Bab 31 - PenjelasanSuara detik jam adalah hal pertama yang aku dengar saat membuka mata. Perlahan kesadaranku kembali, rupanya aku tertidur setelah marah-marah tadi.Kugeser selimut yang menutupi tubuhku, eh, siapa yang menyelimuti aku. Jendela kamar juga sudah di tutup. Sepertinya hari sudah malam, aku ingat belum menunaikan salat Magrib. "Sudah bangun?" Suara mas Leon terdengar. Sepertinya dia baru selesai mandi. "Iya, Mas. Aku salat dulu, ya!" pamitku lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dan berwudu, aku melaksanakan salat Magrib. Tak kelihatan dimana keberadaan mas Leon. Mungkin dia sedang berada di luar. Pasti sekarang mamanya sedang membuat drama mengadukan kelakuanku tadi.Aku pun kembali duduk di sofa yang ada di kamar. Perlahan kupijat kakiku, ternyata sakit juga rasanya."Kenapa? Sakit kakinya?" Mas Leon riba-tiba muncul langsung berjongkok di depanku. Kutarik kakiku yang dipegangnya, tapi ditahannya.Mas Leon tersenyum, kemudian mengurut kakiku perlahan. Sesekal
Bab 32 - Jebakan Yang GagalMasih POV Bela"Bela, keluar kamu!" Gedoran di pintu mengagetkan aku dan Mas Leon yang masih berada di dalam kamar.Oke, sepertinya drama akan segera dimulai, batinku.Mas Leon bangkit lalu membuka pintu kamar. Mertuaku langsung menyerbu masuk lalu mengguyurku dengan air yang dibawanya di dalam baskom.Huek, aku merasa mual menghirup bau air yang disiramkan mertuaku. Sepertinya ini air bekas cucian piring, berminyak dan sangat bau sekali. "Mama, apa-apaan ini?" Bentak mas Leon marah. "Istri kamu itu minta di hajar. Gaya-gayaan merusak dinding rumah sama meja makan. Dia pikir mama takut?" jawab mertuaku dengan wajah garang. Perutku semakin mual sehingga untuk bicara saja aku tak bisa. Rasanya isi perutku sudah sampai di mulut hanya tinggal menunggu mulutku terbuka saja. Aku berdiri hendak ke kamar mandi, tapi tanganku ditahan oleh mertua. Dih, aku sudah gak tahan, ingin muntah sekarang."Mau kemana, kamu. Jawab dulu pertanyaanku!" Dia terus menahan tanga
Bab 33 - TerungkapKulihat dia menghubungi seseorang, aku yakin dia menghubungi om Gilang itu."Kamu gak apa-apa 'kan?" Mas Leon bertanya dengan khawatir. "Aku gak apa-apa, Mas. Tenang aja!" Seandainya mereka melaporkan kamu, Mas akan berusaha membebaskan kamu," janji Mas Leon. "Itu gak akan terjadi, Mas lihat saja nanti!" Setengah jam kemudian, pria yang bernama om Gilang itu tiba di rumah. Bibirnya menyeringai licik saat melihatku, tampak jalannya sedikit aneh. Aku yakin itu karena benda pusaka pasti tengah membengkak sekarang.Yola juga sudah berkumpul bersama kami, dia hanya menunduk tak berani menatapku. Sementara Mas Leon hanya duduk mengawasi saja, dia sudah menyerahkan semua keputusan padaku."Baiklah, mama mertua. Apa keluhan mama?" Mama mendengkus lalu tersenyum sinis melihatku."Aku akan melaporkan kamu ke polisi. Anakku hampir celaka karena perbuatanmu!" tuduhnya lagi. Sepertinya mama mertuaku masih yakin dengan apa yang didengarnya dari om Gilang.Kulirik om Gilang y
