Share

RARAS HAYU

Penulis: Alexa Ayang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 23:02:29

Pasukan Sanditaraparan yang sebenarnya beranggotakan pria saja. Namun atas bujukan Pangeran Aswangga dan Ghek Sang, Rakai Garung membentuk devisi wanita, dan tidak di bawah Mahamentri I Halu melainkan di bawah Sri Kahulunan langsung sebagai pengawal permaisuri dan Mahamenteri I Hino atau putri mahkota. Bagi para Sanditaraparan pria, keberadaan para wanita ini lebih menjadi pengganggu tugas mereka daripada membantu apa yang seharusnya dilakukan.

Pendapat ini tidak salah karena perekrutan yang tergesa-gesa. Pelatihan yang tidak intensif dan prilaku manja dari para anggotanya yang sebagian terdiri dari dayang istana dan putri-putri pejabat rendahan yang tidak terlatih. Ketahanan mereka-pun buruk apalagi jika berkaitan dengan tugas-tugas di alam liar. Mereka takut serangga, binatang melata dan hal-hal menjijikan lainnya.

Dari banyaknya Sanditaraparan yang direkrut hanya enam orang saja yang sebenarnya memiliki kualifikasi untuk dapat benar-benar dilatih menjadi pasukan khusus mata-mata i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERTUNJUKAN KEMAMPUAN

    Wiku Sasodara dan Amasu tiba di tempat latihan menjelang tengah hari. Namun yang mengagetkan adalah Wiku Sasodara membawa juga Jentra Kenanga, Kawindra, Gananendra dan Rukma. Keempatnya diminta khusus dari Pangeran Balaputeradewa untuk membagikan kemampuannya di dalam seni beladiri yang dimiliki para Sanditaraparan pria. Harapannya agar kemampuan para wanita anggota pasukan khusus ini tidak berbeda terlalu jauh, mengingat memang devisi khusus ini terdiri dari banyak wanita dengan latar belakang yang berbeda dan juga kemampuan menangkap pelajaran yang tidak sama. Wiku Sasodara ingin memberikan beberapa perbandingan meskipun mereka tetap akan menjadi devisi terpisah yang memiliki aturan masing-masing. Para Sanditaraparan wanita ini seolah memang kehilangan fokusnya, bukan hanya karena sebagian dari mereka memang kurang tertarik pada olah kanuragan dan keperajuritan namun juga karena mereka terpesona oleh pemandangan pada para Sanditaraparan pria yang memiliki tubuh bagus dan wajah tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KEBENCIAN DAN CINTA

    Usai berlatih, Candrakanti berusaha untuk menghindar dari Jentra, namun ia tidak kuasa untuk pergi begitu saja. Bukan saja karena ia adalah pemimpin pasukan yang harus memberikan contoh disiplin, namun juga karena Amasu dan para anggota Sanditaraparan pria seolah mendorong Jentra untuk dekat dengannya. "Datanglah malam ini di hutan Ganggeya." Kata Jentra sambil memegang lembut siku Candrakanti dan berbisik di telinganya. "Untuk apa?" Tanya Candrakanti dingin. "Kau adalah pemimpin pasukan. Kemampuanmu masih di bawah rata-rata dari pasukan sandi yang seharusnya. Untuk melindungi dirimu saja kau akan kesulitan. Apalagi melindungi Yang Mulia Sri Kahulunan dan Mahamentri I Hino. Dengar! Ini bukan hanya masalah bahaya yang mengancam junjungan kita. Tetapi ada permainan politik yang tidak kau mengerti, dimana ada kemungkinan para Sanditaraparan akan saling berhadapan melawan anggota mereka sendiri."Bisik Jentra. "Mengapa kau memberitahuku?"Tanya Candrakanti lagi "Karena aku tidak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   DALAM KELAMNYA MALAM

    Candrakanti mengendap-endap diantara pepohonan hutan. Ia datang di hutan Ganggeya tepat seperti yang diperintahkan Jentra secara diam-diam. Ia sendiri sebenarnya enggan untuk datang, namun rasa penasarannya membuat hatinya menolak untuk tinggal berdiam diri di rumah. "Dimana dia?"Tanyanya dalam hati "Katanya menunggu di bawah pohon Trembesi besar. Tetapi mengapa ia tidak ada? Apa dia hanya ingin mempermainkanku?"Tanya Candrakanti lagi di dalam hati. Tiba-tiba ia merasa pinggangnya di peluk seseorang. Candrakanti seketika meronta. Orang yang memeluknya-pun melepaskan pegangannya sehingga Candrakanti terjatuh. Orang itu mengulurkan tangannya untuk menolongnya. "Kakang Jentra! Kau mengejutkanku saja." Kata Candrakanti kesal. "Kau harus tetap waspada, Kanti. Meskipun aku telah menyepakati suatu tempat, sebagai seorang anggota perajurit sandi kau tidak boleh gegabah langsung menuju tempat itu. Kau harus memeriksa keadaan dan kau harus yakin kau tidak sedang diikuti seseorang."Kata Jen

