“Gila, sih, si Arsyil. Siwer mata dia kalau beneran nikahin itu jendes.”
“Dia kaya kali, ya, makanya Arsyil pepet?”
“Arsyil udah kaya keles. Lu tahu, kan, usaha bokapnya dia lumayan juga.”
“Atau jangan-jangan ... Arsyil udah diservice sama itu janda? Biasanya, kan, brondong kegoda sama tante-tante kalau udah disus*in.”
Tawa tertahan dan bisik-bisik itu riuh rendah terdengar di antara alunan musik yang mengalun dari Manggala Cafe. Sejujurnya bukan Amira tak mendengar, tetapi ia berusaha abai. Apalagi para tamu undangan yang memadati area kafenya bisa dibilang pelanggan. Ya, pelanggan, sebab mereka adalah tamu-tamu yang sengaja diundang oleh penyewa kafenya malam ini.
Amira sadar, akan banyak pencuri kebahagiaan saat ia memutuskan untuk menerima cinta seorang bocah tampan dan cukup dibilang mapan itu. Selain para fans Arsyil, nenek pr
[Sayang ....][Apa?][Ish, cuek amat. Kangen tauk!]Amira mengulas senyum membaca pesan dari kekasihnya. Ia pun ingin membalas tiap kata dan sikap romantis Arsyil yang selalu ditujukan kepadanya. Namun, lagi dan lagi Amira harus menekan rasa itu, sebab ditinggal pas sayang-sayangnya sedang booming di era saat ini. Nemen nek jare Mas Gilga.Tak kunjung membalas pesan terakhirnya. Arsyil langsung melakukan panggilan video.“Kenapa cuma diread doang, Sayang?” rajuk Arsyil.“Baru mau ngetik, kamunya udah bales,” jawab Amira dengan menyandarkan ponselnya.Arsyil sedang berada di luar kota. Urusan konten dan endors, katanya.“Pestanya si Nasya belum rampung, Yang?”“Belum, biasalah acara anak muda.”Arsyil mengangguk-angguk dan menyugar rambut ke belakang. Membasahi bibirnya dengan ujung lidah dan menatap Amira dengan tampang gemasnya. Jujur, Amira paling tidak kuat melihat Arsyil yang seperti itu. Wanita itu memalingkan wajahnya ke samping dan berlagak seolah-olah menyapa seseorang. Padaha
“Ck! Males banget bantuin si Ivana buat nyampein ini sama Arsyil,” gerutu Abib pelan dengan sebuah kotak kecil di tangannya. “Ketahuan Mbak Mira, kan, ribet.”Amira mendekati Abib setelah membuat cokelat panas.“Bib,”“Eh? Mbak?”“Yang ulang tahun siapa, yang dapat kado siapa?” sindirnya yang melihat sebuah kotak di tangan sang adik.“O-oh, ini, ini punya teman Abib, Mbak. Nitip dia.”“Jastip?”Abib nyengir kuda.“Kenapa enggak langsung dikasih ke orangnya? Pesta juga belum kelar, yang ultah masih di tempat.”“Ini bukan buat Nasya, Mbak. Buat yang lain,” jawab Abib sedikit kikuk sebenarnya.Amira hanya ber-oh tanpa ingin kepo urusan anak muda. Setelah acara ulang tahun selesai, Amira dan Abib pulang usai membantu para pegawainya membersihkan kafe. Rasa kantuk dan capek yang sudah berkolaborasi, membuat Amira dengan cepat melebur ke dalam dunia mimpi.Di tempat lain, Arsyil yang baru selesai membersihkan badan dan hendak menuju pembaringan, mendapatkan rentetan pesan di ponselnya. Mel
“Mir, itu beneran gosip lu pacaran sama si Arsyil?” tanya Sera yang mampir ke kafe Amira.Amira hanya mengangguk. “Bukan gosip, tapi fakta.”Mata Sera membulat sempurna dengan garpu yang melilit spageti dan masuk ke mulutnya.“Serius lu, Mir?” Kalimat Sera hampir tak jelas, sebab penuh dengan mie rebonding itu.“Elah, telen dulu itu makanan, Ser.”Sera segera meneguk es selasih di hadapannya.“Jadi, cerita sama gue. Nemu dukun di mana lu buat melet si Arsyil?” bisik teman yang agak nyablak itu.“Sialan lu!”Sera tergelak. Untung pengunjung belum terlalu ramai karena memang masih jam sepuluhan.“Btw ... udah ngapain aja lu sama si brondong menggemaskan itu, Mir? Sumpah, ya, itu bibir pen gue lumat, ranum banget, anjir!”Amira melotot, membuat Sera kembali tergelak. Bisa-bisanya perawan ting-ting itu bicara tanpa spasi ingin mencicipi bibir Arsyil yang manis bak gulali. Amira jadi teringat saat tak sengaja menyentuh bibir pria itu hingga akhirnya mereka saling melumat dan bertukar saliv
