Share

BAB 12 — TERCIDUK

Author: Sinar Rembulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Begitu Serra membuka mata, Gamma buru-buru menjatuhkan dirinya tepat di ceruk leher istrinya. Mata laki-laki itu terpejam, Berpura-pura ia tak punya tenaga untuk bangkit berdiri. Sementara Serra yang baru saja terbangun merasa bingung. Mengapa Gamma berada di sini, dan sekarang pria itu sedang berada dalam pelukannya.

Samar-samar wanita itu juga teringat mengapa ia tidur di ruang tengah. Serra hanya berniat menonton televisi untuk menunggu rasa kantuknya, tetapi ia malah ketiduran di tempat itu.

"Gamma? Kau baik-baik saja?" tanya Serra seraya menepuk lengan lelaki itu. Namun, suaminya hanya merespon dengan erangan kecil. Tubuhnya tak bisa bergerak akibat tertindih badan Gamma yang lebih besar dari tubuhnya. "Kau perlu sesuatu?"

"Air," jawab Gamma sekenanya.

"Kalau begitu, lepas dulu, aku tidak bisa bergerak!" Dengan sekuat tenaga, Serra mendorong tubuh suaminya agar bisa memberinya ruang untuk bangkit. Sungguh pada posisi yang seperti sangat tidak mengenakkan hati. Hembusan napas Gam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Wasner Pangaribuan
koinnya kemahalan
goodnovel comment avatar
SDN 61 TADI
seru abis tp sayang harus beli koin
goodnovel comment avatar
siti mutmainah
huhuhu makin seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 13 — JANGAN MENGATURKU

    Keesokan harinya.Suara air mendidih, membuat Serra yang tengah mencuci daun bawang terpaksa beralih untuk mengecilkan api. Aroma santan semakin menyeruak tatkala ia mendekat ke arah panci berisi bubur yang kini meletup-letup. Kemudian Serra meraih sebuah pisau tajam untuk memotong daun bawang yang ia cuci tadi menjadi ukuran yang lebih kecil. Sesekali dirinya kembali sibuk dengan kegiatan mengaduk bubur.Dalam suasana hening yang demikian, tiba-tiba terdengar suara Gamma yang berteriak memanggil namanya. "Iya! Sebentar," jawab wanita itu seraya menuangkan bubur ke dalam mangkuk putih bergambar ayam jago, tak lupa memberinya ayam suwir dan sedikit kaldu. Setelahnya Serra mematikan api sebelum ia membawa bubur itu meninggalkan dapur, menghampiri Gamma yang tadi memanggilnya.Dengan langkah tergesa, Serra berjalan ke arah kamar, tetapi pintu sudah terbuka dan ruangan itu kosong. Tak jauh dari situ ia mendengar bising, Serra mengandalkan indera pendengarannya untuk mencari sumber suara

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 14 —WILLIAM DAN MULUTNYA YANG MENYEBALKAN

    William berulang kali mengetuk pintu juga menekan tombol bel bangunan bercat putih itu. Menanti sang penghuni yang tak kunjung keluar menampakkan batang hidungnya. Jika saja bukan Gamma yang memintanya datang ke rumah ini, ia tidak akan repot-repot membuang waktu tiga puluh menit untuk menyetir dan lima belas menit untuk berdiri di depan seperti ini. Sudah ke sekian kali pula William melirik arloji pada pergelangan tangannya, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang di dalamnya. Sepi dan hening.Batin William lantas menggerutu. Sebenarnya Gamma ada di rumah atau tidak sih? Pria itu juga tidak menjelaskan alasan menyuruhnya ke rumah ini dan tidak memberikan alasan ia tidak datang ke kantor. Hanya menyuruhnya lewat pesan yang kurang lebih berisi seperti ini, [Ke rumah pukul 10.00, bawa dokumen proyek Jaksel. Cepat atau kupecat!]Bagaimana jika kau memiliki atasan seperti Gamma? Menyebalkan, bukan?Pria itu masih setia berdiri di depan pintu berwarna cokelat tua. Samar-samar ter

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 15 — FAKTA YANG TAK TERDUGA

