Home / CEO / Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan / 26_Akan dilaporkan polisi jika tidak datang

Share

26_Akan dilaporkan polisi jika tidak datang

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Eng, anu ... sore itu, Bu Mutia masuk ke ruangan Bapak," jawab cleaning servis itu sesuai fakta yang dia lihat.

"Kurang ajar! apa ini cara kamu menghancurkan perusahaan ini, Mutia! awas saja kamu!"

Tangan Tommy mengepal, jelas kemarahan tergambar di wajahnya. Dia benar-benar heran dengan istri pertamanya ini, kenapa sekarang jadi banyak tingkah seperti ini, padahal selama ini dia gampang sekali menekan dan membuat wanita itu tak berkutik. Sepertinya dia sudah nggak peduli sama neneknya, ya? Lihat saja apa yang akan dia buat nanti.

*****

Pagi ini Mutia bangun tidur dengan perasaan hampa, bagaimana nasibnya ke depan benar-benar dia tidak tahu. Dia sudah resign dari perusahaan Tommy, dia juga akan segera menggugat perceraian nanti siang sekiranya kantor PA sudah buka.

Mutia segera mengambil air wudhu yang ada di kamar mandi luar, di kamar kosnya ini, kamar mandi hanya ada satu dipakai oleh enam kamar, jadi dia harus bergegas keburu keduluan penghuni lain.

Setelah salat subuh, Mutia be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
tri sucipto
lanjuuut kak, ditunggu update nya
goodnovel comment avatar
senja_45657
ini pasti kerjaan sisk ,,fitnah lagi,,dasar artis apaan,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   27_Dituduh pengkhianat

    "Halo?""Mutia! sungguh kelewatan kamu, ya? sekarang lekas pergi ke kantor! apa ini maksudmu akan mengundurkan diri setelah kamu berhasil menghancurkan perusahaan?" "Menghancurkan perusahaan? apa maksud kamu?""Lekas ke kantor dan beri penjelasan, kalau tidak aku akan melaporkan kamu ke polisi, biar kamu dipenjara sekalian!" Mutia terhenyak mendengar bentakan Tommy, apa yang terjadi? kenapa lelaki itu bersikap seperti itu? apa dia tidak dia mengundurkan diri? tetapi kenapa melibatkan polisi segala!"Dengar apa kataku? cepat datang ke kantor, tiga puluh menit kau tidak sampai di sini, polisi yang akan menjemputmu!"Mutiara menatap layar ponsel yang sudah menghitam dengan nanar, seperti biasa lelaki itu akan mematikan ponselnya sepihak. Mutiara buru-buru masuk menemui Neneknya yang kini tengah berbaring tanpa melakukan apapun."Nenek, aku akan ke kantor dulu untuk menemui Tommy," pamitnya. "Tommy? siapa Tommy?" Mutiara menghentikan langkah, dia lupa kalau neneknya tidak mengenal To

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   28_Apa maksud kamu masih perawan?

    "Tommy, aku tidak pernah mencuri data itu! aku ke ruanganmu hanya untuk memberikan surat pengunduran diri__" "Diam kamu! Sekarang, pergi kamu dari sini. Aku tidak membutuhkanmu lagi!" teriak lelaki itu bahkan sudah melempar semua map di atas mejanya ke arah Mutia."Pergi kamu, Pengkhianat!" Tommy bahkan mendorong tubuh Mutiara dengan kasar, sehingga wanita itu terjerembab dan jatuh ke lantai. Tak cukup disitu saja, lelaki itu bahkan menyerat tubuh Mutiara hingga ke memasuki lift, tangan wanita itu terasa sangat sakit karena dicengkeram oleh lelaki itu."Tommy, lepaskan! aku bisa pergi sendiri," hardik Mutia sambil melepaskan cengkraman tangan lelaki itu.Tetapi lelaki itu hanya bergeming, hingga tiba di lantai dasar, di jam istirahat yang sebentar lagi berakhir, para karyawan yang baru selesai dari kantin perusahan yang berada di lantai bawah, melihat bosnya datang bersama istri pertama yang ditarik kasar, mengalihkan atensi mereka pada pasangan tersebut. Kebetulan di pintu masuk Ha

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   29_Ada apa anda menemui saya?

