Share

Cinta Firman

Penulis: Ricka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 08:21:04

“Itu artinya, Wanita itu juga mandul.”

Firman terdiam, mungkin saja apa yang di katakan Amira itu benar. Namun pertemuan yang tak terduga antara mereka berdua tadi siang, membuat Firman belum sempat banyak bertanya pada Nirmala.

Keadaan rumah tangga Nirmala berasama pak Husen saja, ia belum memastikan sepenuhnya. Ia bahkan tidak terpikirkan, apa Nirmala memang belum sama sekali memiliki keturunan.

“Kenapa Mas diam? Benar dugaanku bukan, kamu memang mencintainya. Bukan hanya menginginkan seorang anak.” Amira kembali mencecar sang suami.

Firman hanya membisu, ia bingung untuk merangkai kata-kata yang akan ia ucapkan. Ia juga takut salah bicara, dan akan semakin memperparah keadaan.

Akhirnya pria itu, kembali merebahkan tubuh. Menarik selimut, hingga hampir seluruh tubuhnya tertutupi. Membiarkan sang istri, dengan amarah yang belum mereda.

Pagi ini, Firman mengerjapkan mata, bangun dan ingin memulai aktifitas. Menemukan Nirmala, dan memutuskan hal yang besar serta terlibat keributan dengan sang istri membuatnya begitu lelah.

Setelah melihat Amira di dapur pagi ini, Firman sedikit lega. Amira sudah nampak tenang, tak ada menujukkan kemarahan seperti semalam. Tak ada juga, ocehan yang keluar dari bibirnya. Ia bahkan masih menyiapkan keperluan Firman seperti biasa, tanpa ada yang berbeda. Firman akan membiarkan Amira sedikit tenang untuk beberapa waktu. Ia tahu, keputusannya untuk menikahi Nirmala, akan melukai sang istri.

Tak ada obrolan penting keduanya di meja makan pagi. Mereka berdua, menghabiskan sarapan dengan tenang.

“Sayang, sepertinya Mas akan pulang sore hari ini. Para pesaham akan berkunjung keperusahaan.” Ucap Firman, sembari kembali menyuapkan sarapan yang di buat sang istri.

“Iya Mas, aku juga akan berkunjung kerumah ibu hari ini.” Ucap Amira dengan tenang.

“Kenapa, bukankah dua hari yang lalu kamu juga baru berkunjung kesana?”

“Tidak apa-apa, aku bosan di rumah.” Meski curiga, Firman tentu tidak dapat menahan sang istri.

Setelah selesai sarapan, Firman pun pergi.Sementara Amira, juga bersiap. Karena motor miliknya tertinggal di kos tempat Nirmala berada, ia terpaksa memesan ojek online.

Sesampainya di kantor, Firman bekerja seperti biasa. Sebenarnya tidak ada kunjungan dari siapa pun, di kantornya hari ini. Ia bahkan berniat untuk pulang lebih awal. Pikirannya terus tertuju pada Nirmala, wanita yang akan segera ia nikahi. Bahkan, ia terlihat begitu gelisah.

Setelah lewat setengah hari, Firman memutuskan untuk pulang. Ia merasa tak bisa menyelesaikan pekerjaan, jika pikirannya tidak berada di tempat.

Seperti yang sudah ia rencanakan, ia kembali menemui Nirmala. Entah mengapa, debaran di hatinya kian terasa. Impian untuk memiliki Nirmala sejak dulu, akhirnya hampir menjadi nyata. Ia bahkan melupakan, jika Nirmala sudah terjerembab dalam dunia hitam.

Dia dengan cepat melajukan mobil kearah kos-kosan. Jarak antara kos-kosan dan rumahnya memang cukup jauh, sekitar empat puluh menit. Membuatnya merasa aman, tidak munngkin Amira akan menyusulnya lagi. Lagi pun, Amira hari ini pergi kerumah orang tuanya.

Tok tok... Firman mengetuk pintu, setelah tiba di lantai dua. Jika siang hari, gerbang kos-kosan ini tidak di kunci oleh pemiliknya.

“Nirmala,” tak ada sautan dari dalam.