    Gamma sedang membutuhkan konsentrasi yang tinggi saat ponsel di sebelahnya meraung meminta perhatian. Tanpa menoleh pun ia tahu jika panggilan itu bukan berasa dari ponsel miliknya, melainkan milik Serra. Ponsel berwarna putih dengan seri yang sudah jauh tertinggal peradaban itu berdering terus menerus. Gamma saja tidak tahu bagaimana cara menggunakannya, meskipun sudah menggunakan teknologi layar sentuh.Awalnya ia acuh saja, tapi lama-kelamaan dering itu memecah fokus yang telah ia bangun sejak William meninggalkannya. Pria itu mendesah, ia jengah, lantas tangannya terulur mengambil ponsel berwarna putih yang layarnya sedang menyala dengan dering yang begitu nyaring. Tertulis sebuah nama pada sang pengirim panggilan.Madam Lily. Ada perlu apa perempuan itu dengan Serra? Sementara ia tahu jika istrinya sedang sibuk di kamar mandi. "Serra!" panggil Gamma tetapi tidak ada jawaban dari Serra. Hanya ada suara gemericik air shower yang sedang diguna

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 16 — PERMINTAAN SERRA

    Serra berniat mengantarkan makan siang dan obat untuk Gamma, tetapi langkah kakinya terhenti ketika menemukan Gamma berbaring di atas ranjang. Pria itu tengah tertidur pulas,nampak bergelung nyaman di balik selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Apakah pria itu masih sakit? Serra meletakkan nampannya, kemudian buru-buru memeriksa keadaan Gamma. Ada sedikit rasa khawatir yang menyelinap dalam dadanya karena sewaktu ia tinggal tadi, lelaki itu masih sibuk bekerja dengan laptopnya bersama William. Kini komputer jinjing itu hanya dibiarkan menganggur di atas nakas dan William sudah pergi.Setelah berhasil menggapai dahi Gamma, Serra bisa bernapas lega, Suhu tubuh Gamma yang sempat tinggi bagai air mendidih itu sudah mereda. Sejurus kemudian Tangan wanita itu bergerak memeriksa bagian yang lain, mulai dari pipi hingga leher suaminya.Tanpa disangka, gerakan tangan itu mengusik mimpi indah Gamma. Pria itu membuka mata saat telapak tangan Serra masih berada pada wajahny

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 17 — PIKIRAN MESUM GAMMA

    Suasana malam ini begitu hening meskipun kedua penghuni rumah sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Gamma yang sedang melipat lengan kemeja yang ia kenakan dan Serra yang bersiap-siap di dalam kamar yang terkunci rapat itu. Setelah selesai dengan kegiatannya, Gamma melirik ke arah jam arlojinya. Jarum panjang menunjukan angka 5 sementara jarum pendeknya mengarah pada angka 7. Sebentar lagi makan malam akan dimulai. Tangan kanan Gamma meraih gelas berisi air teh hangat buatan Serra beberapa waktu lalu. Berniat menghabiskan cairan itu sembari menunggu Serra. Tetapi perempuan itu belum jua keluar dari persembunyiannya. Apakah wanita selalu berdandan selama itu? Bahkan hingga air itu tandas, Serra belum juga keluar.Gamma meletakkan gelasnya, lantas mengetuk pintu itu tak sabar. "Serra! Kau sudah selesai belum?"Tak berselang lama pintu itu terbuka. Seorang wanita bertubuh ramping dengan rambut yang panjangnya sebahu tengah berdiri di sana. Wanita itu mengenakan dress hitam selutut

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 18 — NASI YANG BERSERAKAN

    Gamma menuruni tangga dengan langkah cepat. Laki-laki berkemeja putih dan berdasi motif polkadot hitam dengan jas senada yang sedang menyampir di tangannya itu sedang mengejar waktu. Mendikte dirinya agar segera pergi ke kantor dan menyiapkan diri untuk kegiatann yang cukup krusial hari ini.Pagi ini Ada meeting yang harus ia hadiri dan tak berselang lama setelah meeting akan ada tamu penting yang harus ia terima di perusahaannya, lalu di siang hari setelah makan siang ia harus melakukan kunjungan pada salah satu proyek yang sedang ia kerjakan.Saat Gamma hampir menuruni setengah dari jumlah anak tangga itu, ponsel dalam sakunya bergetar dan mengeluarkan dering. ada sebuah panggilan masuk. Dengan terpaksa ia memelankan tempo langkahnya, lalu merogoh benda pipih itu keluar dari persembunyiannya. Begitu melihat nama kontak yang terpampang pada layarnya dahi Gamma menekuk dalam. Sedikit bertanya-tanya dalam hati mengapa Anna menelponnya sepagi ini, walau sebenarnya it

