Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Kuabaikan / Pertanyaan Mama Dinda

Share

Pertanyaan Mama Dinda

Penulis: Ina R
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 20:19:54

"Tapi, kamu beneran setuju, 'kan Mir kalau Dinda sama Hans menikah?" tanya Mama melihat Almira yang sejak tadi hanya diam.

"Eum ... A-aku ...." Almira nampak ragu wajahnya menunduk, sementara tangannya memilin ujung kerudung. Melihat Almira begitu dengan cepat Mama memotong ucapannya.

"Mama harap kamu tidak keberatan, tidak menjadi penghalang untuk mereka segera menikah. Kamu tahu sendiri, 'kan kalau Mama sudah lama sangat ingin mempunyai cucu lagi?" tekan Mama.

Sebagai anak, aku mengerti keinginan Mama, sebab Kak Fiona dan keluarganya jarang pulang, karena jaraknya yang memang jauh. Setelah menikah Kak Fiona tinggal di Kalimantan ikut Mas Fahmi. Sementara kami tinggal di Bandung.

"Udah, Tan jangan desak Mbak Mira kasian dia. Aku ngerti kok gimana perasaan Mbak Mira, berikan dia waktu untuk berpikir," timpal Dinda.

"Duh kamu ini, calon menantu idaman Mama. Sudah cantik pengertian lagi. Tante jadi gak sabar mau jadiin kamu mantu," Mama terlihat begitu tersentuh dan senang mendengar uca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Hans kmu jahat termasuk orang tua mu .coba gimana klo papa mu nikah lagi apa mama mu setuju .hanya ingin punya cucu mendzolimi istri sendiri .blum tentu kmu nikajin Dinda .cpt punya anak .bisa2 harim nya Dinda rusak mo gimana .hukum karma berlaku ...
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
Sementara kamu tdk pernah di bawa ke salon tdk juga di belikan tas yg mahal, Almira janganlah di bodoh2i Hans
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
di jadian pembantu, lebih baik minta cerai atau kamu yg menggugat cerai, kamu masih muda masih bisa cari yg lain lg, lgian mertua perempuan tdk menyukai kamu, minta cerailah jangan dekat2 dgn apalagi kamu tdk pernah lg di sentuh, mana bisa adil dlm soal cinta lihat saja Dinda di bawa ke salon
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri yang Kuabaikan   Demi Dinda

    Semakin hari Almira semakin sibuk dengan pekerjaannya, bahkan ia sering berangkat pagi-pagi sekali. Seperti pagi ini, Almira terlihat begitu terburu-buru."Mas, aku berangkat dulu ya! Sarapan Mas sudah aku siapin di atas meja," Almira berkata sembari memasukkan ponsel ke dalam tas."Khem ...," jawabku sekenanya sembari memasang dasi dengan wajah kesal. Berapa sih gajinya, hingga harus berangkat sepagi itu? Bahkan untuk sarapan bersama pun tidak sempat.Biasanya aku biasa saja jika ia bersikap begitu. Tapi, entah mengapa hari demi hari semakin terasa hambar sejak beberapa hari ini Almira tak lagi menemaniku untuk sarapan pagi.Bahkan kulihat penampilannya sudah sedikit berubah. Lebih terlihat fresh, meski berat badannya masih belum berkurang. Sebenarnya aku ingin dia menemani sarapan. Tapi, gengsi rasanya meminta duluan, harusnya dia mengerti.Aku pun melangkah menuju meja makan, nafsu makan hilang melihat makanan yang terhidang di atas meja. Sebab, hidupku seperti bujangan yang tak p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kuabaikan   Laki-Laki yang Bersama Dinda

