Share

100

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-05 12:53:17

“Kok cemberut begitu?” Keke menyambut kepulangan Zayyan di rumah dengan senyum merekah, tetapi langsung surut ketika melihat wajah masam putranya.

“Biasalah, Ma ...” Zayyan lantas menceritakan pembicaraan dengan Sindy tadi, sementara Keke mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

“Godaan menjelang pernikahan, biasa itu. Yang penting keyakinan kamu sama Sindy nggak goyah sedikitpun, dia sendiri tanggapannya gimana?”

“Sindy nggak goyah sih, Ma. Dia bilang kalau mantan suami dan keluarganya nggak usah dipedulikan, mereka seringkali omong kosong tanpa ada bukti.”

Keke mengangguk paham. “Lagian seyakin itu mereka meng-klaim kalau kamu adalah jodoh si Mita ... Laris sekali sih anak mama ini!”

“Aku bukan dagangan, Ma.”

“Tapi banyak yang ngejar. Ada cewek labil, Clara ... Eh iya, ngomong-ngomong soal Clara gimana, Zay?”

“Nggak gimana-gimana, Ma.”

“Setidaknya kamu harus antisipasi kalau dia tahu dan mencoba melakukan hal-hal yang bisa mengancam keberlangsungan acara kita.”

Zayyan merenung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Istri yang Tak Dinafkahi    1 Nafkah Mepet dari Suami

    “Ini nafkah buat kamu, Sin.”Sindy menatap tiga lembar uang warna merah yang diletakkan Ardi di atas meja, dahinya berkerut karena jumlah nafkah yang diberikan kepadanya semakin berkurang dari minggu ke minggu.“Kok cuma segini, Mas?”“Segitu masa nggak cukup? Hemat sedikit lah, kapan kita bisa nabung kalau kamu nggak bisa atur uang belanja?”Sindy menghela napas. Mau protes, tapi dia juga tahu kalau akhir-akhir ini pekerjaan Ardi sebagai tenaga borongan di gudang besi sedang sepi, sehingga mempengaruhi penghasilan yang diterima suaminya.“Ya sudah, disyukuri saja ...”“Nah, itu tahu! Jadi istri memang harus pintar-pintar bersyukur, Sin.”“Kalau begitu hari ini aku masak tumis kangkung sama goreng tempe buat kamu ya, Mas?”Ardi mengernyitkan keningnya mendengar deretan menu yang disebut Sindy.“Tempe goreng lagi? Baru dua hari yang lalu kamu masak oseng tempe, sekarang goreng tempe ... Heran, apa kamu nggak bisa bikin menu yang lebih enak lagi selain olahan tempe?”Sindy men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Istri yang Tak Dinafkahi    2 Pusingnya Ngatur Keuangan

    “Cukup, cukup, Di! Wah, kalau kayak begini gaji kamu, ibu yakin nih bisa nabung buat masa depan!”Sindy membeku di tempatnya berdiri. Tangan yang semula akan mengetuk pintu rumah mertuanya, kini menggantung di tengah udara.Mas Ardi gajian? Bukankah belum waktunya? Atau dia punya kerja sampingan, tapi kenapa aku nggak dikasih tahu? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berjubelan di dalam pikiran Sindy.“Ya sudah, Bu. Aku pergi dulu, ya?”“Hati-hati, Di. Yang semangat kerjanya, biar dapat banyak uang!”Ardi tersenyum lebar seraya keluar dari balik pintu, tapi seketika senyum itu memudar ketika melihat keberadaan Sindy tepat di depannya.“Sin? Sejak kapan kamu di situ?” Ardi tergagap, begitupun ibunya yang berdiri di belakang sang putra.“Baru saja kok, ini ngantar soto buat ibu.”“Wah, kamu masak soto, Sin?”“Iya, Bu.”“Nah, gitu dong! Jangan tahu tempe terus, bisa bosen Ardi kalau menu masakan kamu itu-itu saja tiap hari!” komentar ibu mertua, yang ditanggapi dengan senyuman geti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Istri yang Tak Dinafkahi    3 Perkara Uang Lima Puluh Ribu