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 19 — HANYA SANDIWARA

    "Target kita sudah tercapai dan klien puas, kenapa wajahmu masih saja seperti benang kusut? Jangan bilang kau belum sarapan?"William mendudukkan diri pada kursi kosong yang bersebrangan setelah meletakkan berkas dalam map berwarna merah di atas meja Gamma. Lelaki itu lantas menyilangkan kaki, dan menyandarkan tubuhnya seraya menatap sang sahabat yang terlihat cukup muram, meski terlihat datar dan tenang. Seusai meeting yang diadakan pagi ini, William dan Gamma harus membahas rencana mereka ke depannya untuk sebuah proyek lanjutan yang telah selesai mereka garap. Sementara Gamma yang mendapat pertanyaan hanya menjawab dengan dengusan. "Memang belum sarapan," katanya seraya meraih map merah dan membukanya. Sejenak pria yang telah berusia kepala tiga itu mencermati isi dari addendum yang telah disetujui William dan kini membutuhkan persetujuan dirinya. Tangannya lalu bergerak mengambil pulpen bersiap untuk membubuhkan tanda tangannya."M

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 20 — PRIA BERTATO NAGA

    Di tempat lain, di saat yang sama.Serra mematung ketika tangannya menarik gagang pintu berkelir cokelat. Wanita itu baru saja berlari karena Bel rumah ini berbunyi beberapa kali saat ia tengah asik mencuci baju. Ia pikir Gamma telah kembali, tetapi ternyata orang yang kini berdiri di depan pintu bukanlah suaminya. Kedua alisnya spontan bertemu begitu mendapati sosok tamu pria asing yang tengah berdiri menjulang di hadapannya. Sebelumnya Serra belum pernah bertemu dengannya karena memang ia belum mengenal tetangga sekitar rumah ini.Terlalu banyak dan membutuhkan waktu yang lama. Pun waktunya seharian kemarin ia gunakan untuk mengurus Gamma yang sedang sakit.Pria yang berdiri dihadapannya itu memiliki kulit putih namun tak sebersih suaminya karena memiliki tato naga hitam di lengan kiri. Membuat Serra menelan ludahnya kasar , membayangkan jika saja pria itu berniat jahat atau menyakitinya. Meski memiliki Wajah yang tampan, tetap saja Serra begi

Latest chapter

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 286 — AKHIR YANG BAHAGIA

    “Apa yang membuat istriku ini melamun, hm?”Suara bariton itu membuyarkan lamunan Alisha. Bersamaan dengan kedua lengan kekar yang kini membelit tubuh rampignya dari arah belakang. Siapa lagi kalau bukan suaminya? Tentu hanya William, satu-satunya lelaki yang berada di rumah ini. Wanita itu hanya pasrah ketika pria itu menekan tubuhnya dan meletakkan kepala di ceruk leher jenjang miliknya. Bahkan Alisha tidak menolak sama sekali saat William mendekapnya begitu intim. Aroma susu yang menusuk indera penciuman sudah cukup memberikan informasi bahwa suaminya ini baru saja membersihkan diri. Ya, beberapa saat yang lalu mereka baru saja tiba di rumah setelah mengunjungi sang ibu mertua. Lexa masih belum bangun dari tidur siangnya. Membuat sepasang suami istri itu bebas melakukan apapun.“Coba katakan, apa yang sedang kau pikirkan hingga melamun begini? Ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya William lagi sebelum mengecup tengkuk istrinya dengan lembut.“Tidak, Will. Tidak ada yang terjadi

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 285 — PANGGIL SAJA DIA PAPA

    “Setelah sekian lama. Aku pikir, tidak akan pernah betemu lagi denganmu, Alisha.”Serra menolehkan kepala ke arah Alisha yang duduk di sebelahnya. Istri Gamma itu lebih dulu memulai pembicaraan setelah sekian lama saling bertukar geming dengan adik iparnya. Sejak mereka bertemu tadi hanya sebuah senyum yang mereka lemparkan satu sama lain. Lama tak bertemu, membuat mereka bingung apa yang harus diobrolkan selain bertukar sapa dan kabar, mungkin saja demikian.Dua menantu itu sedang menunggu di depan kamar Romana, membiarkan para putra Pranadipta menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak ingin ikut campur terlalu jauh dan memilih menunggu sembari mengamati buah hati mereka bermain kejar-kejaran. Padahal, baru beberapa detik yang lalu Sagara dan Lexa berkenalan, tak sampai hitungan menit mereka sudah dekat bagai tanpa sekat. Bahkan layaknya teman lama yang tak lama berjumpa. “Aku juga sempat berpikir begitu, Serra,” jawab Alisha setelah membuang napas panjang. Selanjutnya menguntai sen