Dewo mulai mengatur rencana. Bagaimana cara untuk mendekati Amira lewat Gala, sang putra biologis. Benar yang dikatakan Ki Bekti KW alias Danu, bahwa cinta yang melibatkan demit atau jin tak akan bertahan lama. Perlu terus diperbarui dan itu akan semakin menarik kita menjadi budak mereka.Kata Ahmad, Kang Joni memang semakin kaya walau tak tahu asal-muasal hartanya dari mana. Namun, tiap sebulan sekali–dari cerita yang menyebar dari mulut ke mulut–ia diminta membawa tiga kepala kerbau untuk dipersembahkan guna menyambung harta pemberian jin agar terus bertambah. Belum lagi segala tetek bengek agar sang mantan istri tetap mau dengannya. Tentu saja dengan pelet, tapi bukan pakan ikan.Yang lebih menghebohkan, Kang Joni kini menambah dua istri yang masih sangat muda dan kinyis-kinyis. Kayaknya baru lulus SMA. Dan anehnya, ketiganya rukun dalam satu rumah. Hebat, bukan?Walau bukan orang baik, Dewo tak mau hidup yang hanya seben
“Mir, jam berapa lu free? Nyalon, yuk!” ajak Sera.“Iya, ih. Aku juga pengen meni-pedi. Biar entar agak cetar nih kuku-kuku kalau salaman sama teman-teman SMA,” sahut Okta.“Si Mita sama Nia gimana?” Amira menyahut.“Mita, mah, semenjak jadi ibu dan istri solehot, perawatan di dalam rumah dia. Selain irit, sekalian jaga anak katanya.”“Keren, tuh, si Mita. Padahal suaminya enggak kere-kere amat. Nggak pa-pa keles nyalon sekali-sekali. Ngabisin duit suami biar tu laki makin lancar rezekinya. Lagian kalau dia bening siapa juga yang nikmatin? Lakinya, kan?”Amira terkekeh. Sera, si paling realistis. Kalau ngomong panjang dan lancar kayak bawa teks. Suka bertanya sendiri dan malah dijawab sendiri.“Ya mungkin si Mita nabung buat masa depan anaknya, Ser,” jawab Amira masih menatap dua rekannya
“M-maksud kamu?”Arsyil sedikit gagap di awal kalimat. Ia tak mau jika kedatangan Ivana menghancurkan hubungannya dengan Amira.“Dulu kamu hanya mau kita break, kan, Sayang? Aku turuti karena mungkin kita sama-sama sibuk. Dan sekarang ... aku ingin kita kembali, Sayang. Seperti dulu. Hm?”Arsyil memejam dan terduduk di kursi kamarnya. Hari masih pagi. Mentari sedang bersinar menyinari permukaan bumi. Bahkan cahaya hangatnya menembus jendela kamar Arsyil yang sengaja dibuka. Namun, ucapan Ivana bagai rantai besi yang membelenggu kedua kakinya. Berat untuk melangkah dan memulai hari.“Kita udah selesai, Van,” ucap Arsyil lirih, tetapi dengan suara yang tegas.“Selesai? Maksud kamu apa, Arsyil!” Ivana sedikit menyentak. “Kamu hanya bilang kita break, bukan putus.”“Kita sudah selesai
“Jadi beneran si Dewo nemuin elu, Mir?”Amira hanya bergumam dengan mata terpejam saat merasakan pijatan lembut di kepalanya begitu menenangkan. Selain membersihkan rambut dan membuka pori-pori yang tersumbat, creambath bisa meredakan ketegangan dan stres. Meningkatkan sirkulasi darah dan tentunya bisa meregenerasi pertumbuhan rambut hingga membuat rambut lebih sehat dan kuat.“Gila! Berani juga, tuh, demit nongol.”Amira menarik kedua sudut bibirnya dengan masih memejam. Ia ingat betul bagaimana teman-temannya–terutama Sera–yang membantu semua proses perceraiannya dengan Dewo. Sebab, saat itu Abib masih sekitar kelas dua SMP.“Beberapa kali dia udah kasih nafkah buat Gala, Ser.”“Hah? Serius?”“Hm.”“Dan lu terima uangnya?”“Hm.