    "Oh ... Ya udah gak apa-apa kalau gitu aku akan pergi sendiri." jawab Almira suaranya terdengar bergetar, aku tahu dia kecewa. Tapi, mau bagaimana lagi tidak mungkin jika harus mengecewakan Dinda."Maaf!" Entah mengapa ada perasaan kasian padanya, padahal selama ini jika harus begitu aku tidak perlu minta maaf. "Tidak apa, aku mengerti.""Aku juga tidak bisa mengantarmu, aku akan pesankan taksi online untukmu!""Tidak usah, aku bisa sendiri. Terima kasih."Mendengar jawabannya begitu, aku tidak lagi bicara, dan terus sibuk bersiap. Setelah beberapa menit akhirnya selesai."Aku pergi," ucapku usai menyisir rambut."Ah, iya," jawab Almira singkat bahkan aku melihat ia masih berdiri di tempatnya tadi.Aku pun segera mengambil kunci mobil. Lalu, bergegas keluar untuk menemui Dinda.Selama di perjalanan perasaanku tak tenang, entah mengapa pikiranku di penuhi Almira ada perasaan bersalah. Ada apa denganku, bukankan aku sudah terbiasa melakukan ini?Perasaan ini muncul saat ia bekerja, dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Istri yang Kuabaikan   Dipukul Orang

    Aku melangkah lebar-lebar ke arah toilet. Namun, begitu sampai langkahku terhenti. Aku tercekat mendengar sekaligus menyaksikan pemandangan yang seketika membuat degub jantungku memompa dengan cepat, bahkan aliran darah terasa cepat naik ke kepala.Tanganku terkepal kuat, sehingga menimbulkan buku-buku putih. Sementara rahangku mengeras. Kemarahan ini seketika memuncak dan siap untuk diledakan.Bagaimana tidak aku melihat Dinda bersama dengan seorang laki-laki mereka terlihat begitu akrab. Bahkan Dinda sempat mengatakan kalau dia mencintai lelaki tersebut. Namun, begitu menyadari kehadiranku Dinda tidak meneruskan kalimatnya."Mas, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku bisa jelasin semuanya." Wajah Dinda terlihat begitu panik dan takut, begitulah kiranya kalau orang ketangkap basah."Apa lagi yang mau kamu jelaskan?" Aku bertanya dengan sinis.Sementara lelaki yang ternyata bernama Dirgantara dan merupakan mantannya tersebut terlihat senyum mengejek."Mas, percaya sama aku s

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Istri yang Kuabaikan   Salah Paham

    "Akhirnya kamu datang, Mas," ucap Dinda tersenyum sembari berdiri menyambut kedatanganku. "Ayo, Mas duduk! Mas Hans mau minum apa?" tanyanya kemudian."Tidak perlu banyak basa-basi, langsung saja ke intinya!" Mendengar jawabanku wajah Dinda langsung terlihat tak enak, mungkin dia kecewa mendengar kalimat yang barusan keluar dari mulutku. Tapi, mau bagaimana lagi aku lebih dulu dibuat kecewa.Aku datang sebagai rasa kemanusiaan, dan jujur ada rasa penasaran dengan apa yang ingin disampaikannya. Tapi, gengsi untuk mengakuinya, sebab aku tidak ingin harga diriku jatuh."Maaf, kalau membuat Mas Hans kecewa. Tapi, antara aku dan Dirga benar-benar sudah tidak ada apa-apa," ucap Dinda memulai pembicaraan saat aku mengambil tempat duduk di depannya. bersekat meja bundar. Wajah Dinda terlihat erius. Tapi, aku tidak bisa percaya begitu saja.Sebelah sudut bibirku terangkat, membentuk lengkung senyum. Senyum sinis."Sudahlah tidak perlu bersandiwara, aku mendengar sendiri kalau kamu mencintain

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Istri yang Kuabaikan   Kedatangan Bu Delia

    "Astagfirullahaladzim, kamu kenapa, Mas?" tanya Amira begitu membukakan pintu, wajahnya terlihat kaget melihat keadaanku yang tengah dirangkul Dinda. Aku yang tak ingin ke rumah sakit akhirnya memilih pulang ke rumah. Karena, yakin kalau Almira bisa merawatku."Tadi, Mas Hans habis dipukul sama Dirga, Mbak." terang Dinda."Innalillahi ... Kok bisa?" tanyanya cemas. Lalu, ikut membantuku berjalan, dan duduk ke sofa ruang tamu."Almira, please aku belum mati. Kenapa kamu malah berucap begitu?" protesku mendengarnya mengucapkan itu."Innalillahi itu bukan hanya untuk orang meninggal, Mas. Tapi, juga orang terkena musibah, kayak Mas ini," terangnya.Mendengar itu aku langsung salah tingkah, tidak enak juga dilhat Dinda seperti ketahuan bodoh. Sementara Dinda kulihat hanya tersenyum kecil."Ayo duduk! aku akan bersihkan luka-lukamu!" ucap Almira. Lalu, ia melangkah ke arah dapur. Tidak lama kemudian kembali dengan baskom berisi es batu dan handuk kecil."Gimana ceritanya, Mas bisa sampai k

