Setelah mengusir Sasa pergi, Dirga melarikan diri lewat pintu belakang.Quinza duduk sesaat, lalu perhatiannya tertarik oleh para murid Aliansi Bela Diri seperti dugaan Dirga.Terutama metode berlatih para murid Aliansi Bela Diri dan juga pil obat yang mereka konsumsi telah membuat Quinza melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya."Siapa yang mengajari kalian berlatih dengan metode seperti ini?""Selain itu, apa nama pil obat yang kalian makan barusan?"Quinza mengadang salah satu murid Aliansi Bela Diri dan bertanya kepadanya."Tentu saja Pak Dirga yang mengajari kami, pil obat ini juga dibuat olehnya.""Nama pil obat ini adalah Pil Esensi.""Sekarang sudah terlambat untuk kamu menyesal, Pak Dirga nggak akan menikahimu."Sasa berjalan menghampiri dan menjelaskan kepada Quinza, setelah itu dia membawa para murid Aliansi Bela Diri untuk meneruskan pelatihan, kemudian meninggalkan Quinza seorang diri.Raut wajah Quinza sontak menjadi masam, seakan wajahnya baru saja ditampar
Aisa sangat penasaran terhadap hal ini."Karena tunanganku ada di wilayah Mutara sini, jadi aku dan ibunya ke sini untuk mencarinya.""Hanya saja, aku belum menemukannya sampai saat ini."Vania segera menenangkan diri, usai bicara, dia kembali berbicara dengan raut wajah bersalah kepada Zira, "Kak Zira, maafkan aku. Aku bukannya ingin menyembunyikan hal ini denganmu.""Melainkan ...."Zira langsung menyela sebelum Vania selesai bicara."Kamu nggak perlu menjelaskannya. Pantas saja cara berlatihmu nggak asing, ternyata Dirga yang mengajarimu.""Ini semua adalah takdir yang telah membuat kita bertemu di tempat ini.""Apa kamu suka Dirga? Kamu khawatir tentang hal itu, jadi kamu nggak berani memberitahuku?""Hah?""Nggak kok, Kak Zira, bukan seperti itu."Vania terkejut.Justru karena Vania tahu Dirga adalah tunangan Zira, sehingga dia tak berani mengkhayalkan apa pun dan hanya bisa memendam perasaannya terhadap Dirga dalam-dalam.Vania tak mempunyai nyali sebesar itu untuk bersaing denga
Saat itu, Zira sudah tidak memiliki harapan lagi, dia terluka parah dan hidupnya sudah tidak akan bertahan lebih lama lagi.Pada saat itu juga, pikiran yang ada di benak Zira sangat sederhana, yaitu berharap agar di detik-detik hidupnya dia bisa bersama dengan Dirga.Zira tak menyangka kalau keterampilan medis Dirga yang begitu hebat mampu menyembuhkan luka di dalam tubuhnya, selain itu Dirga juga membantu Zira mencapai tingkatan alam kultivasi yang lebih tinggi lagi.Selama setengah tahun ini keduanya telah terpisah jauh, tetapi mereka saling merindukan satu sama lain setiap saat.Masa lalu yang dipenuhi berbagai peristiwa seperti baru saja terjadi kemarin malam, semua itu muncul di benak Zira.Saat ini, raut wajah Zira menampakkan senyuman.Senyuman itu begitu manis, dia sama sekali tidak memedulikan Sigit yang saat ini ada di hadapannya.Zira selalu menganggap Sigit sebagai seniornya, dia ingin Sigit tahu kalau Zira selalu menjadi perempuan biasa ketika sedang bersama dengan Dirga.
