan pelopor. Aku tidak akan mundur menghadapimu." Jawab Jentra"Baiklah! Bersiaplah untuk mati. Sebenarnya aku merasa sayang padamu. Kau masih begitu muda dan tampan, apalagi jika tanpa parut di wajahmu itu."Ejek Randujalak."Parut di

    Last Updated : 2024-03-23
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   MISI RAHASIA

    "Kakang....kakang...., bangun." Kata Rukma perlahan. "Ya Rukma, ada apa?" Tanya Jentra dengan mata yang masih terasa berat. Kenangan yang telah mengganggunya selama tiga tahun terakhir belum terhapuskan, membuatnya susah tidur. Apalagi saat ia kembali dari medan perang, ia tidak menemukan Candrakanti di rumah yang diberikannya. Kata Amasu, Candrakanti memilih untuk tinggal bersama kerabatnya entah dimana bersama dengan anak di dalam kandungannya. Ia menolak semua kebaikan yang diberikan Jentra. Setengah sadar Jentra mengerjapkan matanya. Rukma menunggu Jentra benar-benar telah bangun baru menjawab pertanyaan Jentra. " Kang Jentra, ada tamu di depan." Jawab Rukma. "Baik. Mintalah mereka menunggu. Aku akan mencuci muka dulu."Kata Jentra. Rukma mengangguk. Ia kemudian menemui kedua tamu Jentra dan mempersilahkan mereka untuk duduk. Rukma yang telah terbiasa dengan pekerjaan rumah di desanya, dengan mudah beradaptasi di rumah Jentra. Tanpa diperintah-pun ia juga menyiapkan air minu

    Last Updated : 2024-03-25
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERSIAPAN YANG MELELAHKAN

    "Mengapa Pangeran Balaputeradewa begitu berkeras ingin mendapatkan Mustika itu, Amasu?"Tanya Jentra"Aku juga tidak tahu, Jentra. Tapi sepertinya Pangeran ingin mengusai tanah Walaing di Kewu Selatan (Daerah perbukitan Bokoharjo Saat ini). Jika beliau berhasil menguasinya, tempat itu adalah pijakan bagus untuk menyerang Kedu. Tapi ini hanya perkiraanku saja, ya. Aku tidak berani berspekulasi lebih jauh. Namun membayangkan menjadi Chakrawartin yang dihormati raja-raja di seluruh wilayah bahkan dunia tentu bukan cita-cita yang kecil, mengingat Yang Mulia Maharaja tidak memiliki seorang putra." Kata Amasu"Hhhhmmm.....,itu menjadi hal yang mempersulit kedudukan kita. Di satu sisi kita mengabdi pada negara yang artinya tunduk pada Maharaja Rakai Garung, tapi sebagai Panglima pasukan Sandi harus tunduk kepada Pangeran Balaputeradewa. Jika keduanya harus berhadapan di medan tempur, kita akan memilih siapa? Aku juga kesulitan di dalam penugasan kali ini. Mengikuti perintah Pangeran Balaputer

    Last Updated : 2024-03-25
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   GEGER TANAH WALAING

    Mpu Pugat Liwung murka ketika mendengar lontar milik leluhurnya tergadai oleh brahmana yang dipercaya menyimpannya. Bertahun-tahun keluarga Rakai Walaing menjaganya sebagai warisan rahasia yang kelak akan diberikan pada penguasa Medang yang sah dari keturunan Sanjaya, Rakai Panaraban. "Ranuhmaya bagaimana kita bisa kebobolan? Kau tahu betapa berharganya lontar itu bagi kebesaran Medang dan wangsa kita? Sekarang kita harus diam dan menahan diri diperintah oleh Rakai Garung, keturunan tidak sah wangsa Sanjaya. Sekarang dengan segala tipu daya, mereka mengambil milik kita yang paling berharga yaitu Lontar Anarghya." Kata Pugat Liwung. "Maafkan keteledoran saya, ayahanda. Karena tidak setiap kali saya memeriksa keadaan lontar itu. Saya pikir semuanya beres dan tertata seperti lontar-lontar lainnya." Jawab Ranuhmaya dengan wajah tegang dan sedih. "Kakek, apa isi lontar Anarghya itu? Mengapa semua orang begitu panik?" Tanya Mpu Kumbhayoni yang sedikit tidak terima ketika kakeknya memarah