“Nirmala, Nirmala.” Karena tak ada sautan, Firman pun meneluarkan benda pipih dari saku celananya.

Saat jarinya sudah mengotak-ngatik benda itu, ia pun menepuk dahi.

“Ah, bagaimana ini. Aku bahkan lupa untuk menyimpan nomor hpnya.” Ucap Firman kesal.

Ia pun memutar badan, hendak turun dan meminta kunci cadangan pada ibu kos. Ia yakin jika Nirmala, berada di dalam.

Namun saat sudah menuruni beberapa anak tangga, ia melihat Nirmala. Namun, mata Firman seketika membulat, bagaimana tidak Doni nampak begitu asyik mengajak Nirmala mengobrol. Sampai-sampai tidak menyadari, jika ia sudah sudah berdiri tak jauh dari mereka.

“Nirmala,”

“Mas,” Mereka bertiga sama-sama terkejut. “Sedang apa Mas di sini?”

“Tentu saja untuk bertemu denganmu, untuk apa lagi?”Ucap Firman, namun ia mentap kearah Doni. Menyadari ada sedikit amarah di tatan Firman, Doni langsung menggeser tubuhnya menjauh.

“Tadi Nirmala lapar, jadi kutemani dia membeli makanan.” Penjasan Doni dapat di mengerti olehnya.

“Ya sudah Nirmala, aku pergi dulu.” Doni pun meninggal mereka berdua. Ia paham jika ada hal penting yang ingin Firman sampaikan.

“Ayo naik, ada hal yang perlu kita bicarakan.” Ucap Firman sembari menarik tangan Nirmala, karena Nirmala hanya diam.

“Kenapa harus naik, bukankah di atas tidak ada kursi? Lalu apa dia mengajak ku bicara di kamar? Mas Firman benar-benar sudah berubah.” Guman Nirmala dalam hati.

Meski tidak suka, ia tetap mengikuti langkah Firman.

“Kita mau bicara di mana Mas?”

“Di kamarmu.” Firman menjawab dengan santai.

“Tapi, apa tidak masalah? Bagaimana kalau ibu kos tahu? Kitakan belum menikah.”

“Aku sudah menjelaskan pada ibu kos semalam, lagi pun aku sudah lama mengenal mereka.”

Setelah memasuki kamar, Firman duduk di tepi tempat tidur. Ia terus memeperhatikan wajah Nirmala. Dulu, jangankan untuk berduan di sebuah ruangan, duduk di tepi jalan saja ia sudah sangat senang.

“Mas, apa yang ingin Mas bicarakan?” ucap Nirmala memulai pembicaraan.

“Mengenai pernikahan kita,”

“Apa mbk Amira sudah setuju?”

“Belum, sepertinya ia berat menyetujui jika aku menikah denganmu.” Firman mulai menggeser tubuhnya, agar lebih dekat dengan Nirmala.

Perlahan ia mulai menyentuh, dan menggenggam posesif tangan Nirmala.

“Lalu, bagaimana?” Nirmala sebenarnya hendak menarik kembali tangannya dari genggaman Firman, namun karena genggaman itu cukup kuat, ia hanya tak bisa melakukannya.

“Kita akan tetap menikah, tapi beri aku waktu.”

“Waktu? Waktu untuk apa, Mas?” tanya Nirmala lagi, ia belum bisa membaca renca Firman kedepan.

“Waktu untuk mengurus pernikahan kita, dan membujuk agar kalian bisa tinggal bersama di rumah.”

Jawaban Firman bukanlah jawaban yang di inginkan Nirmala, ia berharap Firman dapat melepaskannya. Atau bahkan, memilih salah satu di antara mereka berdua.

Menjadi yang kedua, tentu akan membuat orang-orang memandangnya rendah. Belum lagi harus memikirkan, bagaimana menghadapi keluarga Amira. Mereka pasti akan, mengintimidasinya jika bertemu.

Tapi, jika ia lari dari cengkraman Firman pun tidak mungkin ia lakukan. Kemana ia akan pergi, bagaimana jika ia kembali terjerat oleh seseorang seperti mami Erni.