Zira memimpin dan melakukan serangan terlebih dahulu. Lawan Zira adalah lima orang Dewa Master, yang paling terkuat di antara lima orang itu adalah seorang Dewa Master Tingkat Puncak peringkat lima.Sementara tingkatan yang terendah merupakan Dewa Master Tingkat Puncak peringkat dua.Kekuatan tempur mereka berlima tidak lebih lemah dari seorang semi Kaisar Master.Namun, dalam pertarungan Zira mampu menandingi mereka, bahkan sampai menekan mereka berlima dengan stabil."Jenderal Zira luar biasa!"Lilian dan yang lainnya sudah panas, semakin mereka bertarung mereka semakin bertambah kuat.Meski ketiganya juga telah terluka, luka-luka itu sama sekali tidak memengaruhi mereka.Mereka bertiga, masing-masing mempunyai pengalaman menghadapi kerumunan musuh seorang diri, berhasil mundur dalam pertarungan dan menebas pemimpin musuh.Kesadaran bertarung dan tekad mereka sangat kuat!Terutama Alin, dia Adalah seorang pelindung yang menyerang dan menjaga paling depan.Dengan serangan Alin, pertah
"Pil obat yang sangat luar biasa, apa nama pil obat ini?"Sigit bertanya karena penasaran."Pil Energi Spiritual, ini pil obat yang dibuat oleh Dirga."Raut wajah Zira menampakkan senyum manis yang penuh dengan rasa bangga."Apa boleh berikan aku lebih banyak lagi?""Ya, berikan kami juga dong, Jenderal Zira."Pil Energi Spiritual adalah hadiah yang diberikan oleh Dirga untuk Zira saat Aisa dan yang lainnya pergi.Efek yang ada pada pil obat itu hanya diketahui oleh Dirga dan juga Zira."Maaf, ini adalah hadiah dari kekasihku!""Lain kali, aku akan berikan pada kalian kalau nanti kalian sekarat.""Ayo kita pergi, ayo kita temui si Raja Managa itu."Zira berbicara, lalu melesat ke tengah udara."Apa sih bagusnya si Dirga itu, kenapa Jenderal Zira begitu lembut sama dia?""Ish, Jenderal Zira selalu saja panggil Dirga 'kekasihku', kesal banget deh!"Alin memasang raut wajah masam, kemudian dia berbalik dan menyalahkan Aisa."Semua salah kamu, aku sudah bilang kita buka kotaknya diam-diam,
Di dalam lobi hotel."Angsa Putih, apa maksud ucapanmu barusan?"Raja Managa melihat para prajurit yang pergi meninggalkan hotel dan kebingungan."Apa ucapanku masih kurang jelas?""Raja Managa, apa kamu tahu kenapa kamu selalu kalah dari Raja Asan?""Itu karena kamu terlalu bodoh!""Dari lahir!""Apa kamu pikir hanya kamu seorang yang punya pendukung untuk membantumu, sementara Raja Asan nggak punya?""Apa mungkin kamu lupa kalau Raja Asan adalah satu-satunya raja yang pernah berperang bersama dengan Presiden?""Apa kamu tahu kenapa setelah sekian lama hidupnya baik-baik saja?""Itu karena orang-orang yang ada di belakangmu nggak berani bertindak macam-macam dengannya.""Sebenarnya kamu sudah minum berapa banyak sih sampai bisa jadi mengkhayal seperti ini?""Kamu pikir Presiden nggak tahu keberadaan akan pihak misterius itu? Kamu pikir Presiden akan selalu mengalah karena takut dengan mereka?""Kamu lagi-lagi telah menjadi barang yang dikorbankan oleh pihak misterius itu dan juga Pres
Fisik tubuh Naomi yang istimewa kemungkinan ada hubungannya dengan Pasar Kuolun!Namun, untuk saat ini semua hanyalah prediksi Dirga saja. Demi memastikan semua prediksinya itu, Dirga harus menunggu hingga tanggal lima belas Agustus tahun depan.Meski demikian, ada satu hal yang dapat Dirga pastikan, yaitu setelah tanggal lima belas Agustus tahun depan Naomi akan menjadi pendekar yang sejajar dengan Zira."Tempat yang kamu maksud itu sebenarnya tempat apa? Kenapa aku nggak pernah dengar nama itu sebelumnya?""Apa kamu pernah pergi ke sana?"Naomi berbaring dalam pelukan Dirga, sementara rambutnya menyentuh dagu Dirga dengan nakal."Aku nggak tahu, ini juga pertama kali aku mendengar nama tempat itu. Hanya guruku yang tahu, tapi dia nggak memberi tahu padaku apa pun tentang tempat tersebut.""Biarkan saja dia, lagi pula kita akan tahu saat tanggal lima belas Agustus tahun depan."Pada saat ini, pintu terbuka dan Quinza masuk ke dalam.Naomi tanpa sadar bangun dari pelukan Dirga, tetapi
Dirga tak mempunyai kesan baik sama sekali terhadap Quinza, dia hanya berharap kelak Quinza tak akan mengganggunya lagi.Akan tetapi, Dirga langsung merasa ada yang aneh. Quinza yang barusan dia temui berbeda ketika Dirga pertama kali bertemu dengannya.Hanya saja, Dirga tak tahu di mana letak perbedaannya itu. Dirga seratus persen yakin kalau Quinza yang barusan bukanlah orang yang sama dengan Quinza yang sebelumnya."Menarik juga."Dirga kembali ke dalam kamar. Saat baru saja masuk, dia melihat Naomi dan Quinza sedang duduk bersama, keduanya berbincang dengan asyik."Naomi, aku tiba-tiba ingat ada urusan yang harus kubicarakan dengan Quinza. Tolong keluar dulu, ya."Naomi tak mengatakan apa-apa, dia percaya terhadap Dirga. Akan tetapi, saat berjalan melewati Dirga, Naomi menjulurkan tangannya memeluk pinggang Dirga dan berkata kepadanya, "Aku bertaruh dengan Quinza, kamu nggak boleh buat aku kalah taruhan. Kalau nggak, aku akan memberimu pelajaran."Dirga kebingungan, dia pun bertany