    Last Updated : 2024-03-26

Latest chapter

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH HUKUMAN

    Balaputerdewa dihadapkan pada majelis Pamgat yang dipimpin oleh Maharaja sendiri.Jentra, Rukma, Amasu dan Sasodara yang hadir di situ terpekur dengan sedihnya. Sebagai Mahamentri, kedatangan Balaputeradewa dikawal dan dijaga ketat oleh pasukan kawal istana maupun para Sanditaraparan. Namun kehadirannya dalam majelis itu masih diperkenankan memakai pakaian kebesarannya.Wiku Wirathu membuka sidang dengan pembacaan sutera dan segera setelahnya, para Pamgat yang terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan para Wiku duduk baik sebagai penuntut maupun sebagai pembela. Banyak Pangeran sepuh wangsa Syailendra yang berdiri dibelakang Sang Mahamentri I Halu. Tapi yang muda lebih banyak menentangnya karena fanatisme wangsa dianggap sebagai pemahaman kuno yang sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara hakim yang mengadili adalah Maharaja sendiri di dampingi, Mahamentri I Hino yang dalam hal ini diwakili Rakai Pikatan, Wiku Wirathu dan Wiku Sasodara.Semua tuntutan dibacakan untuk m

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   RUNTUHNYA SANG BALAPUTERADEWA

    Ternyata kekuatan tentara Walaing, benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan pasukan Medang. Mereka menggulung kekuatan tentara Walaing seperti badai menelan segala yang dilewatinya, meskipun pesan Sang Rakai adalah tidak membunuh tapi hanya melumpuhkan saja. Welas asih dan dhamma yang diajarkan para Wiku ternyata begitu merasuk dalam hati Sang Pikatan sehingga peperangan yang dilakukan-pun seminimal mungkin membawa korban jiwa.Sementara Jentra menyusup memasuki kedaton Walaing yang telah mulai terbakar api. Rupanya Sang Balaputeradewa-pun telah bertekad untuk melakukan puputan yang artinya bahwa jika ia kalah maka ia akan menghadapi mahapralaya itu dengan kematiannya sendiri. Saat Balaputeradewa melihat pasukan belakangnya telah mencapai ambang kehancuran dan tentara musuh mulai menjejakan kaki ke halaman istananya. Ia telah mulai mencabut pedang dan kerisnya siap menjemput maut sebagai seorang ksatria dan Mahamentri wangsa besar yang dibanggakannya."Berhenti tuanku. Dul

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PUPUTAN

    "Gusti, apa Gusti akan yakin akan melakukan perang Puputan. Sekali lagi hamba mohon Gusti, jangan gegabah memutuskan untuk perang puputan. Gusti harus ingat bahwa di Walaing, bukan hanya peninggalan Walaing saja yang harus tuanku jaga. Tetapi di Walaing ada Abhaya Giri Wihara peninggalan Syailendra Wangsa Tilaka yang lainnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Apa Gusti akan membiarkan putera wangsa Sanjaya menghancurkannya hingga rata dengan tanah." Aswin menyembah hingga hidungnya menempel ke tanah."Tetapi ini adalah masalah harga diri dan kehormatan Aswin. Apa kau rela kita akan hidup sebagai orang yang kalah dan dicemoohkan setiap kali? Itu-pun kalau Sri Maharaja Samarattungga tidak menghukum mati kita juga. Jadi apa bedanya Aswin?" Sahut Balaputeradewa saat bersiap untuk kembali ke Walaing."Permohonan saya, Iswari dan Karmika tetap sama Gusti. Lebih baik kita kehilangan harga diri dan kehormatan daripada kita berdosa kepada leluhur wangsa Syailendra. Apalagi putra tuanku masi