    “Tapi, Mas ...” “Kak Ardi, aku boleh ambil tas itu nggak?” Tiba-tiba Sindy mendengar ada suara yang menyela. “Boleh dong, ambil saja yang kamu suka!” “Kak, aku mau sepatu yang itu ...” “Ambil sana, kakak yang bayar!” Sindy mengepalkan sebelah tangan, dia sangat mengenali suara-suara itu. Adik-adik iparnya. “Wah, Kak Ardi lagi banyak uang nih kayaknya!” “Jelas, makanya kita bisa puas jalan-jalan hari ini!” Dengan tubuh lunglai, Sindy duduk terpekur di kursinya sementara ponsel masih menyala di dekat telinganya. Kemungkinan Ardi lupa mematikan sambungan mereka sampai Sindy bisa mendengar percakapan mereka. “Habis ini kita mau makan apa, adik-adikku yang cantik?” Suara Ardi begitu penyayang saat bertanya kepada adik ipar Sindy. “Aku mau ayam goreng tepung, Kak!” “Oke, kalau Mita mau apa?” “Burger sama minuman soda, Kak!” “Ayok, belanjanya dibayar dulu. Habis itu kita makan sama-sama!” “Siap, jangan lupa bungkus juga buat ibu sama ayah di rumah, Kak!” “Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Istri yang Tak Dinafkahi    4 Mengabaikan Anak dan Istri

    “Lho, memangnya kenapa kalau Ardi memanjakan saudara-saudaranya? Itu juga pakai uang Ardi kan, kamu iri? Nggak boleh begitu, Sin. Jadi istri jangan banyak nuntut dan protes terhadap apa yang dilakukan suami.” Ibu mertua kembali ceramah. “Gimana aku nggak iri, Bu? Kemarin itu Sisil sakit, tapi Mas Ardi perhitungan banget cuma kasih uang lima puluh ribu. Itupun akhirnya minta dikembalikan karena Sisil nggak jadi periksa ke dokter,” ungkap Sindy agar ibu mertua tahu bagaimana kelakuan ajaib putra kebanggaannya itu. “Salahnya Ardi di mana ya, kan Sisil juga nggak jadi periksa? Daripada uangnya kamu buat foya-foya, lebih baik diambil sama Ardi buat ditabung.” Merasa disudutkan, Sindy kembali melontarkan protes kepada Ibu mertuanya. “Foya-foya dari mana, Bu? Uang lima puluh ribu bisa dapat apa sih?” “Sudah, sudah, kamu ini kalau dikasih tahu selalu saja membantah. Heran, makin ke sini makin membangkang kamu ya? Hati-hati kualat sama suami sendiri, Sin ...” “Nggak kebalik, Bu? Seh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Istri yang Tak Dinafkahi    5 Kamu kan cuma di Rumah

    “Saya izinkan kamu bawa anak, Nesi yang akan asuh sementara kamu memasak menu. Kalau respons pelanggan bagus dan resto ini kembali ramai secara bertahap, kamu saya angkat jadi pegawai tetap di sini.” Bak terhipnotis, Sindy mengangguk saja ketika pria berkaca mata itu memberikan penegasan dalam setiap kata-katanya. “Pak Zayyan memang gitu, tegas. Tapi aku yakin kok kalau kamu mampu, Sin.” Nesi menghibur Sindy saat menceritakan sikap bos mereka. Hari pertama, sampel ikan bakar buatan Sindy mendapatkan respons yang lumayan positif. Beberapa pelanggan bahkan tak ragu memesan untuk dimakan di rumah. Hal itu membuat Sindy termotivasi, dia akan bekerja diam-diam tanpa sepengetahuan Ardi jika bos memberinya kesempatan. “Kamu cari kerja dong, biar perekonomian kita nggak gini-gini aja ...” tuntut Ardi suatu hari, tanpa rasa sungkan sedikitpun. Sindy menyodorkan suapan terakhir ke mulut sang putri yang sedang makan. Ardi dengan tidak sabar menunggu jawaban dari Sindy. “Mau ya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