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-13
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PENGKHIANATAN

    Raras Hayu tertunduk sedih di hadapan Mpu Kumbhayoni dan seluruh prajurit muda perdikan Walaing. Ia merasa misi yang dibebankan kepadanya telah gagal. "Sungguh memalukan. Kami menyusupkanmu ke istana bukan untuk bersenang-senang. Masa hanya sekedar memastikan bahwa lonthar Anarghya ada pada Panglima Jentra atau tidak saja, kau tidak mampu memastikannya." Kata Mpu Kumbhayoni murka. "Maaf, Gusti! Saya telah bersungguh-sungguh mengikuti gerak-gerik baik Nyimas Candrakanti maupun Panglima Jentra. Namun mereka jauh lebih cerdik dan sakti daripada hamba. Kemampuan pengendalian api hamba-pun masih sangat terbatas sehingga dengan mudah panglima Jentra menjebak saya dan Dharitri."Jawab Raras Hayu. "Dengan kata lain kau ketahuan sedang menguntit mereka. Pintar sekali. "Kata Gaurika dengan wajah masam "Lagipula untuk apa kau mengajak teman ketika menguntit Panglima Jentra? Apa kau tidak sadar bahwa bisa saja Dharitri ini yang justru membocorkan rencana-rencana kita. Dasar Bodoh."Lanjut Ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KERESAHAN SANG PANGERAN

    "Sudahlah Gusti. Tidak perlu begitu resah berpikir mengenai mustika itu. Apalagi jika Sang Maharaja menginginkannya. Coba Gusti pikirkan. Hampir semua Raja menyuruh orang-orang terbaiknya memburu mustika itu, dan akhirnya mustika tidak di dapatkan namun orang-orang terbaik itu menghilang di Gunung Udarati. Andaikata ada yang kembali, kondisi fisik dan jiwanya sangat kacau." Bujuk Wiku Sasodara "Aku tahu, Guru. Tetapi aku sangat ingin menjadi Chakrawartin, aku tidak ingin terus menerus hidup di bawah kebesaran kakak iparku dan di bawah perlindungan kakak perempuanku. Setiap kali hanya berharap bahwa kelak takhta Medang akan sampai padaku. Tapi kapan dan bagaimana adalah pertanyaanku setiap hari. Apakah aku harus menunggu hingga rambut ini memutih?"Jawab Pangeran Balaputradewa mengesah. Wiku Sasodara tersenyum sambil memainkan kebutan berwarna putih yang terbuat dari serat sutra. Bagaimanapun Pangeran Balaputradewa masih sangatlah muda. Usianya masih di awal dua puluhan maka sangat waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SERANGAN TAK TERDUGA

    "Kemana saja sih Kakang Jentra? Sampai larut begini belum pulang juga." Kata Sriti gelisah. "Kalau Yu Sriti sudah mengantuk, tidur saja dulu. Nanti biar saya yang membuka pintu buat Kang Jentra." Jawab Rukma. Sriti cemberut dan membuang muka, lalu menjatuhkan tubuh sintalnya ke balai-balai di ruangan tengah rumah Jentra yang besar dan luas. "Aaah, kamu anak kecil tahu apa sih! Suka ikut campur saja kau ini." Jawab Sriti ketus "Yu, Kang Jentra itu tidak mesti pulangnya. Kadang tengah malam, kadang juga tidak pulang. Kalau saya sudah biasa menunggunya di sini. Jadi Yayu tidur saja dulu. Toh Kang Jentra juga selalu membawa kunci rumah. Andaikata tidak-pun, ia bisa masuk lewat mana saja." Rukma memberikan informasi sambil sedikit meledek Sriti. "Jadi percuma aku memasak begitu enak. Yang ditunggu tidak pulang juga." Kata Sriti "Sebenarnya itu juga tidak perlu, Yu. Kakang Jentra jarang makan di rumah. Andaikata makan-pun, ia juga akan makan yang ringan-ringan seperti kacang rebus at