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Istri yang Kuabaikan   Seseorang yang Menginginkan Almira

    Entah mimpi apa aku semalam, sehingga pagi-pagi sekali harus bertemu dengan sesuatu yang menegangkan. Tadi sebelum berangkat kerja, Mamanya Almira yang datang. Sekarang di parkiran kantor, Dirga."Bagaimana kabarmu?" tanyanya basa-basi begitu melihatku keluar dari mobil. Ia tersenyum, sembari memasukkan kedua tangannya kesaku celana."Seperti yang kamu lihat," jawabku. Lalu, melangkah dengan cepat. Aku tidak ingin hal kemarin terulang lagi, bisa mati konyol."Sepertinya kamu sedang terburu-buru? Bagaimana kalau kita melanjutkan urusan kita yang kemarin?" tanyanya semabari tertawa, seolah tengah mengejek."Aku tidak ada waktu meladenimu, dan perlu kamu tahu aku tidak pernah ingin ada urusan denganmu!" ucapku penuh penekanan. Kemarin aku memang kalah. Tapi, kalau sekarang dia macam-macam tentu saja aku akan segera mengambil langkah seribu. Sepagi ini parkiran kantor cukup sepi.Dirga langsung tertawa, seolah apa yang kuucapkan terdengar sangat lucu."Apa kamu lupa, Hans al Farabi? Mende

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Istri yang Kuabaikan   Meminta Almira Berhenti Kerja

    Farahpun langsung keluar. 45 menit kemudian Farah kembali dengan wajah panik."Farah, kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu?" tanyaku kaget mendengar pintu yang tiba-tiba terbuka, dan melihat wajah paniknya."Eum ... Maaf, Pak!""kamu kenapa?""Anu ... Pak, Bapak dipanggil Pak Bambang ke ruangannya," ucap Farah terlihat takut-takut."Ada apa?""Saya kurang tahu, Pak. Tapi, tadi Pak Bambang marah-marah usai menerima laporannya.""Kamu tidak tanya kenapa?"Farah menggeleng. "Saya gak berani, Pak."Mendengar itu aku langsung, melangkah lebar-lebar menuju ruangan, Pak Bambang. Dalam hati bertanya-tanya ada masalah apa dengan laporan yang tadi kuberikan? Rasa penasaran ini tidak akan terjawab sebelum bertemu. Begitu sampai di depan ruangannya aku langsung mengetuk pintu dengan perasaan tak karu-karuan. Cemas dan takut, kesalahan apa kiranya sampai Pak Bambang memanggilku."Permisi, Pak ini saya Hans," ucapku setenang mungkin."Masuk!" Suara Pak Bambang terdengar keras tak seperti biasanya. M

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Istri yang Kuabaikan   Sesuatu yang Mencemaskan

    "Siapa Mas?" tanya Almira."Mira kamu gak tidur?" tanyaku panik, takut kalau dia hanya pura-pura tidur, dan tahu kalau sejak tadi aku memandanginya."Suara ponsel Mas Hans berisik, membuatku terbangun, memangnya siapa yang telpon, kenapa gak Mas angkat?" tanyanya panjang kali lebar."I-ini juga baru mau Mas angkat," jawabku sembari melihat ke layar ponsel. Ternyata Dinda.Perlahan aku menggeser tombol hijaunya, hingga sambungan telpon terhubung."Hallo Assalamualaikum, Mas. Tadi aku dengar Mas Hans berantem lagi ya sama, Dirga? Terus keadaan Mas Hans gimana, Dinda khawatir?""Waalaikumsalam, Mas gak apa-apa kamu jangan khawatir."Terdengar Dinda menghela napas. "Syukurlah kalau Mas Hans gak apa-apa.""BTW kamu tahu dari mana?" tanyaku penasaran."Tadi, Dirga sendiri yang nge-WA in aku, dia juga bilang tidak akan menghalangi kita lagi, aku senang dengarnya, Mas juga senang,' kan?" ucap Dinda terdengar begitu senang.Ucapan Dinda membuatku sejenak terdiam, mungkin Dinda senang. Tapi, ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17