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 284 — BERDAMAI DENGAN MASALAH

    “Siapa juga yang mau menyia-nyiakan wanita secantik istriku ini?”Sahutan dari William membuat tautan tubuh dua kaum hawa itu terlepas. Alisha langsung menyurut air matanya dan menyembunyikan wajahnya. Baru setelah semuanya terasa baik, wanita itu menoleh ke arah sumber suara. William sudah berdiri di ambang pintu bersama dengan Lexa yang sedang memegang sebuah cupcake di tangan kanannya. Entah sejak kapan mereka kembali dari dapur, Alisha hanya berharap William tidak mendengar semua kalimat yang dia ucapkan tadi. Tentu ia akan malu setengah mati.Pria itu lantas melanjutkan langkah kakinya, diikuti dengan Lexa yang sadar sang ayah lebih dulu pergi. Selanjutnya menggeser sebuah kursi yang terletak di samping nakas dan mendaratkan tubuhnya di sana.“Aku tidak akan bertindak bodoh seperti dulu,” sambungnya kemudian.“Kalau dia kembali seperti dulu lagi, laporkan padaku, Lisha! Aku yang akan maju memberinya pelajaran!” sahut Romana yang kini menoleh ke arah sang cucu. “Ah, rupanya dia be

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 283 — GET WELL SOON, GRANDMA!

    “Hai, Grandma!”Lengkingan suara itu berasal dari Lexa. Gadis itu kegirangan saat mengetahui dirinya akan menjenguk Romana. Sejak dari rumah tak henti-hentinya mengoceh tidak sabar bertemu Grandma-nya Uncle Painter—yang notabene adalah nenek kandungnya sendiri. Saking senangnya, anak itu pula yang memilihkan bingkisan untuk Romana. Dengan langkah kecilnya, Lexa berjalan menuju ranjang Romana, tempat dimana wanita paruh baya itu beristirahat, meninggalkan kedua orang tuanya yang mengekor di belakang. Tak lupa sebuah senyum tulus dari bibir mungilnya terbit lebih dulu. Tidak ada perasaan takut, meski baru pertama kali bertemu. “Hai, Manis!” sapa Romana usai mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Sedikit terkejut dengan kedatangan seorang anak perempuan yang begitu cantik. Namun, begitu menyadari William juga Alisha muncul di ambang pintu, wanita itu tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Sebab pada akhirnya ia diijinkan untuk bertemu dengan cucu yang selama ini tak

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 282 — I MISS YOU SO MUCH, SON!

    Begitu pintu terbuka, pemandangan yang pertama kali dilihat oleh William adalah Romana yang sedang terbaring di atas ranjang. Dengan infuse cairan berwarna kuning yang terpasang di tangan kirinya. Dua matanya terpejam. Kantungnya begitu besar dan tampak menghitam. Entah sudah seberapa sering wanita paruh baya itu tidak mengistirahatkan diri. William hanya mendengar cerita dari Bi Sumi yang mengatakan bahwa Romana sulit tidur hingga harus diberikan obat agar mendapatkan waktu rehat yang cukup selama beberapa hari terakhir. Dokter telah mendiagnosa bahwa hipertensi Romana muncul karena kelelahan dan banyak pikiran. Seolah menyadari seseorang telah datang di kamar pribadinya, Romana perlahan membuka mata. Wanita itu hampir melompat karena terkejut mendapati putra bungsunya sudah berada di hadapan mata. Bahkan sampai terduduk dan hendak menyingkap selimut guna berjalan menyambut William.Sebesar itu rindunya terhadap putranya.“Jangan bangun dulu, Ibu belum sehat, kan,” tegur William ke