Bab 34 - Masuk BuiPOV LEONAku bersorak girang dalam hati saat dengan santai Bela bisa membungkam mulut ketiga orang yang sedang bekerja sama untuk menyingkirkan nya dari rumah ini. Sejak awal aku yakin kalau Bela akan mudah melawan kecurangan mereka. Bahkan kini mereka bertiga yang bakal ketakutan akan dilaporkan ke polisi oleh Bela. Setelah mendengar semua instruksi dari Bela, aku bersiap pergi ke kantor polisi. Barang bukti berupa ponsel Bela sudah kusimpan di kantong celanaku. "Mas berangkat, ya! Kamu hati-hati di rumah!" pesanku sambil mengerling ke arah mama dan Yola. "Iya, Mas. Jangan lupa semua pesan aku tadi, ya!" balas Bela sembari tersenyum penuh arti. Aku mengangguk kemudian beranjak menuju ke pintu depan. "Mas Leon! Jangan pergi, maafin aku huhuhuuu!" teriak Yola mengejarku. Dipeluknya tubuhku sambil menangis tersedu.Aku hanya berdiri diam tak membalas pelukannya. "Mas, maafin aku. Maafin aku, Mbak Bela!" ucapnya lagi. "Ngapain kamu minta maaf, Yol? Bukannya kam
Bab 35 - Kecewa"Tidak, mama tidak bersalah. Mama hanya ingin membela nasib anak mama, tapi ternyata om kamu itu membohongi mama." Mama kelihatan panik mendengar ancamanku tadi. Kulirik Bela meminta pendapat nya, Bela mengangguk tanda dia setuju dengan permintaan mama. Baiklah, sepertinya sudah cukup membuat kedua orang yang suka merongrong ku ini sport jantung."Oke, karena Bela sudah memaafkan. Aku akan meminta Yola agar ditahan di rumah saja. Namin, jika dia membuat kesalahan sekali lagi, aku gak bisa menolongnya lagi. Mama harus menasehati dia untuk lebih hormat pada Bela!" ultimatumku membuat Mama terperangah. Mungkin dalam hati mama tidak akan setuju dengan apa yang kukatakan. Namun, dia hanya bisa mengangguk terpaksa setuju.Aku pun menemui petugas yang berjaga dan mengurus segalanya. Termasuk menjamin agar Yola bisa bebas. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Karena di sini Yola juga termasuk korban dari om Gilang. Setelah semuanya selesai, kami pun pulang ke rumah. Di
Bab 36 - Duel MautPOV BELAKutinggalkan kantor mas Leon dengan langkah gontai, ternyata rencanaku memberi kejutan padanya gagal total. Bukan mas Leon yang kaget, malah aku yang merasa terkejut.Sia-sia masakan yang kubuat dengan sepenuh hati ini. Mas Leon malah akan pergi makan siang ke rumah mbak Nadine. Huft! Kuhembuskan napasku dengan kasar, mengapa hatiku merasa sakit melihat mereka pergi berdua. Bukankah mereka memang dekat sejak aku belum menikah dengan mas Leon. Kupandangi lagi makanan yang aku bawa, sebaiknya makanan ini aku berikan kepada yang membutuhkan saja. Dengan riang kulangkahkan kaki menuju ke tepi jalan untuk menunggu angkot yang lewat. ***"Kak Bela, kemana saja. Sudah lama kakak gak main ke sini. Kami kangen," seru anak-anak jalanan yang kutemui siang itu. Aku baru ingat kalau semenjak menikah dengan Mas Leon, aku melupakan kegiatanku membagikan nasi bungkus setiap hari Jumat."Kakak ada sedikit kesibukan, maaf, ya. Kakak janji akan datang hari Jumat besok!"