Bab terbaru

  • Istri yang Kuabaikan   Istri yang Kuabaiakan

    Akhirnya urusan dengan Dirga selesai juga. Putusan sidang yang menyatakan, kalau ia harus tinggal di hotel prodeo dalam beberapa kurun waktu akibat perbuatannya membuat lega. Setidaknya aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Almira lagi.Namun di sisi lain, hati gelisah. Sebab, hari yang ingin kuperlambat waktunya datang juga. Apalagi kalau bukan hari pernikahan dengan, Dinda. Terkadang dalam keputusan yang kita ambil dengan secara sadar menyisahkan penyesalan.Aku menyesal karena harus membagi cinta Almira dengan wanita lain. Meski ia bilang tidak keberatan dan melarang membatalkannya. Tapi, tetap saja aku merasa bersalah.Tanganku bergetar saat menjabat tangan seorang laki-laki yang menjadi walinya Dinda, seketika ingatanku berputar, pada waktu mengucapkan janji suci untuk Almira, dan bersedia mengambil alih tanggung jawab ayahnya. Perasaan sedih seketika menelusup ke relung hati, aku tidak bisa membohongi perasaan bersalah atas kebohongan untuk tidak menyakiti dan menduakannya.Na

  • Istri yang Kuabaikan   Almira dan Dinda di Kantor Polisi

    Begitu sambungan telpon terputus, aku bergegas mengambil jas yg tadi kutaruh di kepala kursi. Lalu, melangkah tergesa arah luar."Hans mau kemana kamu?" tanya Pak Bambang tiba-tiba saat aku tengah menutup pintu."Eum ... Sa-saya mau izin keluar sebentar, Pak!"Pak Bambang langsung melihat jam yang melingkar di tangannya. Lalu, beralih ke wajahku dengan raut penuh tanda tanya."Sepertinya belum waktunya makan siang," ucap Pak Bambang."Eum ... Teman saya sedang ada masalah di kantor polisi, Pak." "Ada apa? Memangnya kamu pengecara?""Bu-bukan, Pak. Saya juga belum tahu ada masalah apa. Apa boleh saya izin keluar sebentar, Pak?"Pak Bambang sejenak terdiam, terlihat tengah memikirkan sesuatu. "Ya sudah kamu boleh pergi! Tapi, besok pagi berkas untuk meeting lusa harus sudah ada di meja saya!""Ba-baik, Pak. Terima kasih," ucapku, dan langsung menyambut tangan Pak Bambang. Lalu, bergegas pergi ke arah parkiran.Selama di perjalan pikiranku dipenuhi pertanyaan juga kecemasan. Apa kiranya

  • Istri yang Kuabaikan   Perempuan bukan halte

    Dengan langkah cepat aku kembali ke kamar. Namun, begitu sampai di kamar aku langsung kembali dibuat terkejut. Karena, tak melihat keberadaan Almira, kemana dia? Cemas itulah yang kurasakan."Mira?" teriakku sembari melangkah masuk mencarinya di kamar mandi. Tapi, tidak ada, bahkan di balkon juga tidak ada. Pikiran negatif mulai merasuki, bagaiman kalau Almira diculik Dirga?Aku terduduk di sisi ranjang dengan perasaan lemas juga cemas. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh deringan ponsel di saku celana.Aku pun segera mengeluarkan benda pipih tersebut, berharap Almira. Namun, ternyata Dinda."Mas, kamu sebenarnya dimana sih? Dari tadi aku nungguin. Tapi, Mas malah gak dateng-dateng?" Dinda langsung bertanya begitu sambungan telpon terhubung."Eum ... M-mas lagi nyariin Almira.""Nyariin Mbak Almira? Nyariin gimana sih Mas Maksudnya?" tanya Dinda terdengar penasaran."Almira hilang.""Ha, Hilang? kok bisa? Ya udah sekarang Mas dimana, biar aku susul kesana!""Sebentar! Nanti Mas share lok!"