    Seorang wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai dan modelan rambut panjang dan ikal diujungnya berjalan melewati lobi sebuah kantor dengan desain interior yang terbilang sangat mewah. Di depan menunggu dua petugas resepsionis wanita yang berpenampilan rapi dan juga dandanan yang tidak kalah cantik, tetapi wanita yang baru datang jelas berdandan bukan memakai pakaian kerja ala wanita kantoran."Selamat siang, Mbak ...," sapa wanita tersebut dengan suara merdu dan seulas senyum yang begitu manis sehingga membuat dua orang wanita itu tertegun karena terpesona."Selama siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?""Saya mau menemui Pak Diaz Alfares. Apa beliau ada?""Apa ibu sudah membuat janji?""Janji? tentu saja, saya akan membicarakan kontrak sebagai ambasador produk kosmetik yang unggulan perusahaan ini," ujar wanita dengan tatapan bahasa yang sopan dan lemah lembut."Oh, baik, Bu. Saya akan memberitahukan sekretaris Pak Diaz dulu agar beliau yang mengatur pertemuan anda," ujar resepsioni

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   30_Biaya perawatan Nenek

    "Selamat siang, Pak Diaz ...," sapa Siska, dia sebisa mungkin menekan agar suaranya tidak bergetar karena gugup.Lelaki itu menoleh, mata tajam setajam elang itu seperti menguliti setiap sendi Siska, sudah beberapa kali bertemu, ada perasaan Siska ingin menggodanya, tetapi tatapan mata itu selalu membuat nyalinya ciut."Bu Siska Artamevia ... ada apa anda menemui saya?"Tidak ada yang salah dengan perkataan Diaz, lelaki itu bahkan mengatakan itu dengan suara pelan, tetapi tekanan dari kata-kata itu membuat Siska serasa sesak napas."Pak Diaz, saya sudah melakukan apa yang anda perintahkan. Perempuan itu sekarang pasti sudah dicampakkan oleh Tommy. Sekarang saya menagih janji anda untuk memberikan kontrakambasador produk kosmetik the Glowing.""Anda tidak perlu kuatir, saya pasti sudah berjanji, jadi pasti saya tepati."Lelaki itu membuka laci meja, kemudian mengeluarkan sebuah berkas dan menyodorkan pada Siska. "Ini kontraknya, silahkan dibaca dengan seksama. Karena kalau anda tidak

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   31_Biaya dari mana?

    Mutiara begitu lemas melihat tagihan yang tertera di atas kertas itu, empat puluh juta rupiah. Ini tagihan sebulan kemarin, sementara sejak neneknya siuman Mutiara menempatkannya di kelas dua. Mungkin untuk membayar tagihan berobat nenek ketika sudah siuman, Mutiara masih ada simpanan. Tetapi uang empat puluh juta, dia akan mendapatkan dari mana? Sementara tabungan dia hanya tinggal delapan juta, karena dia juta sudah dia pakai untuk membayar kost dan keperluan sehari-hari.Kepala Mutiara mendadak pusing, dia sudah berusaha mencari pekerjaan tetapi sampai saat ini belum ada panggilan, dia jadi ingat perkataan Tommy yang mengatakan kalau namanya akan di blacklist dari semua perusahaan. Ah, mungkin lelaki itu sungguh-sungguh dengan perkataannya. Jadi Mutia harus putar otak bagaimana dia akan mencari uang. Mutia akhirnya kembali ke ruangan nenek. Ruangan terasa sangat bising, di sebelah pasien batuk terus sehingga mengganggu istirahat pasien lain termasuk nenek, sementara di sebelahnya

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   32_Penawaran Kerja

    Mutia hanya melongo mendengar perkataan dokter, maksudnya memindahkan ke ruang VIP? dari mana dia akan mendapatkan uang untuk biayanya? sementara untuk tagihan Minggu lalu saja di tidak memilikinya. Tiba-tiba kepala Mutia berdenyut nyeri memikirkan semua ini, jika saja dia tahu kondisi neneknya akan demikian, dia tidak akan berulah pada Tommy, agar lelaki itu tetapi membayar biaya perawatan neneknya, biarlah dia akan babak belur disakiti lelaki itu lahir dan batinnya. Sampai dokter meninggalkan bangsal tempat neneknya di rawat, Mutia masih saja berdiri dengan tatapan mata kosong ke arah perginya dokter itu. Hingga dia dikejutkan dengan panggilan seseorang. "Bu Mutia!" Mutia menoleh ke arah suara, dahinya mengernyit ketika mendapati orang yang dikenal menghampirinya. "Siapa yang sakit, Bu? Kenapa anda berada di rumah sakit?" tanya sang lelaki. "Benar, apa mbak Mutia sakit?" tanya sang wanita. "Oh, Nenek saya yang sakit. Pak Rio dan Bu Novita sendiri kenapa ke rumah sakit? apa a