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERMATA WANGSA SYAILENDRA

    Pangeran Balaputeradewa menembus kabut tebal dan dinginnya malam untuk menyambut kedua buah hatinya. Bersama Aswin ia berkuda tanpa atribut sebagai seorang Mahamentri. Pengawal yang menyertainya juga hanya enam sampai tujuh orang saja, juga tanpa atribut sebagai perajurit tapi menyamar sebagai warga biasa."Apakah tempat itu sangat jauh Aswin?" Tanya Pangeran Balaputeradewa."Ya tuanku. Tapi dengan berkuda cepat seperti ini saya memperkirakan tengah malam kita akan sampai." Jawab Aswin."Aku tidak bisa meninggalkan Walain terlalu lama, karena kakak iparku Samarattungga pasti sudah tidak sabar untuk memotong kepalaku ini." Jawab pangeran Balaputeradewa."Jangan berpikir yang buruk tuanku. Apalagi di saat tuanku memiliki putra. Anggaplah keduanya hadiah dari Yang Maha Agung sehingga kelak akan menjadi permata wangsa Syailendra. Saya rasa tuanku Samarattungga tidak akan segera menyerang saat fajar menyingsing karena mengerahkan puluhan ribu pasukan bukanlah hal mudah." Aswin mencoba mene

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERLAWANAN TERAKHIR SANG PANGERAN

    Aswin mengikuti Pangeran Balaputeradewa ke bangsal agung Perdikan Walaing. Seluruh pasukan telah dimobilisasi, namun warga asli Walaing memilih untuk menyembunyikan diri di gua-gua yang tersebar di pesisir Walaing. Mereka ketakutan jika peristiwa pembantaian beberapa tahun lalu terjadi lagi."Atreya! Atreya!" Teriak Pangeran Balaputeradewa memanggil orang kepercayaan untuk menghadap. Atreya tergopoh-gopoh datang dan menyembah."Sembah hamba paduka Mahamentri I halu. Tuanku sudah kembali. Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku?" Tanya Atreya. "Perkuat pertahanan dan tutup semua jalan menuju Walaing. Siagakan semua tentara cadangan, pasukan gajah dan pasukan berkuda." Kata Sang pangeran."Baik paduka. Tapi siapa musuh kita kali ini hingga semua sumber daya dikerahkan?"TanyaAtreya."Apa pedulimu lakukan saja. Kita akan berperang melawan orang-orang Kedu. Orang-orang Samarattungga." Jawab Pangeran Balaputeradewa tanpa rasa hormat.Atreya seketika bersujud di bawah kaki Sang pangeran, b

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KELAHIRAN KEMBALI

    Rukma memacu kudanya menuju rumah Sriti, namun di dalam perjalanan ia harus berhadapan dengan sisa-sisa pasukan Pangeran Balaputeradewa. Mereka mencegat Rukma dan menghentikan kudanya."Berhenti ki sanak. Kau orang dari Kedu mau melintas ke mana?" tanya salah seorang prajurit."Aku hendak masuk ke dalam kota, apa pedulimu?" Rukma balik bertanya."Apakah kau tidak tahu bahwa kekacauan sedang terjadi sehingga tidak seorang-pun boleh melintas wilayah ini." Kata prajurit yang lain lagi."Istriku hendak melahirkan, jadi kau ijinkan atau tidak kau ijinkan aku akan tetap lewat wilayah ini. Lagipula wilayah ini masih merupakan wilayah Kedu jadi mengapa kau menghalangiku." Kata Rukma sambil menarik tali kekang kudanya sehingga kudanya berdiri dengan dua kaki naik ke atas dan hendak menendang prajurit di hadapannya. Prajurit itu-pun mundur, dan saat ada jalan Rukma langsung menghela kudanya."Dia lari, kejar!" teriak prajurit-prajurit itu, sambil melemparkan tombak ke arah Rukma. Namun Rukma be