Amira menatap penampilan wanita cantik dengan baju kurang bahan di seberang pintu unit milik Nia. Ia amati dari bawah hingga atas. Kulit putih mulus yang sengaja diumbar dengan baju super seksi, wajahnya pun ayu sekali. Sempurna, batin Amira. Sementara Arsyil mengusap wajah tampannya dengan kasar. Pria dengan hoodie warna navy itu langsung melepas tangan Ivana yang bergelayut di lengannya. Bergegas ia menghampiri Amira.“Sayang ... k-kamu ada apa ke sini?” Arsyil menyentuh kedua lengan atas kekasihnya. Menatap lurus ke mata indah milik Amira.Jika Arsyil melihat kekasihnya masih terlihat tenang, berbeda dengan dirinya yang merasa gamang. Tenangnya Amira ada dua kemungkinan, menunggu Arsyil menjelaskan semuanya atau malah meredam gejolak amarah.Namun, wanita matang yang masih terlihat cantik itu berusaha menarik kedua sudut bibirnya agar mau melengkung, tak peduli dengan gemuruh dalam hatinya yang seketika me
Bu Tami hanya tersenyum dan segera berdiri dari duduknya. Mencuci sayuran dengan air yang mengalir dari wastafel. Dari kursi meja dapur, Amira mengembuskan napas lemah. Apa ucapan dan pertanyaannya menyinggung perasaan sang muara kasih? Amira pun berdiri dan menghampiri ibunya. “Bu ....”“Mir, nanti sore ke makam bapak, yuk! Ibu kangen,” ucap Bu Tami tanpa menoleh ke arah putrinya. Ia masih menghadap wastafel.Amira melipat bibirnya. Mungkin ini salah satu tanggapan ibunya yang tak ingin membahas Pak haji Mukhlas. “Iya, Bu. Nanti kita ke makam bapak, ya,” jawab Amira akhirnya. Udara sore ini cukup bersahabat. Jika biasanya langit mulai berselimut mendung, tetapi berbeda dengan hari ini. Awan putih berarak seolah-olah tak memberi izin pada air dari atap bumantara untuk turun mencumbu perut bumi.Para peziarah sedang mengunjungi rumah masa depan para keluarga yang sudah mendahului. Termasuk Bu Tami yang datang ke makam sang suami untuk menghadiahi doa dan tahlil. Amira dan Arsyil pun
Usaha Manggala Cafe tetap berjalan dan dipercayakan pada seseorang. Namun, tetap setiap bulan Amira merekap semuanya. Jadi, pundi-pundi rupiah terus mengalir dari usaha pertama Amira dan Abib pada zaman perjuangan itu. Ceile. Beruntung sekali Bu Tami memiliki anak-anak yang tetap memerhatikan dirinya. Karena kasus anak yang melupakan sang muara kasih ketika sudah mapan dan banyak uang bukan hanya isapan jempol belaka. Namun, hal itu tak terjadi pada Bu Tami.Bahkan ia mendapat jatah bulanan dari kedua menantunya. Nasya dan Arsyil selalu memberi uang bulanan untuk Bu Tami. Jika Nasya diminta tolong oleh Abib agar menyampaikannya, begitu pula dengan Amira yang meminta kepada sang suami untuk melakukannya. Katanya, agar mertua dan menantu bisa semakin akrab. Walau awalnya menolak, tetapi mereka tetap ingin Bu Tami mau menerimanya. Bagaimanapun, Arsyil bisa sukses karena peran dan dukungan seorang istri. Pun dengan Nasya yang dibantu oleh kepiawaian Abib dalam mengembangkan perusahaan