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   33_Menandatabgani kontrak kerja

    Setalah kedatangan Rio dan Novita di rumah sakit, semangat Mutia bangkit lagi. Dia segera pulang ke kost mengambil berbagai berkas untuk keperluan melamar pekerjaan. Untungnya nenek Rosida sudah mendingan, wanita tua itu sudah bisa berdiri walaupun hanya bisa melangkah satu atau dua langkah saja. Nenek Rosida juga menyuruh Mutia untuk fokus dalam mencari pekerjaan. Wanita tua itu cukup bersyukur cucunya memiliki rekan kerja seperti Rio dan Novita. Pagi hari Mutia sudah siap dengan pakaian kerja yang biasa dia kenakan, sebuah rok span di bawah lutut berwarna biru tua dan kemeja warna panjang berwarna biru muda. Di leher dipasang syal yang disimpul berbentuk pita dengan cantik. Sepatu hak tiga senti dia pilih agar memudahkan pergerakan. Gedung perkantoran Adiguna grup memang terlihat sangat megah. Memiliki sepuluh lantai dengan tiap lantai mewakili cabang perusahaan masing-masing. Ada yang bergerak di bidang kosmetik, makanan, minuman, obat-obatan dan farmasi, retail dan supermarke

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   34_Apa kau sanggup?

    "Presdir memiliki dua sekretaris, Saya dan Pak Muhamad Rais. Pak Rais sendiri adalah sekretaris pribadinya, yang mengurusi segala keperluan pribadi Presdir. Sementara saya mengurusi administrasi kantor Presdir. Saya sudah memiliki tiga asisten. Maura, Dinda dan Ryan. Sementara Rais belum memiliki asisten. Padahal pekerjannya juga banyak. Jadi jika nanti Presdir menerima anda, anda akan bekerja di bawah Pak Rais." "Baik, Bu Lidia." "Ya, sudah. Mari saya pertemukan dengan Pak Presdir." Linda bangkit dari duduknya dan mengajak Mutia keluar dari ruangannya. Mereka berdua berjalan melalui lorong, di sana ada dua orang wanita cantik yang juga sedang sibuk. "Bu Linda, Siapa dia?" tanya salah satu dari meraka. "Oh, Ini Mutiara. Calon asistennya Pak Rais. Oh ya, Mutia ... ini Maura dan ini Dinda, asisten saya." Mutia tersenyum kepada mereka sambil mengulurkan tangan dengan ramah. "Senang bertemu dengan anda, Mbak Maura, Mbak Dinda." "Loh, memangnya sudah positif bakal diterima

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   212

    Diaz menghela napas berat, mana bisa dia memberi ijin seperti itu, sudah jelas-jelas terlihat di mata lelaki bernama Setiaji itu sangat tertarik dengan istrinya. Itu namanya bunuh diri Tetapi melihat tatapan memohon Mutia membuatnya luluh, memang tidak seharusnya dia mematahkan hati seorang anak kecil, jika punya anak nanti, dia juga tidak ingin anaknya sedih. "Baiklah, nanti setelah dua Minggu aku akan menjemputmu. Aku juga akan menjenguk mu kapan saja aku mau, sekarang aku akan menginap di sini, ya? aku sudah sangat rindu denganmu." "Tentu saja." "Mulai sekarang, jika kamu punya masalah apapun cerita sama Mas. Jadi mas tidak salah paham, coba kalau kau cerita kalau nenek meninggal, tentu aku tidak akan salah paham begini. Di manapun aku berada, cerita! tidak ada yang lebih penting selain dirimu, soal kerjaan itu hanyalah Rizki saja, kalau memang masih rezeki tidak akan kemana." "Iya, Mas. aku juga minta maaf. Niat hati aku tidak ingin membebani pikiranmu, tetapi malah just

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   211

    "Untuk apa mas mencari ku? bukankah mas Diaz sudah menceraikan aku? Buat apa, Mas?" tanya Mutia dengan napas yang mulai tersengal, ternyata dia tidak sekuat itu, cairan bening tetap jebol dari mata indahnya. "Tidak semudah itu bercerai, pernikahan kita sudah didaftarkan di KUA, mana bisa kita bercerai hanya dengan kata talak. harus menyelesaikan prosedur perceraian lewat pengadilan." "Apa? jadi mas Diaz datang ke sini mau menyelesaikan prosedur perceraian di pengadilan agama? apa mas datang untuk membawa surat panggilan sidang?" Mutia yang memang pernah bercerai tentu tahu betul bagaimana prosedur perceraian resmi di pengadilan, dia tidak perlu menanyakan hal ini dan itu, jika memang sudah mendaftarkan perceraian, tinggal menunggu panggilan sidang. "Apa kau begitu ingin kita bercerai agar kau terus dipanggil bunda oleh anak kecil itu? kita belum bercerai secara resmi tapi kau sudah bersama lelaki dengan seorang anak?" "Apa? Mas menuduhku kembali?" Diaz tercekat dengan uc

