Aldi pun tanpa pikir panjang mengangguk, dan dia di ajak ke belakang rumahnya yang sederhana, air buat mandi ternyata sudah disiapkan istri Paman Atui dan dibantu anaknya yang datang sejak tadi, bersama istrinya.
Kedua suami istri pun sampai gemetaran memegang uang 1,5 miliaran itu, karena baru pertama kali melihat dan memilikinya.
Paman Atui serahkan semua uang pemberian Aldi itu buat anak dan mantunya. “Aku sudah tua, buat apa juga uang banyak-banyak!” itulah alasan kakek ini.
Usai dimandikan yang ada kembang melatinya, Aldi sampai bergidik. Saat Paman Atui kebelakang rumah dan pas balik lagi, di tangannya ada seekor ular kobra hitam yang langsung gepeng kepalanya saat di tangkap kakek ini.
Aldi diminta sodorkan tangan dan cap…mulut ular paling beracun di dunia ini mematuk lengannya.
Ajaibnya, Aldi merasakan badannya biasa-biasa saja, gigitan ular yang sangat berbisa ini ternyata benar-benar tak mempan padanya.
“Na
Setelah isi perutnya terkuras, Aldi pun berkumur-kumur lalu ia langsung ambil wudhu, kemudian sholat Isya dengan khusuk.Lambat laun pengaruh santet dan racun itupun musnah dengan sendirinya. Tubuhnya masih berasa lemas, Aldi buru-buru minum vitamin yang selalu dia bawa di tas ranselnya.“Bahaya kalau aku lemas, jangan-jangan aku di serang anak buahnya,” batin Aldi sambil menelan dua vitamin sekaligus, untuk pulihkan tenaganya.Aldi duduk termenung sambil berpikir.“Jalak agaknya main halus berniat membunuhku. Benar-benar cerdik dan licik,” batin Aldi sekaligus makin waspada.Aldi lalu menatap balkon kamar Bianti, dilihatnya lampu kamar wanita cantik itu masih terang, tanda belum tidur.Lalu dia melirik ke taman di bawah dan melihat anak buah Jalak sepertinya makin nambah jumlahnya.Kalau tadi saat ia datang hanya terlhat 5-6 orang, kini menjadi 15 orang dan terlihat bersiaga dengan mandau di pingga
3 orang yang melompat tadi patah kaki, lantai 2 ini tingginya hampir 7 meteran dari tanah. Sisa 5 orang melawan sekuatnya, tapi yang mereka hadapi anak muda yang sedang ganas-ganasnya.Kebal bacok dan punya keahlian beladiri yang tak main-main dan sudah mendarah daging.Nasib mereka pun sama seperti yang lain ambruk dengan luka parah, darah berhamburan membasahi ubin lantai rumah mewah ini.Margaret dan Irma yang keluar kamar kaget dengar keriibutan ini, keduanya langsung pingsan melihat banyaknya anak buah Jalak yang bergelimpangan, dengan luka-luka berat antara hidup dan mati.Baju dan celana Aldi sudah tak karuan, sobek depan belakang. Nafasnya ngosan-ngosan, matanya tajam menatap anak buah Jalak yang kini tak berdaya.Dengan tenang dia melangkah turun dari lantai dua dan langsung ke taman di lantai dasar.3 orang ART langsung gemetaran melihat Aldi yang melangkah tenang ke lantai dasar. Namun Aldi tak mengganggu mereka, dia terus berjala
Paginya, Aldi terbangun ketika mencium bau harum masakan yang masih panas di meja. Perutnya tiba-tiba lapar, selain makanan tadi malam sudah dimuntahkan, dia juga berduel hidup mati melawan 15 anak buah Jalak.Aldi makin sumringah, di sampingnya ‘Dian Sastro’ sudah duduk di sisi ranjang sambil mengecup pipinya.“Met pagi sayang, nyenyak banget bobonya, ayooh cuci muka, lalu kita sarapan!” Bianti menarik tangan Aldi dan tak lama mereka pun sarapan berdua.Sambil menyantap masakan yang ternyata di buat Bianti dibantu 3 ART yang tadi malam hampir pingsan menyaksikan duel maut antara Aldi dan 15 anak buah Jalak, Aldi pun ingin tahu latar belakang wanita cantik ini.“Bianti…saatnya kamu cerita, siapakah kamu ini sebenarnya!” tanyanya, sambil ngelap mulut setelah kenyang.“Sebenarnya, kita ada hubungan Aldi, walaupun sudah agak jauh!” Bianti mulai terbuka siapa dia. Aldi membulat sesaat matanya, lalu
“Mandau yang ku serahkan ke kamu itu sebenarnya milik Kakek Marlan Darham, yang tak sengaja ku temukan di rumah ini, lalu diam-diam kusimpan,” bongkar Bianti.Saking takjubnya dengan pengakuan Bianti, Aldi pegang lagi mandau yang bikin 15 anak buah Jalak keok.Keduanya tak sadar, sejak tadi saat bicara selalu mepet-mepetan. Aldi baru kaget menatap pakaian Bianti, yang hanya kenakan daster tipis dan…tak ada apa-apanya lagi dalamnya.“Hmm…apa kamu masih…nafsu, walaupun kamu dah tau kita ini sepupuan misan….???’ Bianti goda Aldi.Sambil memperbaiki rambut panjangnya yang harum, hingga ketiaknya yang putih mulus bikin jakun pemuda ini naik turun.Sebagai jawabannya, Aldi berdiri, lalu kunci pintu kamar ini, tanpa di duga, dia membopong tubuh Bianti, sampai si denok ini terpekik kaget.“Kita bikin keturunan Harnady dan Darham yang baru sayang. Aku akan peristri dan hamili kamu,&rdquo