Seminggu berlalu setelah Riana resmi dijadikan tersangka atas tuduhan pembakaran rumah istri dari almarhum Wandi Pranoto. Di depan polisi dan juga keluarga Bu Tami, wanita itu hanya diam tak membantah. Seolah-olah diamnya memang sebuah jawaban atas apa yang sudah dia lakukan. Bu Tami menangis di hadapan Riana. Ibu dari Amira dan Abib itu meminta maaf jika keputusan Wandi membuat ibu dari Riana frustrasi sampai gila dan akhirnya meninggal tanpa mendapatkan keadilan. Bukankah seharusnya Riana yang meminta maaf? Ah, terkadang drama kehidupan memang selucu itu. Walau Bu Tami tak salah apa-apa, tetapi sebagai sesama wanita yang perasaannya halus dan mudah tersentuh, ia tetap meminta maaf atas nama almarhum bapak dari kedua anaknya. Di akhir jam besuk, wanita paruh baya itu bahkan tak segan memeluk Riana. “Maafkan kami, Nak.” Air mata tulus mengalir dari mata Bu Tami. “Tolong maafkan suami saya, biar dia bahagia di san
Ponsel Arsyil berdering tepat ketika ia baru saja pulang kerja. Sebuah panggilan masuk dari kantor polisi. Kening suami Amira berkerut.“Halo. Selamat sore, Pak!”‘Selamat sore, Pak Arsyil. Kami mau mengabarkan hasil dari perkembangan kasus yang sudah tim kami selidiki.’“Baik, Pak. Silakan!”Arsyil duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan penasaran dari sang istri. Melihat gelagat istrinya yang tentu sangat penasaran, Arsyil langsung me-loud speaker suara di seberang sana. “Dari kepolisian,” ucap Arsyil lirih. Amira pun mengangguk paham.‘Tim kami berhasil menemukan barang bukti yang tertinggal di TKP kebakaran rumah mertua Anda.’Arsyil dan Amira membenarkan duduknya dan lebih saksama dalam menajamkan pendengaran.‘Sebuah sarung tangan yang diduga dipakai oleh pelaku. Walau hanya sebelah, tim forensik berhasil mengidentifikasi sebuah sidik jari.’“Siapa pelakunya, Pak?” sela Amira tak sabar.‘Dari hasil fingerprint scanner, sidik jari tersebut milik seorang wanita bernama Riana Lar
Amira belum bisa memejamkan matanya walau ia sudah cukup lelah. Sebuah fakta yang baru ia ketahui tentang siapa Riana membuat istri Arsyil kian gelisah. Jika benar ia datang kembali untuk balas dendam, apakah mungkin jika dulu Dewo berselingkuh dengan Riana lantaran wanita itu yang sengaja menggoda suaminya lebih dulu? Alasannya tentu saja untuk menghancurkan rumah tangga Amira sebagai putri dari Wandi. Dan kini wanita itu ingin lanjut part dua, begitu? Benar-benar keterlaluan! Amira mengembuskan napas panjang dengan memunggungi Arsyil. Namun, dua detik kemudian helaan itu berubah menjadi sebuah desahan. Tentu saja karena aksi nakal dari sebuah tangan. Ya, itu adalah tangan Arsyil yang kembali menjelajah di depan tubuh sang istri. Dua sejoli itu memang masih polos tanpa sehelai benang dalam satu selimut. Mereka baru saja selesai melepas birahi di tempat yang semestinya. Halalan toyyiban. Tentu saja ak
Bukan rahasia umum lagi saat Wandi mendadak membatalkan pertunangannya dengan Rita. Desas-desus yang berembus pun sampai di telinga Tami. Gadis ayu berbalut hijab itu pun merasa kasihan pada pria tersebut. Sudah mencintai sepenuh hati, tapi malah dikhianati. Sungguh miris sekali. Namun, siapa sangka jika takdir malah mempersatukan mereka setelah setahun Wandi mengubur harapannya? Ya, Tami dan Wandi berjodoh dan menikah. Kabar soal Rita yang hamil dengan sang mantan sudah hilang terbawa angin. Dua sejoli yang tengah menikmati masa-masa indah pengantin baru itu pun mendengar kabar jika Rita telah melahirkan. Namun, siapa yang menyangka jika Rita depresi setelah melahirkan seorang bayi perempuan? Sungguh hebat pakar informasi di masa kini. Detail sekali. “Semua yang kamu tanyakan jawabannya benar, Nak Arsyil. Rita memang mantan tunangan bapaknya Amira dan Abib,” jawab Bu Tami. Arsyil, Amira, dan