Atau bahkan lebih buruk, jika pak Husen menemukannya maka laki-laki tua itu sudah pasti akan kembali menyeretnya untuk pulang.

“Nirmala, kenapa kamu diam? Apa ada yang salah?” ucap Firman sembari, menyentuh wajah Nirmala.

“Tidak Mas, aku hanya merasa bersalah sama mbk Amira. Bagaimana pun, aku orang ketiga diantara kalian.” Firman menghela nafas. Mentap Nirmala dalam.

“Aku ingin tahu, bagaimana perasaanmu pada ku saat ini Nirmala? Apa masih ada cinta di hatimu untukku?”

Nirmala terdiam, jauh dari lubuk hatinya, cinta untuk Firman tak pernah memudar. Bahkan ia pernah berharap, jika Firman akan menjadi miliknya. Namun keadaan saat ini, membuat hati kacau dan dilema.

Tiba-tiba Firman mendekatkan wajahnya, hingga wajah mereka berdua berdekatan tanpa jarak.

Bab terkait

  • Istri yang Terbuang   Derita Nirmala

    Pangutan demi pangutan terus Firman lakukan, hingga beberapa saat berlalu. “Nirmala, kenapa?” Dahi Firman mengernyit, menatap wanita yang ada di depannya dengan heran. Sentuhan yang baru saja ia lakukan, ternyata tak mendapat sambutan hangat dari sang wanita. Nirmala hanya diam, mengatup kedua bibirnya.“Apa aku sehina itu, Mas?” Firman seketika menarik tubuhnya menjauh. Tatapan sendu dari mata Nirmala, seakan mendorong tubuhnya dengan keras. Bola mata hitam itu, mulai terlihat berkaca-kaca.“Nirmala, maafkan aku.” Kembali Firman meraih tangan Nirmala. Terasa dingin, dan bergetar.“Aku, benar-benar minta maaf.” Firman sunguh tidak menyangka, jika Nirmala merasa terhina akan apa yang telah ia lakukan.Ia heran, mengapa bisa seperti ini. Bukankah Nirmala sudah menikah, dan bekerja di rumah bordir? Lalu mengapa Nirmala menolak. Firman sempat berpikir, jika Nirmala juga menginginkan kemesraan dengannya. Tapi nyatanya, ia malah menyakiti sang wanita.“Mas, pulanglah. Hidupku sudah berge

  • Istri yang Terbuang   Siapa Pak Husen

    “Bukankah nama majikan Ayah dulu pak Husen juga?” ucap Ibu, sembari mengkerutkan keningnya. “Oh iya benar, pantas Ayah merasa tidak asing. Tapi, yang namanya pak Husen bukan hanya satu Bu.” “Orang mana memangnya mantan suami, wanita itu Mir?” Ibu mencoba memastikan, siapa tahu memang pak Husen yang sama. “Aku kurang tahu Bu, kenapa memangnya?” “Jika itu pak Husen yang sama, itu artinya kita punya kesempatan untuk membatalkan pernikahan mereka. Setahu Ayah, pak Husen mantan majikan Ayah dulu juga sering menikahi wanita-wanita muda. Tapi, tidak pernah dia ceraikan.” Kali ini Ayah yang menjawab, ia merasa jika mantan suami Nirmala adalah pak Husen yang sama, yang ia kenal. “Maksud Ayah tidak pernah cerai bagaimana?” Amira bingung, apa maksud sang Ayah. Laki-laki bagaimana sebenarnya pak Husen itu? Namun, di saat mereka belum selesai membahas perkara mantan suami Nirmala, sebuah mobil hitam memasuki halaman rumah. Ternyata Firman menyusul Amira, selepas menemui Nirmala tadi siang