Bab 37 Buka Bajumu Aku tak menghiraukan larangan dari pak Sopir. Aku pun keluar untuk menghadapi dua orang suruhan Bang Juki itu."Mau apa, kalian?" "Ha-ha-ha! Ada nyali juga lu, kita mau membawa lu ke bang Juki. Ayo ikut!" jawab mereka dengan tertawa terbahak."Kalau aku gak mau? Kalian mau apa?" "Wah, nantangin dia Bos. Sudah, hajar aja!" Kedua orang itu menyerangku, aku pun bersiap menghadapi mereka. Perkelahian kami pun terjadi, aku berusaha mengalahkan keduanya dengan jurus-jurus yang sudah kupelajari selama ini.Salah satu dari mereka berhasil kubuat terjungkang karena tendangan ku. Aku kembali fokus pada yang seorang lagi, dia menyerang menggunakan sebuah pisau membuat aku terlalu fokus padanya.Sehingga aku lengah dan tak menyadari jika pria yang satu lagi mengambil sebuah batu yang ada di dekatnya.Bugh! Dia melemparku dari belakang. Rasa sakit spontan menjalar di punggungku. Untung aku masih bisa fokus menghadang pria satu lagi yang menghunuskan pisau ke arahku. Berula
Bab 38 - KhilafPOV Leon.Bela masih bengong dengan perintahku barusan. Padahal aku menyuruhnya membuka baju karena ingin melihat luka di punggungnya. "Aku hanya ingin melihat lukamu itu, takutnya parah. Biar bisa diberi obat," ucapku lagi.Bela pun menurut, dia berbalik membelakangiku. Lalu perlahan mulai membuka bajunya. Jantungku mendadak berdetak kencang melihat punggung Bela yang putih mulus.Untuk beberapa saat aku malah terpaku dengan keindahan tubuh Bela yang baru sekali ini kulihat."Mas, bagaimana lukanya?" tanya Bela menyentak kesabaranku. "Sebentar, sepertinya tidak terlalu parah. Mas ambil kotak obat dulu," jawabku lalu bergegas keluar kamar. Aku mengambil kotak obat yang terletak di lemari hias yang ada di ruang keluarga. Mama yang sedang menonton tv hanya mengawasiku tanpa berkomentar. Setelah kotak berhasil kuambil, aku pun kembali ke kamar. Bela masih pada posisinya tadi. Aku mengajaknya untuk duduk di sofa agar lebih gampang mengobati penyakitnya. Luka memarnya
Bab 51 Kok Bisa Sama"Kita juga masih berusaha mendapatkan darah di PMI pusat, Bu. Karena stok darah tersebut sedang kosong di sini. Namun, Zaki harus segera mendapatkan transfusi darah tersebut. Kalau tidak—""Pakai darah saya saja, Dok. Golongan darah saya sama dengan Zaki," ucap Leon memotong ucapan sang dokter. Semua yang berada di depan ruang IGD menoleh pada Leon. Intan tampak tersenyum samar. Dia bahagia karena yakin akan hubungan Leon dan Bela serta Zaki. "Baiklah, kalau begitu anda ikut saya!" balas sang dokter. Leon menoleh pada Bela yang masih menundukkan wajahnya, kemudian mengikuti langkah dokter tersebut ke dalam ruangan di mana Zaki sedang dirawat. Intan menarik napas lega, seusianya Maslaah darah sudah terselesaikan. Dia pun mengajak Bela untuk duduk dan sabar menunggu sampai operasi selesai dilaksanakan. "Saya takut, Bu. Hanya Zaki satu-satunya milik saya di dunia ini. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, ah, saya bisa mati dengan membayangkannya saja," keluh
Bab 50 - Kecelakaan ZakiPOV AuthorBela sedang menerima tamu yang dibawa Leon untuk melihat-lihat kondisi panti yang diasuhnya. Intan dan Rangga, beserta ketiga anaknya tidak hanya berkunjung, tetapi mereka juga membawa banyak barang untuk kebutuhan Panti. Tentu saja Bela merasa senang sekaligus bersyukur. Tiba-tiba saja, seorang anak panti berlari mengulitinya dengan wajah cemas. "Ibu, Zaki!" seru sang anak ketakutan. "Zaki kenapa?" tanya Bela ikut khawatir. "Zaki jatuh dari pohon mangga, Bu. Kepalanya berdarah kena batu!" jawab si anak laki-laki takut. "Apa, di mana dia sekarang?" Bela mulai panik, dia langsung berlari mendapati Zaki setelah si anak laki-laki itu memberitahu kalau Zaki ada di kebun belakang. Bagian belakang panti memang anak ditumbuhi pohon buah-buahan seperti Mangga, Rambutan, Jambu Air dan beberapa jenis buah lainnya. Rangga dan keluarga juga ikut berlari menyusul Bela. Sampai di kebun belakang panti, Intan sangat kaget melihat Zaki yang tergeletak di tana