“Nih, Lus, buat gantiin baju syar’i yang gue pinjem!” Riana meletakkan lima lembar pecahan uang seratus ribu di meja depan Lusi, wanita yang sudah membesarkan Gaby, putrinya bersama Dewo. “Kenapa diganti uang, Ri? Bajunya mana?” “Udah kotor. Dahlah, mending lu beli lagi aja. Kurang enggak segitu?” “Cukup, sih.” “Oke. Lu beli aja yang baru.” Riana menyandarkan tubuhnya di sofa, sementara Lusi menatapnya dengan cukup heran. “Kamu dari mana, sih, Ri? Tumben pinjam gamisku segala?” “Ada casting jadi ukhti-ukhti solehah. Tapi gue enggak lulus, gue lupa kalau diri gue dah bobrok.” Lusi terkekeh. Wanita berhijab lebar itu pun belum lama hijrah. Jadi masih dalam tahap belajar juga. “Dewo udah jadi nengokin Gaby, Lus?” Lusy mengangguk. “Udah. Bahkan dia ngobrol banyak sama Ma
Di TKP, para warga sudah berbondong-bondong mengalirkan air dari selang dan juga menggunakan ember. Tak berapa lama setelahnya, sirene mobil pemadam kebakaran pun berbunyi.Kobaran api cukup besar hingga membuat warga kewalahan jika hanya memadamkan kobaran api dengan cara manual. Bu Tami sudah menangis dalam pelukan Amira. Ia berusaha menenangkan sang muara kasih atas musibah kali ini.Adib dan Nasya datang setelah para petugas berseragam merah kombinasi kuning itu berhasil menjinakkan si jago merah. Bagian rumah yang terbakar cukup parah. Namun, Abib dan Amira berusaha meredam kekalutan sang ibu dengan membesarkan hatinya. Berjanji akan segera merenovasi rumah peninggalan almarhum bapak mereka agar kembali apik seperti semula. “Udah, ya, Bu. Apinya udah padam. Yang penting enggak ada korban. Masalah perabot dan apa pun itu bisa kita beli lagi, bisa diperbaiki ulang,” hibur Amira dengan mengusap-usap punggung ibunya.Nasya pun berada di sebelah sisi sang mertua. Saat baru datang, i
Pak haji langsung menurunkan kaca mobilnya ketika melihat warga lain yang tengah berjalan. Mereka dua orang. Hanya dengan lambaian tangan, dua pemuda itu pun mendekat.“Eh, Pak Haji Mukhlas, mau ke mana, Pak?”“Saya ada urusan di kompleks sebelah. Tapi, kebetulan ada yang mencurigakan, makanya saya berhenti dulu."“Mencurigakan gimana, Pak?”“Tuh, lihat!” Telunjuk pak haji mengarah pada seseorang yang terlihat aneh.“Itu siapa, Pak?”“Yo ndak tahu, kok tanya saya.”Pemuda satunya terkekeh mendengar jawaban pak haji yang sempat legendaris dengan sebutan YNTKTS.“Gerak-geriknya mencurigakan. Bukan Mbak Mira, deh, kayaknya. Bu Tami apalagi.”Pak haji dan seorang lagi mengangguk.“Samperin, yok! Takutnya pelaku pelemparan kaca rumah Bu Tami beberapa hari yang lalu. Atau jangan-jangan ... dia mau lanjut prat dua?”“Part, Beg*k! Bukan prat."“Iya, itu maksudnya.”Pak haji pun turun mengikuti dua pemuda tersebut. Wanita itu tampak tak sadar jika gerak-geriknya sudah diikuti oleh tiga orang d