  • Istri yang Terbuang   Setelah Pernikahan

    “Apa kamu tahu tentang pak Husen, Lin?” Tanya Amira dengan antusias. Tanpa ia duga, ternyata Lini mengetahui dengan jelas siapa, dan dimana laki-laki bernama pak Husen itu.Meski hatinya begitu terluka, dan merasa terhina, ia tidak ingin menyerah sedikit pun. Bagaimana pun, Nirmala harus segera ia singkirkan.***Sore itu, semua keluarga Firman dari kampung, memutuskan untuk tidak menginap. Orang tua Firman, memeluk Nirmala dengan erat, ketika berpamitan.Kerinduan terhadap Nirmala, begitu terlihat di wajah ibu Firman. Perlakuan manis yang di terima Nirmala, semakin mencabik hati istri pertama Firman.Meski sang mertua, terbilang baik padanya selama ini. Namun, perlakuan sang mertua hari ini kepada Nirmala, seketika ia merasa di perlakukan begitu berbeda.“Mala, Ibu langsung pulang hari ini.” Ucap Nur, pada menantu barunya itu. Tak lupa ia juga mengelus lembut, pucuk kepala Nirmala.“ia Bu, hati-hati. Padahal, Mala harap Ibu dan yang lainnya bisa menginap malam ini?” sejak dulu, ibu F

  • Istri yang Terbuang   Tawaran Bebas

    “Di sini kamu rupanya, Nirmala!” Teriak Mami Erni, ketika melihat Nirmala yang sedang duduk di bawah sebuah pohon. Tangannya dengan cepat mencengkram lengan Nirmala. “Mami, lepaskan. Sakit!” “Lepaskan? Kamu mencoba kabur dari ku, Nirmala.” Wanita paruh baya itu kembali berteriak, bahkan sebuah tamparan pun ia berikan. Ujung bibir Nirmala, bahkan sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah. “Aku tidak akan kabur Mi, aku hanya ingin istirahat.” Nirmala pun, mulai menangis. Ia merasa sangat lelah, setelah hampur satu tahun yang lalu ia terjebak oleh seorang Mucikari. Ia terus di paksa untuk melayani tamu-tamu yang datang setiap hari. “kau tahu sebanyak apa uang yang sudah ku keluarkan untukmu Nirmala? Belum lagi biaya hidup mu di sini? Sudah cepat, Benny tarik dia!” Benny sang bodyguard pun dengan cepat menarik tubuh kurus Nirmala. “Biarkan aku istirahat di sini sebentar Mi,” “Tidak, ada tamu yang sudah menunggu mu Nirmala. Jangan membuat ku rugi, atau kamu harus membayar semua

  • Istri yang Terbuang   Menerima Tawaran

    “Bagaimana apa kamu mau?” Nirmala terlihat bimbang, kesempatan seperti ini tidak akan mungkin datang untuk kedua kali. Namun, konsekuensi yang harus ia tanggung untuk bebas dari tempat ini begitu berat. Bukan hanya menikah dan menjadi yang kedua, namun Firman juga meminta seorang anak darinya. “Lalu setelah aku memiliki anak, apa kamu akan membuang ku? Atau bagaimana jika aku tidak bisa memiliki anak?” selama menikah dengan pak Husen, Nirmala selalu mengkonsumsi pil pencegah kehamilan. Ia takut jika hal itu membuatnya akan kesulitan untuk mendapatkan seorang anak. “Kita akan membesarkan anak itu bersama, dan pertanyaanmu yang kedua aku merasa tidak perlu untuk menjawabnya.” Jawaban Firman yang menggantung, membuat Nirmala sedikit ragu. Bagaimana pun Firman sudah sangat berubah, kehadirannya di tempat seperti ini saja sudah bisa menjelaskan bagaimana Firman sebenarnya. “Lalu bagaimana dengan istrimu Mas, apa dia setuju jika kamu menikah lagi?” “Biar itu menjadi urusan ku,” Nirmal

  • Istri yang Terbuang   Penolakan Istri Pertama

    Malam semakin larut, mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu. Firman dan Amira duduk bersebelahan di sofa yang sama. Sementara Nirmala, duduk di sofa sebrang meja. Posisi mereka yang berhadapan, membuat Amira dapat leluasa memindai mentap Nirmala dengan tajam. Menyadari tatapan penuh kebencian dari Amira, Nirmala hanya menunduk. Ada rasa bersalah yang begitu besar, namun ia juga merasa sedikit cemburu pada Amira. Bagaimana pun, Firman masih bertahtah di hatinya. “Seharusnya aku tidak berada dalam situasi yang sulit ini. Ya tuhan, aku harus bagaimana?” Lirih Nirmala dalam hati, ia semakin menyesal menerima tawaran dari Firman. Nirmala semakin tertunduk, ketika Amira semakin memandangnya rendah. Tatapan Amira begitu lekat, memindai setiap inci tubuhnya. “Jadi di mana kamu mendapatkan perempuan ini, Mas?” Tanya Amira. “Kenapa? Bukankah kamu sudah setuju jika aku menikah lagi?” Firman menatap istrinya dengan bingung, padahal Amira sudah mengizinkannya untuk menikah lagi beberapa wa