  • Istri yang Tak Dinafkahi    100

    “Kok cemberut begitu?” Keke menyambut kepulangan Zayyan di rumah dengan senyum merekah, tetapi langsung surut ketika melihat wajah masam putranya.“Biasalah, Ma ...” Zayyan lantas menceritakan pembicaraan dengan Sindy tadi, sementara Keke mendengarkan dengan sungguh-sungguh.“Godaan menjelang pernikahan, biasa itu. Yang penting keyakinan kamu sama Sindy nggak goyah sedikitpun, dia sendiri tanggapannya gimana?”“Sindy nggak goyah sih, Ma. Dia bilang kalau mantan suami dan keluarganya nggak usah dipedulikan, mereka seringkali omong kosong tanpa ada bukti.”Keke mengangguk paham. “Lagian seyakin itu mereka meng-klaim kalau kamu adalah jodoh si Mita ... Laris sekali sih anak mama ini!”“Aku bukan dagangan, Ma.”“Tapi banyak yang ngejar. Ada cewek labil, Clara ... Eh iya, ngomong-ngomong soal Clara gimana, Zay?”“Nggak gimana-gimana, Ma.”“Setidaknya kamu harus antisipasi kalau dia tahu dan mencoba melakukan hal-hal yang bisa mengancam keberlangsungan acara kita.” Zayyan merenung

  • Istri yang Tak Dinafkahi    99

    Ratna balas menatap kedua anaknya bergantian. "Ibu usahakan, tapi kamu juga harus bertindak." Wanita berumur itu melirik anak lelakinya. "Dekati Sisil, siapa tahu dia bisa kasih info meski masih kecil." "Apa yang mau diharapkan dari Sisil sih, Bu? Dia ngomong saja belum bener!" tukas Mita meremehkan. "Kamu nggak ngerti kalau ingatan anak kecil itu kuat, Mit! Dari Sisil, Ardi bisa tanya-tanya kapan pemilik resto itu ke rumah, terus mereka ngapain saja ... Minimal Sisil pasti ingat Sindy sudah dikasih apa saja sama laki-laki itu, siapa tahu malah anak itu juga dijanjikan beli baju baru untuk acara ..." Ardi terdiam merenungi ucapan Ratna. Meskipun tidak ingin membayangkannya, tapi dia merasa jika ucapan Ratna lumayan masuk akal. Kalau Ardi ada di posisi Zayyan, tentu dia akan berusaha mendekati Sindy dengan mencari perhatian anaknya. Karena itulah Ardi berencana untuk menemui Sisil dan ngobrol dengannya, tidak peduli Sindy akan memberi izin atau tidak. ** Tidak membutuhkan waktu

  • Istri yang Tak Dinafkahi    98 Sikap Manja Sindy

    “Kamu nggak lemah, kamu tetap kuat seperti yang biasanya aku kenal.” Zayyan menghibur Sindy yang masih terisak-isak di bahunya. “sisil dulu nggak kenal sama aku, kamu sendirian ... makanya dia nggak rewel.”Sindy masih sesenggukan, meskipun tidak sekencang tadi.“Tapi sekarang, adiknya Sisil tahu kalau ibunya nggak sendirian lagi,” sambung Zayyan sembari membelai punggung Sindy. “Ada ayahnya di sini yang setiap saat menemani, kapanpun dibutuhkan.”Zayyan melepas Sindy dan mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya.“Kamu sedang hamil,” kata Zayyan mengingatkan. “jadi jangan stres atau berpikir yang macam-macam, kasihan yang ada di dalam.”Dia mengusap perut Sindy yang masih rata.“Maaf ... aku jadi manja begini sama kamu ...” ucap Sindy lirih.“Jangan minta maaf,” tepis Zayyan. “aku justru senang karena ini pertama kalinya aku bisa menemani kamu di masa kehamilan kamu yang berat.”Sindy menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi.Setelah itu sikap manja sindy justru sering menjad