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KEJUTAN DI TENGAH MALAM

    "Ada apa ini? Kenapa rumah terlihat berantakan? Rukma.... kau kenapa?" Pertanyaan Jentra bertubi-tubi pada Rukma yang saat ini sedang meringis kesakitan. Jentra kemudian mendekati Rukma dan memeriksa lukanya. Rupanya pukulan api Ganika menyerempet kulit lengan Rukma dan menyebabkan luka bakar yang terus menyebar. Rukma sendiri tidak menyadari awalnya. Namun ketika lengannya terasa terbakar ia mulai merasakan kesakitan yang luar biasa. "Tapak Geni." Kata Jentra. Sriti yang tergopoh-gopoh membawa kain dan air untuk mengompres lengan Rukma, namun di tepis oleh Jentra hingga airnya tumpah. "Jangan basuh dengan air. Itu akan memperparah lukanya. Ambil saja sutera bersih untuk membalutnya nanti." Perintah Jentra. "Baik. Maafkan saya." Kata Sriti sambil pergi mencari pembebat sutera yang dimaksud Jentra. "Bagaimana kau mendapatkan luka seperti ini? Hanya pengendali api yang cukup tangguh bisa menyebabkan kulitmu hancur terbakar seperti ini. Apakah kau berselisih dengan pembesar Walaing

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH PENGAKUAN

    Perlahan Rukma mulai pulih. Hal ini melegakan baik Amasu maupun Jentra. Bagaimanapun penyerangan Walaing ke rumah Jentra adalah hal yang memang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu baik Jentra maupun Amasu yang mengetahui benar dimana lonthar Anarghya itu akan merasa sangat bersalah jika Rukma menjadi korbannya. "Nimas Sriti. Bisakah kau membuatkan bubur untuk kami? Kami tahu kau lelah. tetapi kami juga sangat lapar dan harus segera menjalankan tugas berikutnya. Jadi kalau kau tidak keberatan untuk membuatkan kami sarapan, kami akan berterima kasih." Kata Wiku Sasodara. "Tapi jangan ditambah bubuk Purwaceng, ya."Kata Rukma dengan suara yang masih lemah. "Kau ini!" Sriti melotot kepada Rukma. Rukma nyengir sedikit karena tahu Sriti tak akan berani memukulnya. Sementara Amasu menahan tertawanya. Saat Sriti pergi. Wiku Sasodara memandang Jentra dan Amasu dengan tajam. Sementara tangannya menyentuh tengkuk Rukma supaya ia tertidur. Sasodara menggunakan aji sirep angin agar Rukm

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17

Bab terbaru

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH HUKUMAN

    Balaputerdewa dihadapkan pada majelis Pamgat yang dipimpin oleh Maharaja sendiri.Jentra, Rukma, Amasu dan Sasodara yang hadir di situ terpekur dengan sedihnya. Sebagai Mahamentri, kedatangan Balaputeradewa dikawal dan dijaga ketat oleh pasukan kawal istana maupun para Sanditaraparan. Namun kehadirannya dalam majelis itu masih diperkenankan memakai pakaian kebesarannya.Wiku Wirathu membuka sidang dengan pembacaan sutera dan segera setelahnya, para Pamgat yang terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan para Wiku duduk baik sebagai penuntut maupun sebagai pembela. Banyak Pangeran sepuh wangsa Syailendra yang berdiri dibelakang Sang Mahamentri I Halu. Tapi yang muda lebih banyak menentangnya karena fanatisme wangsa dianggap sebagai pemahaman kuno yang sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara hakim yang mengadili adalah Maharaja sendiri di dampingi, Mahamentri I Hino yang dalam hal ini diwakili Rakai Pikatan, Wiku Wirathu dan Wiku Sasodara.Semua tuntutan dibacakan untuk m

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   RUNTUHNYA SANG BALAPUTERADEWA

    Ternyata kekuatan tentara Walaing, benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan pasukan Medang. Mereka menggulung kekuatan tentara Walaing seperti badai menelan segala yang dilewatinya, meskipun pesan Sang Rakai adalah tidak membunuh tapi hanya melumpuhkan saja. Welas asih dan dhamma yang diajarkan para Wiku ternyata begitu merasuk dalam hati Sang Pikatan sehingga peperangan yang dilakukan-pun seminimal mungkin membawa korban jiwa.Sementara Jentra menyusup memasuki kedaton Walaing yang telah mulai terbakar api. Rupanya Sang Balaputeradewa-pun telah bertekad untuk melakukan puputan yang artinya bahwa jika ia kalah maka ia akan menghadapi mahapralaya itu dengan kematiannya sendiri. Saat Balaputeradewa melihat pasukan belakangnya telah mencapai ambang kehancuran dan tentara musuh mulai menjejakan kaki ke halaman istananya. Ia telah mulai mencabut pedang dan kerisnya siap menjemput maut sebagai seorang ksatria dan Mahamentri wangsa besar yang dibanggakannya."Berhenti tuanku. Dul