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   LUKA SANG PANGLIMA

    Jentra Kenanga dan Kunara Sancaka mulai kewalahan menghadapi ribuan anak panah yang dilepaskan pasukan Mahamentri I Halu. Tembok air yang mereka gunakan untuk menahan panah-panah itu mulai tergerus dan panah-panah mulai menembusi tubuh mereka. Melihat keadaan semakin genting, Rakai pikatan tidak tinggal diam, Ia merapalkan mantra kekuatan pengendalian tanahnya."Rana bantala!" Teriaknya. Seketika tanah di bawah panggung di mana pasukan pemanah Mahamentri I Halu terangkat dan memutar. Pasukan panah itu-pun mulai panik. Namun Mahamentri I Halu memerintahkan untuk terus menghujani mereka dengan panah-panah itu.Rakai Pikatan meningkatkan kapasitas energinya hingga akhirnya tidak hanya tanah tempat pijakan mereka yang bergerak dan memutar, namun batu-batu besar yang terpendam mulai melayang ke permukaan. Batu-batu besar itu mulai menyerang pasukan-pasukan panah itu seperti peluru yang ditembakan. Wiku Sasodara yang ada disitu juga tidak tinggal diam, ia-pun mulai juga bergerak untuk men

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PEMILIK MUSTIKA UDARATI

    Perkawinan Agung antara Rakai Pikatan dengan Mahamentri I Hino benar-benar diselenggarakan dengan meriah. Banyak tamu yang hadir dalam perhelatan yang diselenggarakan selama hampir satu bulan. Rakyat-pun ikut menikmati kemeriahan pesta yang diselenggarakan istana dan mereka bisa menikmati aneka makanan serta jajanan gratis."Aku senang seluruh rakyat dapat menikmati pesta yang menyenangkan ini. Hanya semua pasti ada akhirnya bukan? Tidak selamanya kita akan berpesta. " Kata Andaka pada Kelwang, Munding dan Rukma."Benar. Tapi puncak acara yang sangat ditunggu adalah pemberian berkat bagi pengantin dari para Wiku. Aku jadi penasaran saja apa yang akan menjadi hadiah Wiku Wirathu dan Sasodara nanti bagi kedua mempelai." Rukma memang sedang bertanya-tanya apakah Wiku Sasodara benar-benar akan memberikan mustika Udarati pada kerajaan Medang atau justru menyimpannya untuk Pangeran Balaputeradewa."Kau benar Kakang Rukma. Aku juga sangat penasaran dan jika tidak salah. Puncaknya adalah mala

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERNIKAHAN AGUNG

    Bangunan suci di Bhumi Sambhara telah diresmikan. Semua orang berbahagia terutama para Wiku karena Bhumi Sambhara akan menarik banyak orang untuk datang dan bersembahyang di tempat suci itu. Sehingga persembahyangan itu tidak hanya mendatangkan berkat dari doa-doa mereka yang berziarah namun sekaligus akan menjadi pemicu peningkatan ekonomi Medang dari perdagangan dan wisatanya."Wiku Sasodara sekarang sampailah kita pada pemberian hadiah pada Silpin Agung yang telah menyelesaikan pembangunan Bhumi Sambhara Budura. Aku akan menganugerahkan gelar Rakai dan akan kuberikan wilayah Kailasa kepadanya." Maharaja Samarattungga bertitah. Mendengar berita itu Sang putri Dyah Meitala dan putranya Pikatan langsung berlutut. Warisan ayah mereka akhirnya kembali lagi kepadanya. "Mulai hari ini silpin Agung Medang akan bergelar Rakai, dan akan disebut sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu yang akan menguasai Keilasa dan sekitarnya di wilayah Kewu. Kami semua warga Medang berterima kasih kepadanya atas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status