Bab 49 Ketakutan Bela"Suka, Om. Boleh, kan, Ma?" Zaki memandang padaku dengan pandangan memohon. Dia tahu kalau aku tak suka Zaki menerima tawaran makan dari orang lain. Aku memang pernah melarangnya, bukan karena apa-apa. Aku hanya tak ingin dia jadi sering berharap diajak makan oleh siapapun. Namun, kali ini aku tak kuasa menolak permintaannya.Apa lagi yang mengajaknya makan adalah Papanya sendiri. "Boleh, kali ini saja, ya!" kataku akhirnya. "Yeay, Mama paling baik, deh." Zaki memelukku dengan senang hati, lalu kami pun turun ke lantai bawah. Mas Leon mengajakku dan Zaki masuk ke restoran cepat saji asal negeri Paman Sam dengan maskot kakek tua itu. Ternyata pengunjung sedang ramai saat itu, kami kesulitan mencari kursi dan meja yang kosong. Untunglah mata jeli Mas Leon dapat menemukan satu meja yang kosong."Kalian tunggu di sini saja, biar Om yang memesan makanannya, ya!" kata Mas Leon pada Zaki dan tentu saja padaku juga. Mas Leon meninggalkan kami menuju ke kasir. Dia
Bab 48 - Dia juga SukaPOV BelaSetelah percakapan kami sore itu, Zaki tak pernah lagi mengungkit keinginannya itu. Walaupun aku tahu kalau dia masih memendam keinginannya di dalam hati. Maafkan Mama, ya, Sayang. Mama tak mungkin memenuhi keinginan kamu itu.Untuk mengobati kekecewaannya, aku berinisiatif mengajak Zaki berjalan-jalan ke Mal. Kami pergi sejak siang setelah salat Zuhur. Kami hanya pergi berdua saja, sementara panti dan anak-anak yang lainnya kutitipkan pada Bi Ijah. Bi Ijah adalah orang yang membantuku memasak dan mengurus panti selama ini setelah kepergian Umi."Mama, Zaki mau naik mainan yang itu!" seru Zaki menyentak lamunanku. "Iya, Sayang. Ayo kita beli tiketnya dulu, ya," kataku seraya berjalan menuju ke stand penjualan tiket. Aku membeli tiket untuk permainan Komidi putar. Zaki kelihatan sangat bahagia. Sudah lama aku tak melihat tawanya selebar itu. Zaki memilih menaiki kuda bertanduk. Kata Zaki namanya Unicorn, entahlah benar atau tidak. Aku tak pernah men
Bab 47 - Keinginan ZakiTampaknya dia masih penasaran dengan informasi tentang Zaki. Ini sangat membahayakan diriku. Bagaimana jika dia akhirnya mengetahui kalau Zaki--memanggil anaknya. Aku takut, Mas Leon akan mengetahui kebenarannya lalu membawa Zaki dari hidupku. Tidak! Itu tak boleh terjadi!"Papa nya seorang pelaut, tapi sekarang sudah meninggal. Kapalnya tenggelam di laut beberapa waktu."Aku menuturkan cerita yang pernah keceitakan juga pada Zaki. Maafkan Mama, Nak!"Kasihan sekali Zaki, tapi sepertinya dia bahagia.""Tentu saja dia bahagia, apa yang membuatnya tidak bahagia di sini?" tanyaku heran. "Oh, maaf. Maksud saya. Dia tampak tidak tertekan dan baik-baik saja tinggal di panti.""Dia bahagia karena lebih beruntung dari anak-anak yang lain. Dia masih punya Mama dan bisa tinggal bersama mamanya. Sedangkan anak yang lain, orang tua mereka saja entah dimana keberadaanya."Mas Leon sudah selesai sarapannya, aku pun mengajaknya ke depan agar obrolan masalah pribadi selesai