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PUPUTAN

    "Gusti, apa Gusti akan yakin akan melakukan perang Puputan. Sekali lagi hamba mohon Gusti, jangan gegabah memutuskan untuk perang puputan. Gusti harus ingat bahwa di Walaing, bukan hanya peninggalan Walaing saja yang harus tuanku jaga. Tetapi di Walaing ada Abhaya Giri Wihara peninggalan Syailendra Wangsa Tilaka yang lainnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Apa Gusti akan membiarkan putera wangsa Sanjaya menghancurkannya hingga rata dengan tanah." Aswin menyembah hingga hidungnya menempel ke tanah."Tetapi ini adalah masalah harga diri dan kehormatan Aswin. Apa kau rela kita akan hidup sebagai orang yang kalah dan dicemoohkan setiap kali? Itu-pun kalau Sri Maharaja Samarattungga tidak menghukum mati kita juga. Jadi apa bedanya Aswin?" Sahut Balaputeradewa saat bersiap untuk kembali ke Walaing."Permohonan saya, Iswari dan Karmika tetap sama Gusti. Lebih baik kita kehilangan harga diri dan kehormatan daripada kita berdosa kepada leluhur wangsa Syailendra. Apalagi putra tuanku masi

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERMATA WANGSA SYAILENDRA

    Pangeran Balaputeradewa menembus kabut tebal dan dinginnya malam untuk menyambut kedua buah hatinya. Bersama Aswin ia berkuda tanpa atribut sebagai seorang Mahamentri. Pengawal yang menyertainya juga hanya enam sampai tujuh orang saja, juga tanpa atribut sebagai perajurit tapi menyamar sebagai warga biasa."Apakah tempat itu sangat jauh Aswin?" Tanya Pangeran Balaputeradewa."Ya tuanku. Tapi dengan berkuda cepat seperti ini saya memperkirakan tengah malam kita akan sampai." Jawab Aswin."Aku tidak bisa meninggalkan Walain terlalu lama, karena kakak iparku Samarattungga pasti sudah tidak sabar untuk memotong kepalaku ini." Jawab pangeran Balaputeradewa."Jangan berpikir yang buruk tuanku. Apalagi di saat tuanku memiliki putra. Anggaplah keduanya hadiah dari Yang Maha Agung sehingga kelak akan menjadi permata wangsa Syailendra. Saya rasa tuanku Samarattungga tidak akan segera menyerang saat fajar menyingsing karena mengerahkan puluhan ribu pasukan bukanlah hal mudah." Aswin mencoba mene

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERLAWANAN TERAKHIR SANG PANGERAN

    Aswin mengikuti Pangeran Balaputeradewa ke bangsal agung Perdikan Walaing. Seluruh pasukan telah dimobilisasi, namun warga asli Walaing memilih untuk menyembunyikan diri di gua-gua yang tersebar di pesisir Walaing. Mereka ketakutan jika peristiwa pembantaian beberapa tahun lalu terjadi lagi."Atreya! Atreya!" Teriak Pangeran Balaputeradewa memanggil orang kepercayaan untuk menghadap. Atreya tergopoh-gopoh datang dan menyembah."Sembah hamba paduka Mahamentri I halu. Tuanku sudah kembali. Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku?" Tanya Atreya. "Perkuat pertahanan dan tutup semua jalan menuju Walaing. Siagakan semua tentara cadangan, pasukan gajah dan pasukan berkuda." Kata Sang pangeran."Baik paduka. Tapi siapa musuh kita kali ini hingga semua sumber daya dikerahkan?"TanyaAtreya."Apa pedulimu lakukan saja. Kita akan berperang melawan orang-orang Kedu. Orang-orang Samarattungga." Jawab Pangeran Balaputeradewa tanpa rasa hormat.Atreya seketika bersujud di bawah kaki Sang pangeran, b