  • Istri yang Terbuang   Amira Masih Berusaha

    “Mas, siapa itu?” Nirmala merasa tak asing, ketika mendengar suara wanita yang bertriak di depan.“Kamu jangan turun, tetap di sini.”Firman langsung berbalik, meninggalkan Nirmala. Ia langsung kembali turun ke lantai bawah. Wajah paniknya, begitu terlihat jelas.“Firman, istri pertamamu marah-marah di depan, Nak.” Ucap wanita pemilik kos, yang sudah hampir menaiki tangga hendak menyusul Firman.“Aku tidak menduga jika Amira akan menyusul kesini Bu.” Firman semakin mempercepat langkah kakinya.“Doni, jangan halangi aku masuk. Apa kau bekerja sama untuk menyembunyikan wanita murahan itu?” Teriak Amira saat Doni, teman Firman menghalangi ia yang dendak masuk. Ia terpaksa berteriak diluar pagar.“Mbk, tolong jangan berteriak di sini. Orang-orang sudah pada tidur.” “Biar saja, biar semua orang tahu siapa yang di bawa Mas Firman. Kamu juga, kenapa malah menerima wanita itu di sini.” Amira pun memarahi Doni, ia terus mencoba menerobos masuk. “Kamu juga harus tahu Don, wanita itu masih memi

Bab terbaru

  • Istri yang Terbuang   Setelah Pernikahan

    “Apa kamu tahu tentang pak Husen, Lin?” Tanya Amira dengan antusias. Tanpa ia duga, ternyata Lini mengetahui dengan jelas siapa, dan dimana laki-laki bernama pak Husen itu.Meski hatinya begitu terluka, dan merasa terhina, ia tidak ingin menyerah sedikit pun. Bagaimana pun, Nirmala harus segera ia singkirkan.***Sore itu, semua keluarga Firman dari kampung, memutuskan untuk tidak menginap. Orang tua Firman, memeluk Nirmala dengan erat, ketika berpamitan.Kerinduan terhadap Nirmala, begitu terlihat di wajah ibu Firman. Perlakuan manis yang di terima Nirmala, semakin mencabik hati istri pertama Firman.Meski sang mertua, terbilang baik padanya selama ini. Namun, perlakuan sang mertua hari ini kepada Nirmala, seketika ia merasa di perlakukan begitu berbeda.“Mala, Ibu langsung pulang hari ini.” Ucap Nur, pada menantu barunya itu. Tak lupa ia juga mengelus lembut, pucuk kepala Nirmala.“ia Bu, hati-hati. Padahal, Mala harap Ibu dan yang lainnya bisa menginap malam ini?” sejak dulu, ibu F

  • Istri yang Terbuang   Siapa Pak Husen

    “Bukankah nama majikan Ayah dulu pak Husen juga?” ucap Ibu, sembari mengkerutkan keningnya. “Oh iya benar, pantas Ayah merasa tidak asing. Tapi, yang namanya pak Husen bukan hanya satu Bu.” “Orang mana memangnya mantan suami, wanita itu Mir?” Ibu mencoba memastikan, siapa tahu memang pak Husen yang sama. “Aku kurang tahu Bu, kenapa memangnya?” “Jika itu pak Husen yang sama, itu artinya kita punya kesempatan untuk membatalkan pernikahan mereka. Setahu Ayah, pak Husen mantan majikan Ayah dulu juga sering menikahi wanita-wanita muda. Tapi, tidak pernah dia ceraikan.” Kali ini Ayah yang menjawab, ia merasa jika mantan suami Nirmala adalah pak Husen yang sama, yang ia kenal. “Maksud Ayah tidak pernah cerai bagaimana?” Amira bingung, apa maksud sang Ayah. Laki-laki bagaimana sebenarnya pak Husen itu? Namun, di saat mereka belum selesai membahas perkara mantan suami Nirmala, sebuah mobil hitam memasuki halaman rumah. Ternyata Firman menyusul Amira, selepas menemui Nirmala tadi siang

