Jangan Ajari Aku Kata Sabar? (39)PoV TIGAGadis itu, memang Diska, adik kandung Ivan. Bagaimana mungkin ada orang menyangka dia akan diam saja menyaksikan kehancuran keluarganya? Keluarga tempat dia dibesarkan selama ini meski dalam keadaan bobrok.Sejak kecil, Diska sudah tahu kalau dia dan Ivan diperlakukan berbeda. Di keluarganya, lelaki menempati kasta paling tinggi, hingga tak heran jika Mama masih menyambut dengan penuh hormat meski di hari sebelumnya menangis tersedu-sedu akibat berkali-kali dikhianati dan dipukuli hingga meninggalkan jejak memar di tubuh. Ivan yang sejak kecil menyaksikannya hal itu akhirnya berpikiran sama, bahwa tak apa-apa selingkuh dan main perempuan, karena wanita bergelar istri akan selalu menerima dan memberi maaf, tak peduli sesakit apa hatinya.Sementara itu, Diska tumbuh menjadi anak yang pendiam, dingin dan misterius. Dia merasa ikut sakit setiap kali melihat lebam di tubuh Mamanya. Dia ikut menangis ketika Mama menangis."Mama, ayo kita pergi. Ken
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (40)Gita baru dilaporkan hilang, sementara sebulan yang lalu, saat polisi mencarinya untuk dijadikan saksi, dia tak muncul dan keluarganya tenang-tenang saja. Berarti selama ini, Gita ada bersama mereka, bersembunyi dari polisi. Dan kini, tiba-tiba saja Keluarganya melaporkan kalau dia hilang.Seandainya aku tak mengenalnya, tak pernah terlibat secara emosional dengannya, mungkin aku akan mengabaikan saja berita itu. Berapa banyak hal serupa itu terjadi? Ada banyak gadis dilaporkan hilang, lalu ditemukan bersama kekasih mereka, sengaja kabur dari rumah karena hubungan yang tak disetujui, atau menjadi korban penipuan, dan paling tragis, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Tapi ini Gita, seseorang yang pernah menjadi penyebab berbeloknya jalan hidupku secara drastis.Baru saja aku memikirkan hal itu, telepon rumah berbunyi. Hanya ada beberapa orang yang tahu telepon rumah jadul yang masih dipertahankan oleh Ayah keberadaannya, yang sekarang telah tergusur
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (41)Gadis itu berjalan dengan anggun mengikuti langkah Riko. Beberapa pasang mata melirik, mungkin mengagumi kecantikannya. Dia memang cantik. Diska dan Ivan mewarisi paras Sang Papa yang rupawan, yang menjadi modal utama bagi Ivan menjadi Don Juan. Tapi selama ini yang kutahu, Diska berbeda. Dia pekerja keras, rajin dan penampilannya sederhana. Tapi kali ini dengan gaun berwarna lilac yang menonjolkan kulitnya yang putih itu, dia tampak amat memukau. Wajar, Riko terlihat sangat bangga menggandengnya. Tapi, tahukah Riko, bahwa gadis itu adalah mantan adik iparku? Bahwa latar belakang keluarganya … Pandangan mata Riko akhirnya menangkapku. Dia tersenyum, melewati beberapa tamu undangan dan mendekati aku dan Elena yang baru saja selesai mengantarkan Trisha ke atas pelaminan, duduk di samping Angga. Di bawah anak tangga, suami Elena langsung menyambut tangan istrinya, mengajaknya duduk di sebuah meja bundar dengan empat buah kursi. Disana, Banyu dan Cia jug
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (42)Bukan sebuah kebetulan dia mengenal Tomi, salah satu anak dari Bu Ristie. Di SMA, Diska adalah bintang kelas. Perpaduan wajah cantik dan otak encer membuatnya menjadi siswi populer. Banyak lelaki menaruh hati, tapi hampir semuanya patah hati karena Diska tak berminat pada lelaki manapun. Baginya, semua lelaki sama saja seperti Papanya. Petualang, dan suka main tangan. Tapi pesona seorang Diska tak mudah untuk diabaikan. Maka, Tomi di seberang sana menyambut tawarannya dengan riang gembira. Setengah tak percaya tentu saja. Dulu di SMA, dia pernah ditolak mentah-mentah oleh gadis itu."Kau mau ku jemput dimana, gadis cantik?"Diska menyeringai. See? Semua lelaki sama saja. Sudah lama mereka tak bertemu dan dia langsung merayu. Dari mana dia tahu bahwa Diska masih secantik dulu?"Aku akan datang ke rumahmu, boleh?""Oh, tentu saja. Emm, di rumah, tak ada orang. Mami sedang ke Jakarta. Dan kakakku … ""Bagus kalau begitu. Aku akan datang malam nanti. Bisa