“Sayang, kenapa dia sebut-sebut nama mendiang mama mertua…?” bisik Bianti keheranan, sambil menatap wajah suaminya, Aldi ternyata sama bingungnya.“Ntahlah…mungkin hanya kebetulan!” sahut Aldi, ia lalu minta pemilik warung agar bikinkan seporsi makanan buat pengemis tua yang kelaparan ini.Dengan lahap pengemis ini makan, dia bahkan tak sungkan minta tambah, pelayan pun mengiyakan, setelah Aldi beri kode.Usai makan dan kekenyangan pengemis ini kembali sebut-sebut nama Renita.“Sayangggg…maafkan akuuuu…aku janji tak bakal menyakitimu lagi. Aku sangat mencintai kamu…ahhh Renitaaa…di mana kamu kini,” suara nyaring si pengemis mirip keluhan.Makin heranlah pasangan suami istri ini, siapa sebenarnya pengemis tua yang tak mereka kenal ini.“Hei pak tua, ayoo pergi, kamu ganggu pelanggan warung lain,” seorang pelayan terpaksa mengusir pengemis tua yang diangg
Bianti ikut menemani, keduanya kaget melihat wajah Sahroni yang makin pucat. Begitu Aldi duduk di sisi ranjangnya, pria ini membuka matanya dan kini malah memaksakan bibirnya tersenyum.Setelah menarik nafas dengan susah payah, Sahroni pun mulai bicara kembali.“Aldi, aku sekali lagi minta maaf…kini aku sudah lega, kamu ternyata sudah menjelma menjadi pemuda yang gagah. Istrimu sangat cantik sekali, mirip sekali dengan ibu kandungmu….! Saatnya aku pulang, ibu kamu sudah datang menjemputku, dia juga sudah memaafkan kesalahan aku.”Deg…! Aldi kaget, ibunya ada di ruangan ini, tapi di mana! Masa orang meninggal bisa muncul di alam nyata? Pikirnya keheranan.Pandangan Aldi sampai mengitari ruangan ini, Bianti yang mendengar tiba-tiba ikutan serem sendiri dan bulu kuduknya ikutan berdiri.Dengan suara terbata-bata Sahroni lanjutkan ucapannya, seakan isyaratkan ini merupakan kalimat perpisahan.“Renita&hellip
Memanfaatkan waktu selama di Pangkalan Bun, Aldi mendatangi kantor PT Harnady Kalimantan. Ia tentu saja di sambut penuh kehormatan seluruh jajaran manajemen perusahaan papa-nya ini.Aldi juga dijelaskan lahan-lahan perusahaan ini, hingga ia menganggukan kepala, begitu tahu betapa luasnya lahan perusahaan ini dan menjadi tambang uang bagi perusahaan milik papa-nya.Dia juga lega bukan main, bukan lagi 70 persen tanah peninggalan kakeknya yang sudah berada dibawah perusahaan ini, tapi kini sudah melebihi hingga 30 persen.Aldi bahkan di ajak naik helikopter dan melihat langsung aktivitas perusahaan ini dari udara.Aldi juga di tawari berbagai fasilitas waah, namun pemuda ini menolak dan lebih memilih privasi di hotel bersama istrinya.“Satu pesanku, hati-hatilah dengan Jalak dan Laura, segera lapor polisi kalau melhat dua orang tersebut,” pesan Ald pada sang Manejer Operasional, sekaligus tangan kanan ayahnya di sini, yang selama ini kena
Gibran memandang wajah anaknya, pria ini tak menyangka Aldi memiliki trah keturunan Marlan Darham di Pangkalan Bun.Lebih kaget lagi saat Aldi ceritakan dengan lengkap riwayat kakek dan kakek buyut dari mendiang Renita, ibu kandung anaknya."Ahmad dan Marlan Darham, aku memang pernah dengar nama kakek buyut dan kakekmu itu, saat berada di sana. Namanya seperti legenda si Pitung di Betawi, tak ku sangka, kamulah keturunannya saat ini!" puji Gibran, tak kuasa sebut kekagumannya. Namun Aldi justru sengaja tak menceritakan kalau dia sudah memiliki istri kedua, yang kini ia tinggal di Kalimantan Tengah, sekaligus pesan-pesan Olly Bantano dan Sahroni.Gibran makin terperanjat lagi, saat Aldi izin pamit untuk pergi ke Timteng. Misinya selamatkan sahabat dekatnya.“Iya sudah…papa hanya bisa merestui, kamu sudah dewasa, bisa menjaga diri dan tahu resikonya.” Gibran menghela nafas panjang.Celica yang duduk di sisinya juga hanya bisa mendoakan, agar anak sambungnya ini selamat selama di sana.