  • Istri yang Terbuang   Derita Nirmala

    Pangutan demi pangutan terus Firman lakukan, hingga beberapa saat berlalu. “Nirmala, kenapa?” Dahi Firman mengernyit, menatap wanita yang ada di depannya dengan heran. Sentuhan yang baru saja ia lakukan, ternyata tak mendapat sambutan hangat dari sang wanita. Nirmala hanya diam, mengatup kedua bibirnya.“Apa aku sehina itu, Mas?” Firman seketika menarik tubuhnya menjauh. Tatapan sendu dari mata Nirmala, seakan mendorong tubuhnya dengan keras. Bola mata hitam itu, mulai terlihat berkaca-kaca.“Nirmala, maafkan aku.” Kembali Firman meraih tangan Nirmala. Terasa dingin, dan bergetar.“Aku, benar-benar minta maaf.” Firman sunguh tidak menyangka, jika Nirmala merasa terhina akan apa yang telah ia lakukan.Ia heran, mengapa bisa seperti ini. Bukankah Nirmala sudah menikah, dan bekerja di rumah bordir? Lalu mengapa Nirmala menolak. Firman sempat berpikir, jika Nirmala juga menginginkan kemesraan dengannya. Tapi nyatanya, ia malah menyakiti sang wanita.“Mas, pulanglah. Hidupku sudah berge

  • Istri yang Terbuang   Cinta Firman

    “Itu artinya, Wanita itu juga mandul.” Firman terdiam, mungkin saja apa yang di katakan Amira itu benar. Namun pertemuan yang tak terduga antara mereka berdua tadi siang, membuat Firman belum sempat banyak bertanya pada Nirmala. Keadaan rumah tangga Nirmala berasama pak Husen saja, ia belum memastikan sepenuhnya. Ia bahkan tidak terpikirkan, apa Nirmala memang belum sama sekali memiliki keturunan. “Kenapa Mas diam? Benar dugaanku bukan, kamu memang mencintainya. Bukan hanya menginginkan seorang anak.” Amira kembali mencecar sang suami. Firman hanya membisu, ia bingung untuk merangkai kata-kata yang akan ia ucapkan. Ia juga takut salah bicara, dan akan semakin memperparah keadaan. Akhirnya pria itu, kembali merebahkan tubuh. Menarik selimut, hingga hampir seluruh tubuhnya tertutupi. Membiarkan sang istri, dengan amarah yang belum mereda. Pagi ini, Firman mengerjapkan mata, bangun dan ingin memulai aktifitas. Menemukan Nirmala, dan memutuskan hal yang besar serta terlibat keributa

  • Istri yang Terbuang   Amira Masih Berusaha

    “Mas, siapa itu?” Nirmala merasa tak asing, ketika mendengar suara wanita yang bertriak di depan.“Kamu jangan turun, tetap di sini.”Firman langsung berbalik, meninggalkan Nirmala. Ia langsung kembali turun ke lantai bawah. Wajah paniknya, begitu terlihat jelas.“Firman, istri pertamamu marah-marah di depan, Nak.” Ucap wanita pemilik kos, yang sudah hampir menaiki tangga hendak menyusul Firman.“Aku tidak menduga jika Amira akan menyusul kesini Bu.” Firman semakin mempercepat langkah kakinya.“Doni, jangan halangi aku masuk. Apa kau bekerja sama untuk menyembunyikan wanita murahan itu?” Teriak Amira saat Doni, teman Firman menghalangi ia yang dendak masuk. Ia terpaksa berteriak diluar pagar.“Mbk, tolong jangan berteriak di sini. Orang-orang sudah pada tidur.” “Biar saja, biar semua orang tahu siapa yang di bawa Mas Firman. Kamu juga, kenapa malah menerima wanita itu di sini.” Amira pun memarahi Doni, ia terus mencoba menerobos masuk. “Kamu juga harus tahu Don, wanita itu masih memi