  • Istri yang Kuabaikan   Sebuah Kenyataan

    Akhirnya kamar dimana Dirga dan Almira berada ketemu. Hatiku bimbang, apa harus didobrak saja pintunya atau diketuk secara baik-baik? Ditengah kebimbangan, kemudian samar-samar telingaku mendengar suara yang membuat penasaran.Entah apa yang mereka bicarakan, suaranya terdengar tidak begitu jelas. Karena penasaran, aku langsung menempelkan telinga ke daun pintu, berharap bisa mendengar suara mereka dengan jelas, dan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, sayang. Setelahnya aku tidak mendengar apa-apa lagi. Entah apa yang terjadi, keadaan seketika senyap membuat perasaan semakin cemas.Apa sebenarnya yang terjadi? Apa benar Almira sudah berbuat curang dengan orang yang sudah memusuhiku untuk membalas dendam atas rasa sakit hatinya padaku? Tapi, jika iya mengapa justru hatiku berkata lain. Ya Tuhan tunjukan kebenaran-Mu!Tanpa bukti aku hanya bisa menduga. Apapun caranya aku harus bisa mencari kebenarannya. "Apa yang sedang Bapak lakukan?" Tiba-tiba sapaan seorang laki-laki, yang tern

  • Istri yang Kuabaikan   Dirga dan Almira ke Hotel

    "Kenapa baru diangkat sekarang, kemana aja kamu, Mas? Dari kemarin ditelponin gak diangkat, WA gak dibales. Aku udah nungguin berjam-jam. Tapi, kamu tidak juga datang. Memberi kabar pun tidak. Aku kecewa sama kamu, Mas!" Letupan kemarahan diujung ponsel, seperti akan memecahkan gendang telinga. Aku tidak heran, mengerti jika Dinda akan semarah itu padaku."Maaf! Kemarin Mas ....""Apa? Mas mau bilang kalau, Mas sibuk? Terus gak ada waktu buat hubungi aku? Oh aku tahu, kalau aku memang gak penting buat kamu!" Dinda benar-benar terdengar sangat marah."Bu-bukan be-" ucapanku langsung terjeda saat sambungan telpon tiba-tiba langsung dimatikan Dinda. Aku memijit pelipis yang mulai terasa pening. Bagaimana aku harus menjelaskannya pada, Dinda? Sepertinya aku harus menemuinya dan menjelaskan semuanya. Semoga saja dia mau mengerti. Sementara Almira, sudah siap berangkat kerja. "Mir kamu sudah mau berangkat?" aku bertanya basa-basi. "Maaf hari ini Mas tidak bisa mengantarmu!" sesalku. "Mas

  • Istri yang Kuabaikan   Almira Marah

    Akhirnya dengan pertimbangan, aku lebih memilih untuk menjemput Almira. Dinda biar nanti, aku akan menemaninya setelah menjemput Almira.Aku pun segera mengambil kunci mobil, dan melangkah lebar-lebar menuju parkiran. Entah apa yang ada dipikiran Almira, bisa-bisanya dia menerima tawaran untuk diajak makan berdua dengan Dirga. Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku?Perjalanan menuju tempat Almira bekerja terasa begitu sangat jauh. Kesal dan marah seketika bercampur menjadi satu, bagaimana tidak? Disaat terburu-buru dan khawatir seperti ini jalanan macet. Akhirnya setelah setengah jam lebih aku tiba, tak mau membuang waktu, dan segera turun. Namun, gerakanku terhenti mendengar ponsel berdering. Astaga Dinda, bagaimana ini? Aku harus bilang apa? Ah, lebih baik abaikan saja dulu. Bukan waktunya untuk menjelaskan. Bisa-bisa malah jadi salah paham.Dengan langkah tergesa aku menuju tempat Almira bekerja. Namun, aku tak mendapatinya. Kemana mereka? Ah bodohnya, kenapa tadi tidak

  • Istri yang Kuabaikan   Dinda atau Almira?