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (43)Satu lalat lagi sudah dia singkirkan. Sekarang waktunya beristirahat sejenak.Atau mungkin belum.Baru saja keluar dari halaman belakang rumah Tomi dan berjalan kaki beberapa meter untuk memesan taksi online, ponselnya berdering. Diska mengerutkan kening melihat nama Riko sebagai si penelepon. Sudah jam sepuluh malam, kenapa lelaki itu menghubunginya?Tak ingin membuat Riko curiga, Diska langsung mengangkat telepon. Dia harus bersikap baik agar lelaki itu tak curiga. Tentu saja, Riko adalah jalan utamanya mendekati Ayara. Tidak, dia tak akan menyakiti Ayara secara langsung. Tapi, dia akan melakukan sesuatu yang lebih menyakitkan dari itu. Ayara telah membuat dia kehilangan segalanya, mungkin lebih menyenangkan melakukan hal yang sama dengan itu, membuat Ayara kehilangan dunianya."Diska, kau dimana?"Suara Riko yang lembut dan tenang menelusup melalui speaker ponsel."Aku di rumah. Kenapa?""Oh, tak apa-apa. Aku cuma kangen."Diska menelan ludah. Riko
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (44)"Apakah ada benda yang hilang?""Sebuah ATM.""ATM milik siapa? Milik Ibu, atau milik korban?Bu Ristie terdiam sejenak, lalu dia menangis tersedu-sedu. Kematian putra bungsu kesayangannya, ternyata membuatnya demikian rapuh. Sementara lelaki yang terlihat memeluknya kemarin, tak terlihat lagi. Kabarnya, lelaki muda itu adalah selingkuhannya, bukan putranya yang satu lagi. Mungkin, seperti itulah Ivan dulu, menjadi lelaki simpanan Bu Ristie demi uang."ATM itu milik seseorang yang pernah memeras saya. Anak-anak saya merampasnya, bermaksud mengambil uangnya lagi. Tapi uangnya sudah tak ada.""Dan siapa orang itu, bisa anda jelaskan?"Bu Ristie diam, menggigit bibirnya yang gemetar. Wajah yang biasanya selalu ditutupi make up tebal hingga tampak sempurna, kini kusut masai. Sisa-sisa air mata menggenang. Kelopak matanya bengkak dan hitam. Dia kini tampak benar-benar seperti perempuan menjelang senja."Semua ini salah saya. Orang itu, mungkin mendendam pa
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (45)PoV AYARA"Mbak Aya? Kenapa Mbak datang selarut ini?"Aku masuk kedalam rumah, dan menghidupkan lampu depan hingga ruangan terang benderang. Tentu saja aku tahu dimana letak saklar lampu. Aku pernah menjadi menantu di rumah ini."Mbak lancang sekali!" seru Diska. Dia bergerak hendak mematikan lampu tapi aku berbalik dan secepat kilat mencengkram tangannya."Aku ingin tahu, bagaimana seseorang yang sudah mati mengirimiku pesan, ke ponselku, yang hanya dua orang yang tahu nomornya.""Apa nggak mengerti maksud Mbak Aya.""Tomi, anak Bu Ristie mengirimiku pesan belum lama ini. Tadinya aku tak tahu kalau itu nomornya. Tapi tentu saja bukan hal sulit melacak siapa pemilik nomor ponsel terdaftar di dunia ini.""Lalu apa hubungannya denganku?" tanya Diska dingin. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada. Perlahan tapi pasti, dia mulai membuka kedok yang selama ini dipakainya di depanku. Biasanya, meski tak tampil manis, dia tetap menjaga kata-katanya di ha
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (46)"Diska … "Aku ternganga, merasa kehilangan kemampuan untuk bernapas beberapa saat lamanya. Kupegang kepalaku yang kini sakitnya luar biasa. Ah, kenapa rasa sakit ini selalu datang di saat yang tak tepat? Sementara itu, dua orang yang berdiri di depan pintu kamarku, masuk menerobos dengan cepat sebelum aku sempat melakukan apa-apa.Ayara dan Banyu.Lalu kemana Riko? Bukankah dia bilang akan datang membawa Cia? Aku sudah membayangkan melihat Ayara menangis hingga setengah gila saat melihat kematian dua orang yang dia sayang itu."Aku memberimu kesempatan untuk mengakui kesalahanmu padaku dan pada polisi. Mungkin dengan begitu, hukumanmu akan jauh lebih ringan."Suara Ayara tak berubah, tegas tapi lembut. Aku melirik dua cup es krim di atas meja yang telah kusiapkan untuk menyambut Cia dan Riko. Es krim dengan beberapa tetes cairan yang akan segera mengantar mereka ke surga. Mata Ayara mengikuti arah pandangku. Dia tersenyum."Apakah kau sudah menyiapk