  • Istri yang Terbuang   Penolakan Istri Pertama

    Malam semakin larut, mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu. Firman dan Amira duduk bersebelahan di sofa yang sama. Sementara Nirmala, duduk di sofa sebrang meja. Posisi mereka yang berhadapan, membuat Amira dapat leluasa memindai mentap Nirmala dengan tajam. Menyadari tatapan penuh kebencian dari Amira, Nirmala hanya menunduk. Ada rasa bersalah yang begitu besar, namun ia juga merasa sedikit cemburu pada Amira. Bagaimana pun, Firman masih bertahtah di hatinya. “Seharusnya aku tidak berada dalam situasi yang sulit ini. Ya tuhan, aku harus bagaimana?” Lirih Nirmala dalam hati, ia semakin menyesal menerima tawaran dari Firman. Nirmala semakin tertunduk, ketika Amira semakin memandangnya rendah. Tatapan Amira begitu lekat, memindai setiap inci tubuhnya. “Jadi di mana kamu mendapatkan perempuan ini, Mas?” Tanya Amira. “Kenapa? Bukankah kamu sudah setuju jika aku menikah lagi?” Firman menatap istrinya dengan bingung, padahal Amira sudah mengizinkannya untuk menikah lagi beberapa wa

  • Istri yang Terbuang   Menerima Tawaran

    “Bagaimana apa kamu mau?” Nirmala terlihat bimbang, kesempatan seperti ini tidak akan mungkin datang untuk kedua kali. Namun, konsekuensi yang harus ia tanggung untuk bebas dari tempat ini begitu berat. Bukan hanya menikah dan menjadi yang kedua, namun Firman juga meminta seorang anak darinya. “Lalu setelah aku memiliki anak, apa kamu akan membuang ku? Atau bagaimana jika aku tidak bisa memiliki anak?” selama menikah dengan pak Husen, Nirmala selalu mengkonsumsi pil pencegah kehamilan. Ia takut jika hal itu membuatnya akan kesulitan untuk mendapatkan seorang anak. “Kita akan membesarkan anak itu bersama, dan pertanyaanmu yang kedua aku merasa tidak perlu untuk menjawabnya.” Jawaban Firman yang menggantung, membuat Nirmala sedikit ragu. Bagaimana pun Firman sudah sangat berubah, kehadirannya di tempat seperti ini saja sudah bisa menjelaskan bagaimana Firman sebenarnya. “Lalu bagaimana dengan istrimu Mas, apa dia setuju jika kamu menikah lagi?” “Biar itu menjadi urusan ku,” Nirmal

  • Istri yang Terbuang   Tawaran Bebas

    “Di sini kamu rupanya, Nirmala!” Teriak Mami Erni, ketika melihat Nirmala yang sedang duduk di bawah sebuah pohon. Tangannya dengan cepat mencengkram lengan Nirmala. “Mami, lepaskan. Sakit!” “Lepaskan? Kamu mencoba kabur dari ku, Nirmala.” Wanita paruh baya itu kembali berteriak, bahkan sebuah tamparan pun ia berikan. Ujung bibir Nirmala, bahkan sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah. “Aku tidak akan kabur Mi, aku hanya ingin istirahat.” Nirmala pun, mulai menangis. Ia merasa sangat lelah, setelah hampur satu tahun yang lalu ia terjebak oleh seorang Mucikari. Ia terus di paksa untuk melayani tamu-tamu yang datang setiap hari. “kau tahu sebanyak apa uang yang sudah ku keluarkan untukmu Nirmala? Belum lagi biaya hidup mu di sini? Sudah cepat, Benny tarik dia!” Benny sang bodyguard pun dengan cepat menarik tubuh kurus Nirmala. “Biarkan aku istirahat di sini sebentar Mi,” “Tidak, ada tamu yang sudah menunggu mu Nirmala. Jangan membuat ku rugi, atau kamu harus membayar semua

DMCA.com Protection Status