Akira dan Noah akhirnya bisa bernapas lega, Alexander sudah tertangkap, mereka menikmati hari yang begitu indah dan cerah. Kini semua berlalu penuh kebahagiaan. Akira semakin menikmati perannya sebagai ibu, sementara Arka yang sudah berusia satu tahun semakin aktif. Noah juga lebih sering berada di rumah, menghabiskan waktu bersama mereka. Namun, di balik semua kebahagiaan itu, Noah tetap waspada. Ia tahu bahwa selalu ada pihak yang mengintai, mencari celah untuk menyerang.Suatu malam, ketika Akira sudah tertidur dengan Arka di pelukannya, Noah duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer. Gabriel telah mengonfirmasi bahwa semua orang yang terlibat dengan Alexander telah ditangkap atau melarikan diri. Namun, ada satu hal yang mengusiknya—seseorang telah menghapus semua data tentang Alexander sebelum mereka bisa menyelidikinya lebih jauh.“Bos, aku rasa ada seseorang yang lebih besar di balik ini semua,” kata Gabriel melalui panggilan video. “Kita harus tetap waspada.”Noah mengan
Noah berdiri di landasan helikopter, menatap langit yang semakin gelap saat helikopter yang membawa Akira dan Arka menghilang di balik awan. Hanya ada satu hal di pikirannya saat ini—ia harus menyelesaikan semua ini secepat mungkin agar bisa kembali ke keluarganya.Gabriel mendekat dengan wajah serius. “Tim kita sudah menemukan beberapa pergerakan yang mencurigakan. The Black Crest tidak hanya menargetkan bisnis kita, tetapi juga membangun aliansi baru.”Noah menoleh dengan tatapan tajam. “Siapa yang mereka dekati?”Gabriel menyerahkan tablet yang menampilkan daftar nama para pengusaha dan pemimpin organisasi gelap yang diduga berafiliasi dengan The Black Crest. Salah satu nama yang langsung menarik perhatian Noah adalah Jean-Pierre Dufresne, seorang taipan asal Prancis yang dikenal memiliki jaringan luas di dunia bisnis dan kriminal.“Dufresne?” Noah mengusap dagunya. “Aku pernah bertemu dengannya beberapa tahun lalu. Dia cerdas, tetapi juga sangat berbahaya.”Gabriel mengangguk. “Ka
Meskipun Noah telah berhasil menyingkirkan Jean-Pierre dan Stefan, nalurinya mengatakan bahwa ancaman masih ada. Dunia bisnis bukan hanya soal uang, tetapi juga permainan kekuasaan yang berbahaya. Jika dua orang seperti Jean-Pierre dan Stefan bisa muncul, maka pasti ada sosok lain yang lebih besar di balik layar.Malam itu, Noah duduk di ruang kerjanya, menatap peta jaringan bisnisnya yang terpampang di layar komputer. Gabriel masuk dengan ekspresi serius.“Bos, kita baru saja mendapatkan informasi baru.”Noah mengangkat alis. “Siapa lagi yang bermain di belakang layar?”Gabriel menyerahkan dokumen yang berisi data transaksi mencurigakan yang menghubungkan Jean-Pierre dan Stefan dengan seseorang yang lebih besar—Lucien Volkov.Noah membaca nama itu dan mendengus. “Jadi akhirnya dia keluar dari persembunyian.”Lucien Volkov bukan nama asing bagi Noah. Pria itu adalah pemimpin The Syndicate, sebuah kelompok bisnis bawah tanah yang tidak hanya bergerak dalam investasi legal tetapi juga m
Lucien tersenyum, "Ini menarik bukan, Tuan Mahendra?"Noah mengepalkan tangannya dia menunggu Lucien untuk bergerak, namun yang terjadi malah Gabriel dan anak buah Noah gerak cepat menangkap Lucien yang menertawakan Noah karena mengancam keluarganya. Saat Lucien tertangkap Noah tersenyum dingin, "Ini balasan untuk orang yang mengusik keluargaku."Setelah Lucien Volkov ditangkap oleh Interpol, dunia bisnis kembali tenang. Setidaknya, itulah yang terlihat di permukaan. Namun, Noah tidak mudah percaya pada ketenangan yang datang begitu saja. Dunia bisnis dan kekuasaan selalu penuh dengan permainan bayangan.Malam itu, di vila pribadinya, Noah duduk di ruang kerja dengan segelas bourbon di tangannya. Akira masuk, membawa Arka yang sudah tertidur di pelukannya."Dia tidak mau tidur sebelum mendengar suaramu," kata Akira sambil tersenyum lelah.Noah tersenyum tipis, meletakkan gelasnya, lalu berdiri dan mencium kening putranya. "Tidurlah dengan nyenyak, Nak. Tidak ada yang bisa menyentuhmu.