  • Istri yang Tak Dinafkahi    97 Alasan untuk Menyentuhnya

    “Pa, kita belikan ibu sop ayam, ayo!” seru Sisil setelah selesai dua putaran mengelilingi taman.“Di rumah sudah ada Bibi Imel yang masak,” sahut Zayyan sambil mengusap keringat di dahinya. “Kita pulang saja yuk, ibu kamu sedang nggak enak badan soalnya.”“Sebentar, aku mau beli kue dadar.” Sisil menoleh memandang berkeliling taman yang mulai ramai dengan para penjual makanan ringan.Zayyan mengabulkan permintaan putranya sekalian membelikan Sindy cemilan yang serupa.Setibanya di rumah, Sisil langsung sibuk dengan kotak mainannya sementara Zayyan memilih pergi ke kamarnya untuk melihat keadaan Sindy.“Kamu belum bangun?” sapanya sambil membawa sekotak kue dadar yang tadi dibelinya. “Lihat aku bawa apa.”Sindy menoleh dengan mata terpejam.“Aku lemas ... maunya tidur terus,” keluhnya sambil berbaring miring. “Semua pekerjaan rumah dipegang Imel, tapi aku yang capek ...”Zayyan mendengarkan keluhan istrinya dengan sabar.“Kamu mau saya pijat?” katanya menawarkan diri.“enggak,” sahut S

  • Istri yang Tak Dinafkahi    96 Gemuruh di Dada

    Ardi melirik putrinya yang makan dengan supercepat, sementara Sindy berusaha mengejar keterlambatannya meskipun dengan susah payah karena kerongkongannya mulai penuh sesak oleh burger.“Yeeayy, aku menang!” Sisil menelan potongan terakhir burgernya dan bersorak sedangkan sindy masih mengunyah dengan seperempat burger yang masih tersisa. “Ibu kalah!”Sindy mengangkat tangannya tanda menyerah dan menghabiskan sisa burgernya dengan perlahan. “Ibu sampai belepotan saus!” komentar Sisil sambil tertawa. “Ayah, lihat Ibu lucu banget!”Ardi menoleh dan melihat noda saus di sudut-sudut bibir Sindy. Refleks dia meraih tisu dan membersihkan sisa saus yang belepotan.Dari kejauhan, Zayyan yang memang sedang mengawasi mereka, merasakan gemuruh di dada.“Sudah, terima kasih.” Sindy buru-buru membersihkan bibirnya sendiri.Selesai makan burger, mereka bertiga bersiap pulang ke rumah dan Sisil mengingatkan Sindy tentang hukuman yang harus dia jalani.“Ibu halus menggendong ...” Sisil kelihatan berpi

  • Istri yang Tak Dinafkahi    95 Cuma Orang Asing

    Sindy meletakkan gelasnya dan menarik napas panjang, dia tidak mengira Clara sudah terlampau jauh mengetahui latar belakangnya sedemikian rupa."Jadi Bu Sindy sempat tidak punya pekerjaan?" Tiba-tiba Tristan datang dan mengejutkan Clara."Bukan apa-apa kok, Pak." Sindy menggeleng sambil tersenyum. "Itu cuma masa lalu yang tidak harus diketahui oleh orang banyak ....""Kenapa, kamu malu mengakui masa lalu kamu?" sela Clara yang seakan makin terlecut untuk membuat nama Sindy kian jatuh di hadapan Tristan. "Kamu cuma beruntung karena Mas Zayyan mau menikah sama kamu.""Ya, ya, terserah." Sindy mengangkat bahu dan tidak ingin menanggapi ucapan Clara lebih jauh. "Silakan jelekkan aku sepuas kamu, aku nggak peduli."Clara lantas menoleh ke arah Tristan."Lihat kan, Sindy ini cuma beruntung karena Mas Zayyan mau menikahi dia dan mengangkat derajatnya menjadi lebih terpandang." Clara berkata puas."Menurut saya tidak begitu," geleng Tristan kalem. "Apa?" Clara mengernyit."Yang justru berunt

DMCA.com Protection Status