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KELAHIRAN KEMBALI

    Rukma memacu kudanya menuju rumah Sriti, namun di dalam perjalanan ia harus berhadapan dengan sisa-sisa pasukan Pangeran Balaputeradewa. Mereka mencegat Rukma dan menghentikan kudanya."Berhenti ki sanak. Kau orang dari Kedu mau melintas ke mana?" tanya salah seorang prajurit."Aku hendak masuk ke dalam kota, apa pedulimu?" Rukma balik bertanya."Apakah kau tidak tahu bahwa kekacauan sedang terjadi sehingga tidak seorang-pun boleh melintas wilayah ini." Kata prajurit yang lain lagi."Istriku hendak melahirkan, jadi kau ijinkan atau tidak kau ijinkan aku akan tetap lewat wilayah ini. Lagipula wilayah ini masih merupakan wilayah Kedu jadi mengapa kau menghalangiku." Kata Rukma sambil menarik tali kekang kudanya sehingga kudanya berdiri dengan dua kaki naik ke atas dan hendak menendang prajurit di hadapannya. Prajurit itu-pun mundur, dan saat ada jalan Rukma langsung menghela kudanya."Dia lari, kejar!" teriak prajurit-prajurit itu, sambil melemparkan tombak ke arah Rukma. Namun Rukma be

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   LUKA SANG PANGLIMA

    Jentra Kenanga dan Kunara Sancaka mulai kewalahan menghadapi ribuan anak panah yang dilepaskan pasukan Mahamentri I Halu. Tembok air yang mereka gunakan untuk menahan panah-panah itu mulai tergerus dan panah-panah mulai menembusi tubuh mereka. Melihat keadaan semakin genting, Rakai pikatan tidak tinggal diam, Ia merapalkan mantra kekuatan pengendalian tanahnya."Rana bantala!" Teriaknya. Seketika tanah di bawah panggung di mana pasukan pemanah Mahamentri I Halu terangkat dan memutar. Pasukan panah itu-pun mulai panik. Namun Mahamentri I Halu memerintahkan untuk terus menghujani mereka dengan panah-panah itu.Rakai Pikatan meningkatkan kapasitas energinya hingga akhirnya tidak hanya tanah tempat pijakan mereka yang bergerak dan memutar, namun batu-batu besar yang terpendam mulai melayang ke permukaan. Batu-batu besar itu mulai menyerang pasukan-pasukan panah itu seperti peluru yang ditembakan. Wiku Sasodara yang ada disitu juga tidak tinggal diam, ia-pun mulai juga bergerak untuk men

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PEMILIK MUSTIKA UDARATI

    Perkawinan Agung antara Rakai Pikatan dengan Mahamentri I Hino benar-benar diselenggarakan dengan meriah. Banyak tamu yang hadir dalam perhelatan yang diselenggarakan selama hampir satu bulan. Rakyat-pun ikut menikmati kemeriahan pesta yang diselenggarakan istana dan mereka bisa menikmati aneka makanan serta jajanan gratis."Aku senang seluruh rakyat dapat menikmati pesta yang menyenangkan ini. Hanya semua pasti ada akhirnya bukan? Tidak selamanya kita akan berpesta. " Kata Andaka pada Kelwang, Munding dan Rukma."Benar. Tapi puncak acara yang sangat ditunggu adalah pemberian berkat bagi pengantin dari para Wiku. Aku jadi penasaran saja apa yang akan menjadi hadiah Wiku Wirathu dan Sasodara nanti bagi kedua mempelai." Rukma memang sedang bertanya-tanya apakah Wiku Sasodara benar-benar akan memberikan mustika Udarati pada kerajaan Medang atau justru menyimpannya untuk Pangeran Balaputeradewa."Kau benar Kakang Rukma. Aku juga sangat penasaran dan jika tidak salah. Puncaknya adalah mala

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERNIKAHAN AGUNG

    Bangunan suci di Bhumi Sambhara telah diresmikan. Semua orang berbahagia terutama para Wiku karena Bhumi Sambhara akan menarik banyak orang untuk datang dan bersembahyang di tempat suci itu. Sehingga persembahyangan itu tidak hanya mendatangkan berkat dari doa-doa mereka yang berziarah namun sekaligus akan menjadi pemicu peningkatan ekonomi Medang dari perdagangan dan wisatanya."Wiku Sasodara sekarang sampailah kita pada pemberian hadiah pada Silpin Agung yang telah menyelesaikan pembangunan Bhumi Sambhara Budura. Aku akan menganugerahkan gelar Rakai dan akan kuberikan wilayah Kailasa kepadanya." Maharaja Samarattungga bertitah. Mendengar berita itu Sang putri Dyah Meitala dan putranya Pikatan langsung berlutut. Warisan ayah mereka akhirnya kembali lagi kepadanya. "Mulai hari ini silpin Agung Medang akan bergelar Rakai, dan akan disebut sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu yang akan menguasai Keilasa dan sekitarnya di wilayah Kewu. Kami semua warga Medang berterima kasih kepadanya atas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status