Bab 46 - Leon CurigaPOV BelaKesibukan orang-orang dari WO yang menangani acara aniversary pernikahan mertuanya Mas Leon menjadi pemandangan menarik bagi anak-anak asuhanku.Mereka senang melihat aneka macam bunga yang mulai disusun di halaman panti yang lumayan luas. "Ma, jadi orang kaya itu enak, ya?" tanya Zaki padaku. "Enak apanya?" "Ya, enak. Bajunya bagus-bagus, makanannya enak-enak terus punya mobil, rumah yang besar juga uang yang banyak," jawab Zaki dengan bersemangat."Gak semua orang kaya itu hidupnya bahagia, Sayang. Untuk mendapatkan kekayaan juga gak gampang, harus bekerja keras dan tidak boleh menyerah. Makanya Zaki sekolah yang rajin, biar pintar dan bisa meraih semua impian Zaki."Zaki mengangguk dengan senang, matanya berbinar mendengar nasihatku. Dia pun menurut saat kusuruh untuk main dengan yang lain di dalam saja, agar tak mengganggu karyawan WO yang sedang bekerja. Besok adalah hari H acara aniversary pernikahan mertuanya Mas Leon. Persiapannya sudah hampir
Bab 45 - Flashback 2"Nak, bangun! Kenapa kamu tidur di sini?"Suara bidadari yang merdu menerpa indera pendengaranku. Membawa diriku ke alam sadar kembali, perlahan kubuka kedua mata ini. Untuk sejenak aku tak ingat sedang berada di mana. Semuanya tampak asing, tapi sejurus kemudian aku pun ingat sedang berada di mana. Rupanya aku tertidur di teras masjid sejak malam tadi. Aku pun duduk sambil meminta maaf pada wanita yang menegurku tadi. "Maaf, Bu. Saya kehujanan malam tadi. Maafkan saya," ucapku sambil menunduk. Aku tak berani mengangkat wajah karena merasa malu kedapatan sedang tidur di masjid. Sementara jamaah yang lain mulai berdatangan, ternyata waktunya salat Subuh sudah hampir tiba. "Tak apa, Nak. Nama kamu siapa? Mengapa bisa tertidur di sini?" tanya wanita itu lagi.Suaranya sangat lembut dan bersahaja membuatku berani mengangkat wajah. Pandangan matanya juga teduh dengan senyum yang menenangkan hatiku. "Nama saya ... ehm, Putri, Bu. Saya kehujanan kemarin malam."Aku
Bab 44 - Flashback Bela 1POV BelaZaki, anak kesayanganku itu memberiku sebuah kejutan. Dia membelikan aku peralatan kecantikan yang sengaja tak kubeli karena keuangan yang sedang bermasalah. Donatur tetap banyak yang mengundurkan diri karena usaha mereka sedang susah. Tak ada yang bisa kulakukan untuk mencari dana tambahan. Tak mungkin rasanya jika aku pergi bekerja seharian. Siapa yang akan mengurus panti dan anak-anak nantinya? Syukurlah hari ini ada seorang pengusaha yang merayakan ulang tahun anaknya di panti. Lumayan buat penghiburan untuk anak-anak asuhku. Sudah lama sekali mereka tak diundang ke acara ulang tahun seperti itu. Namun, tak disangka aku malah bertemu dengan Mas Leon. Untung saja dia tak mengenaliku dengan penampilan saat ini. Mas Leon, dia masih gagah dan tampan seperti dulu. Apa kabarnya sekarang? Aku yakin dia telah menikah dengan Mbak Nadine. Mereka memang serasi, karena itulah aku pergi meninggalkan Mas Leon. Namun, aku pergi dengan membawa satu kesalaha
Bab 43 - Keresahan NadineHari hampir menjelang malam ini aku tiba di rumah. Nadine menyambutku dengan tatap mata yang tajam. Matanya menelisik ke setiap tubuhku, kemudian berlalu begitu saja ke dalam kamar.Aku menyusulnya ke kamar juga, ternyata Nadine sedang menyiapkan baju ganti untukku.Aku pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil berendam di bathtub, ingatanku kembali pada Zaki dan mamanya.Mereka bisa membuatku penasaran. Entahlah, rasanya aku mempunyai suatu hubungan dengan mereka."Mas, kamu belum selesai?" tanya Nadine. Gedoran di pintu dan teriakan Nadine membuatku kembali ke alam nyata."Iya, sebentar lagi!" balasku."Cepat, ya. Ada Papa sama Mama datang," teriaknya lagi.Segera kusudahi mandi lalu keluar dan langsung berpakaian. Setelah selesai, aku pun mencari keberadaan Nadine di ruang depan.Ternyata benar, mertuaku datang. Aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Nadine."Mama sama Papa sudah makan?" tanyaku karena perutku juga lapar.Mereka men