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   210

    "Apa Rani sudah memilih pakaian yang akan dibeli?" tanya Setiaji ketika dua wanita beda usia menuju ke arahnya dengan membawa tentengan masing-masing. "Sudah, Ayah. Bunda Mutia memilih baju cantik-cantik sekali buat Rani, Rani suka. Ini juga ada sepatu dan juga sandal buat Rani," seru gadis itu dengan suara gembira. "Apakah Bu Mutia ingin memilih barang? biar saya yang membayar," tawar Setiaji. "Tidak usah, Pak. Saya belum membutuhkan barang apapun." Setiaji sudah menduga jawaban Mutia akan seperti itu, melihat dari gestur wanita itu jelas bukan wanita yang matre dan mau-mau saja dibelikan ini dan itu. "kalau begitu kita bayar, sudah itu kita pulang dan mengantar ibu guru Mutia ke rumahnya, ya?" ujar Setiaji pada putrinya. "Namanya bunda Mutia, kenapa ayah memanggilnya ibu guru? panggil bunda, Ayah." Setiaji hanya tersenyum canggung dan mengelus putrinya sambil mengangguk, sudit matanya melirik ke arah Mutiara dengan perasaan yang tidak enak. Setelah membayar semua barang

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   209

    "Gaji dan bonus ibu sudah saya kirim ke rekening," ujar Setiaji ketika salam perjalanan menuju mall. "Loh, Pak? ini kan baru dua Minggu, kenapa sudah gajian?" "Saya baru saja menerima bonus dari proyek yang saya kerjakan." Mutia memang memberikan nomor rekeningnya seminggu yang lalu mana kala Setiaji menelponnya untuk mengirim biaya hidup Rani. Tidak disangka sekarang dia sudah menerima gaji, dengan cekatan Mutia memeriksa mobile banking nya dan melihat mutasi rekening terbarunya. "Ha? kok sepuluh juta? ini tidak kebanyakan, Pak?" protes Mutia tidak percaya dengan transaksi di M-banking nya "Itu gaji ibu lima juta, buat biaya Rani sehari-hari dua juta dan sisanya bonus menemani Rani hari ini." "Hanya menemani ke mall dapat bonus tiga juta? yang benar saja, Pak?" "Itu hanya uang bonus, siapa tahu nanti di mall ibu ingin membeli sesuatu." Mutia tidak lagi protes, karena sepanjang jalan Rani selalu mengajaknya berbicara dengan menanyakan setiap apa saja yang dia lihat, sement

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   208

    "Ya, saya terserah ibu mana baiknya." "Kok, terserah saya? anda orang tuanya." "Anda kan gurunya?" Mutia tidak bisa berkata-kata lagi, dia menatap lelaki itu dengan canggung, sementara lelaki itu juga menatapnya bergeming. selama beberapa detik tidak ada yang bersuara diantara mereka, hingga lelaki itu bersuara, "Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga kurang perhatian terhadap putri saya. Saya selalu berangkat pagi dan pulang malam, ini sudah menjadi resiko pekerjaan." "Memangnya apa pekerjaan anda?" "Saya seorang teknik sipil yang sekarang tengah mengerjakan pengerjaan jalan di luar kota, memang tidak terlalu jauh dari kota Surabaya, tetapi memang jarak tempuhnya lumayan tiga jam. Bisakah saya menitipkan Rani pada ibu ketika saya pergi?" Mutia kembali terperangah mendengar perkataan lelaki itu, bagaimana dia bisa? "Saya akan membayar untuk jasa-jasa itu, saya tidak percaya pada pengasuh. Dulu saya memiliki pengasuh, tetapi setiap hari Rani dicekoki obat tidur