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 281 — KEINGINAN ANEH

    Alisha mengamati setiap detail rumah besar yang baru saja ia pijak ini. Setelah mendarat di tanah air, ia dengan keluarga kecilnya itu segera menuju bangunan mewah yang sempat ia tinggali selama beberapa bulan. Rumah pribadi milik William. Rumah yang menyimpan banyak cerita dan kenangan akan mereka. Mulai dari masa-masa perjodohan hingga mereka menikah. Rumah itu pula yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.Baru berpijak di halaman rumah saja semua peristiwa yang terjadi bertahun-tahun silam langsung terputar. Peristiwa dimana William tidak mau membantunya menurunkan dan membawa koper. Juga peristiwa William membuang bekal makanan yang dibuat Alisha dengan susah payah. Ah, semua itu masih bisa mencubit hatinya.Alisha memang seperti ini. Terlalu melankolis hingga sulit melupakan hal-hal yang pernah terjadi padanya terutama kejadian buruk.“Biarkan saja kopernya, nanti biar aku dan Pak Man yang membawanya ke dalam.” William berkata demikian seraya membopong tubuh mungil putrinya ya

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 280 — LEXA MAU SEPERTI ATTA

    “Kalau kau tidak mau ikut, tidak apa-apa. Biar aku yang pulang sendiri ke Indonesia, tetapi mungkin aku akan kembali saat ibu sudah baikan.”William memutar tubuh dan melihat ke arah sang istri yang datang membawa satu piring lauk menu makan malam mereka hari ini. Lelaki yang tengah mengenakan piyama biru tua itu lantas menarik sebuah kursi berbahan kayu kemudian mendaratkan tubuhnya di sana, menunggu jawaban Alisha. Sedangkan Alisha belum mengatakan sepatah kata pun terkait hal yang sedang mereka rundingkan. Sepasang suami istri itu baru saja membahas terkait dengan kabar Romana yang jatuh sakit.Situasi itu, membuat William harus pulang sesegera mungkin. Tidak ingin keadaan ibunya semakin parah, sebab obat yang paling manjur hanyalah kedatangan dirinya. Namun, ia tak mungkin juga meninggalkan Alisha dan Lexa lagi. Untuk itu, William berinisiatif untuk mengajak mereka kembali ke Indonesia. Ia juga ingin menunjukkan pada ibunya bila dia setidaknya sudah bisa memperbaiki hubungan perni

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 279 — BLUE CUPCAKE

    “Mama Sha? Wau! Ada cake dari siapa, Ma?”Lexa menaiki bangku, lalu mengamati barisan cupcake brownies berhias krim warna-warni pada sebuah piring yang terletak di atas meja makan. Anak kecil berkuncir dua itu baru saja menyusul sang mama ke dapur, setelah sebelumnya asik menonton film kartun favorite-nya di ruang tengah. Bocah itu tertarik pada salah satu krim yang berwarna biru dengan taburan cokelat mutiara putih, tetapi tak berani mengambilnya sebab belum diijinkan oleh sang mama. Alisha melempar senyum pada putrinya. Lalu merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan tubuh Alexandra. “Mama baru saja beli, Sayang. Kau mau makan?”Anggukan kepala diberikan oleh gadis kecil itu. Alisha lantas mendekatkan piring berisi kue-kue itu ke arah Lexa, agar mengambil sendiri kue yang dia mau.“Blue, is my favorite!” seru Lexa dengan nada yang menggemaskan. Selanjutnya mengambil kue berwarna biru seperti yang inginnkannya. “Kalau yang itu, Ma?” Anak itu menunjuk ke potongan brownies biasa yang t

  • Istri yang Terpaksa Kau Nikahi   BAB 278 — KEBENARAN

    Di tempat lain.“Kau terlalu cepat membuat keputusan, Nak. William juga punya hak atas perusahaan. Kau tidak bisa memecatnya sembarangan seperti pegawai lainnya. Dan, Ibu rasa selama ini dia tidak pernah absen kecuali beberapa waktu belakangan. Itupun kau tahu karena dia sedang mengurus keluarganya. Dimana akal sehatmu, Gamma!”Teguran dengan nada cukup keras itu diberikan Romana kepada Gamma yang sedang duduk di atas kursi kerjanya. Beberapa saat yang lalu, wanita paruh baya itu mendapatkan kabar bila Putra sulungnya mengirimkan surat pemecatan kepada adiknya sendiri.Tentu saja Romana tidak terima akan hal itu. Gamma tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan William. Gamma hanya tersulut emosi sebab beberapa investor marah padanya satu hari yang lalu. “Aku tidak mau ada pengacau di perusahaan, Bu. Ibu juga tahu sendiri bagaimana para investor dan pemegang saham menegurku karena progress yang lambat. Sedangkan William pergi tanpa mengurus pekerjaannya sama sekali! Dia harus diberika

DMCA.com Protection Status