    Almira tengah bercakap-cakap dengan, Dirga. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi, kelihatannya mereka sangat akrab. Tak ingin membuang waktu aku pun langsung turun."Nah itu dia orangnya," ucap Almira tersenyum begitu melihatku datang."Oh iya, mungkin lain kali," ucap Dirga. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya sampai dia bisa berkata begitu."Kenapa, Yang?" tanyaku sengaja memanggil Almira dengan sebutan Sayang agar Dirga sadar dengan tujuannya yang sama sekali tidak seharusnya. Lalu, tanganku melingkar di pinggang Almira.Mendengar itu, Dirga malah terlihat tertawa kecil. "Kamu sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan, 'kan?""Enggak kok.""Kalau begitu ayo kita, pulang!""Eum ... Kalau begitu kita duluan ya!" ucap Almira pada Dirga."Oh iya hati-hati!" balasnya. "Semoga lain kali kita bisa bertemu lagi, saya sangat tertarik bekerja sama dengan Mbak Almira di salah satu restoran saya!" ucap Dirga seolah memberi penawaran yang menarik. Namun, disisi lain aku jelas tahu apa

  • Istri yang Kuabaikan   Sesuatu yang Mencemaskan

    "Siapa Mas?" tanya Almira."Mira kamu gak tidur?" tanyaku panik, takut kalau dia hanya pura-pura tidur, dan tahu kalau sejak tadi aku memandanginya."Suara ponsel Mas Hans berisik, membuatku terbangun, memangnya siapa yang telpon, kenapa gak Mas angkat?" tanyanya panjang kali lebar."I-ini juga baru mau Mas angkat," jawabku sembari melihat ke layar ponsel. Ternyata Dinda.Perlahan aku menggeser tombol hijaunya, hingga sambungan telpon terhubung."Hallo Assalamualaikum, Mas. Tadi aku dengar Mas Hans berantem lagi ya sama, Dirga? Terus keadaan Mas Hans gimana, Dinda khawatir?""Waalaikumsalam, Mas gak apa-apa kamu jangan khawatir."Terdengar Dinda menghela napas. "Syukurlah kalau Mas Hans gak apa-apa.""BTW kamu tahu dari mana?" tanyaku penasaran."Tadi, Dirga sendiri yang nge-WA in aku, dia juga bilang tidak akan menghalangi kita lagi, aku senang dengarnya, Mas juga senang,' kan?" ucap Dinda terdengar begitu senang.Ucapan Dinda membuatku sejenak terdiam, mungkin Dinda senang. Tapi, ti

  • Istri yang Kuabaikan   Meminta Almira Berhenti Kerja

    Farahpun langsung keluar. 45 menit kemudian Farah kembali dengan wajah panik."Farah, kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu?" tanyaku kaget mendengar pintu yang tiba-tiba terbuka, dan melihat wajah paniknya."Eum ... Maaf, Pak!""kamu kenapa?""Anu ... Pak, Bapak dipanggil Pak Bambang ke ruangannya," ucap Farah terlihat takut-takut."Ada apa?""Saya kurang tahu, Pak. Tapi, tadi Pak Bambang marah-marah usai menerima laporannya.""Kamu tidak tanya kenapa?"Farah menggeleng. "Saya gak berani, Pak."Mendengar itu aku langsung, melangkah lebar-lebar menuju ruangan, Pak Bambang. Dalam hati bertanya-tanya ada masalah apa dengan laporan yang tadi kuberikan? Rasa penasaran ini tidak akan terjawab sebelum bertemu. Begitu sampai di depan ruangannya aku langsung mengetuk pintu dengan perasaan tak karu-karuan. Cemas dan takut, kesalahan apa kiranya sampai Pak Bambang memanggilku."Permisi, Pak ini saya Hans," ucapku setenang mungkin."Masuk!" Suara Pak Bambang terdengar keras tak seperti biasanya. M

DMCA.com Protection Status