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   207

    Mutia juga mencari data-data Rina siapa tahu ada nomor telepon orang tuanya, tetapi tidak ada. Bagaimana ini guru yang menerima pendaftaran murid, kenapa tidak dimintai data-data lengkap? Mutia hanya menghela napas berat. Setelah jam lima sore, terpaksa Mutia membawa Rina pulang, dia juga sempatkan mampir di toko baju untuk membelikan baju harian anak yang murah saja karena uangnya juga sedikit. Rina hanya mengikuti Mutia tanpa protes, tentu saja Mutia sangat mengkuatirkan keadaan anak ini, dia tentu saja jengkel. Dia juga mengadu pada rekan kerja dan kepala sekolah di telpon, mengirim pesan di wa grup kelas, meminta orang tua dari Rina untuk menjemput anaknya di rumahnya dan berpesan pada satpam yayasan untuk memberitahu orang tua Rina kalau mencarinya. Mutia sesekali mengintip grup kelas ada orang tua Rina yang merespon dan menanggapi keberadaan Rina, tetapi di grup hanya ada tanggapan orang tua murid lain yang juga terheran-heran kenapa ada anak yang belum dijemput se sore ini

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   206

    Sudah seminggu lamanya Diaz menyewa jasa detektif swasta tetapi sama sekali belum membuahkan hasil. Kata Rais mereka adalah detektif swasta terbaik, tetapi mana hasilnya? Diaz benar-benar tidak sabaran. Akhirnya Diaz memutuskan untuk pergi ke Austria dan mencari keberadaan Fahri. Diaz tidak tahu di mana alamat tempat tinggal lelaki itu, tetapi tahu tempat kerjanya di kedutaan. Siang itu Diaz menemui Fahri di kantor konsulat tersebut dan membuat Fahri terkejut menerima kedatangannya. ."Pak Diaz? apa yang membuat pak Diaz jauh-jauh menemui saya?" Diaz hanya menghela napas berat, dia sesap kopi panas yang terhidang di hadapannya. "Pak Fahri, saya mencari istri saya Mutiara. Sejak tiga bulan yang lalu, dia pergi dan saya tidak menemukan dia dimanapun. Saya yakin pak Fahri tahu keberadaannya." Fahri memicing heran, sebenarnya Fahri ingin memaki Diaz yang benar-benar sudah menelantarkan Mutia yang kini sudah dia anggap seperti adiknya sendiri, tetapi Fahri hanya bisa menahan dir

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   205

    Diaz tercengang mendengar kata-kata Fadil, benarkah situasinya seperti itu? tetapi mereka terlihat begitu akrab, tatapan Mutia ke arah Fahri bahkan seperti wanita yang sangat merindukan lelaki itu. "Harusnya kamu berterima kasih pada Fahri, lelaki itu datang tepat waktu. dia membantu Mutia mengurus jenazah nenek, dia bahkan rela disibukkan oleh Mutia yang seharusnya kamu yang melakukannya. Mereka berinteraksi di depan banyak orang, aku yang mengantar nenek sampai kuburan bahkan melihat lelaki itu sampai turun ke liang kubur membantu perkuburan. Kenapa kau tidak tanya dulu dibalik cerita foto itu?" "Melihatnya aku langsung terbakar cemburu." "Aish, cemburu memang bisa mengumpulkan otak orang secerdas apapun. Kamu tahu, bahkan Mutia cerita sama Tasya kalau Fahri sudah dianggap kakak oleh Mutia. bahkan lelaki itu sekarang sudah pergi ke Austria, pindah berkerja di sana. Emang dasar bego kamu ini, ya!" kesal Fadil sambil melempar sendok ke arah Diaz. Diaz yang terkena lemparan di

  • Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan   204

    "Sejak kapan kamu pulang dari Dubai?" "Sudah semingguan lah." "Jadi, waktu nenek Mutia meninggal dunia kamu sempat hadir, dong ya?" "APA? KAMU BILANG APA?!" Fadil yang mengangkat cangkir kopi dan akan menyeruputnya sampai terkejut mendengar teriakan Diaz, bahkan air kopi itu sebagian tumpah ke meja dan sedikit ke celananya. "Apa sih? teriak-teriak, kaget tahu!" gerutu lelaki itu sambil meraih tissue dan menyeka celananya. "Kamu bilang apa tadi?" tanya Diaz dengan nada suara yang sudah diturunkan. "Bilang apa? aku cuma nanya kapan kamu balik ke Indonesia, itu aja." "Bukan yang itu, kamu bilang nenek Mutia meninggal dunia?" Fadil yang kembali akan menyeruput kopi, tangannya jadi bertahan di udara, dia menatap sahabatnya itu dengan tatapan heran. "Kamu sudah seminggu balik ke Indonesia jangan bilang kamu nggak datang ke makam nenek," ujar lelaki itu dengan tatapan menelisik. "Apalagi sampai kamu nggak tahu kalau nenek Rosida meninggal dunia," tambah Fadil sambil me

DMCA.com Protection Status