Malam itu, setelah pertemuannya dengan Vladimir Dragunov, Noah duduk di ruang kerja, menatap layar laptopnya yang menampilkan data terbaru tentang Klan Dragunov. Mereka bukan hanya organisasi bisnis gelap biasa—mereka memiliki jaringan luas, menguasai pasar gelap senjata, perdagangan berlian ilegal, dan bahkan memiliki pengaruh besar di dunia perbankan internasional.Noah menghela napas panjang. Jika Dragunov memutuskan untuk menyerang, maka perang ini tidak akan mudah dimenangkan.“Bos,” suara Gabriel memecah keheningan. Ia masuk ke dalam ruangan dengan ekspresi serius. “Kami mendapatkan laporan baru. Dragunov mulai bergerak. Beberapa mitra bisnis kita mendapat ancaman halus.”Noah menyipitkan mata. “Ancaman seperti apa?”Gabriel menyerahkan sebuah berkas. “Mereka menawarkan ‘perlindungan’ kepada beberapa investor kita di Eropa. Jika mereka tidak menerima, bisnis mereka akan dihancurkan.”“Mafia klasik,” gumam Noah dingin.Gabriel mengangguk. “Dan bukan hanya itu. Kami juga menemukan
Malam itu, setelah serangan di rumahnya, Noah tahu bahwa Vladimir Dragunov tidak akan tinggal diam. Perang sudah dimulai, dan dia tidak bisa membiarkan keluarganya dalam bahaya.Di ruang kerja, Noah menatap layar monitor yang memperlihatkan berbagai data tentang Dragunov. Gabriel dan beberapa anak buah kepercayaannya berdiri di belakangnya.“Kita sudah menyerang salah satu gudang mereka di Moskow, tetapi Dragunov masih punya banyak tempat lain,” kata Gabriel.Noah mengangguk. “Kita tidak bisa hanya menyerang secara fisik. Kita harus menghancurkan mereka dari dalam.”Gabriel menyeringai. “Aku sudah menyiapkan rencana untuk itu.”Dia meletakkan sebuah berkas di meja Noah. “Salah satu orang dalam kita berhasil menemukan informasi tentang transaksi besar yang akan dilakukan Dragunov dalam waktu dekat. Mereka akan mengalihkan dana dalam jumlah besar ke rekening-rekening rahasia di Swiss.”Noah membaca berkas itu dengan teliti. “Kita bisa membekukan transaksi mereka.”Gabriel mengangguk. “L
Beberapa bulan setelah kehancuran Klan Dragunov, kehidupan Noah dan Akira kembali berjalan normal. Arka tumbuh dengan sehat dan semakin aktif. Akira, meskipun masih trauma dengan penculikan yang dialaminya, berusaha menyesuaikan diri.Di mata dunia, Noah Mahendra Hermawan adalah pebisnis sukses yang telah menyingkirkan lawan-lawannya. Namun, di balik itu, dia tahu bahwa dunia bisnis dan kekuasaan tidak akan pernah benar-benar damai.Malam itu, Noah sedang berada di ruang kerja, menatap layar komputer yang penuh dengan laporan keuangan. Gabriel masuk dengan ekspresi serius.“Bos, ada sesuatu yang harus Anda lihat.”Noah mengalihkan perhatiannya saat Gabriel menyerahkan sebuah berkas.“Beberapa aset kita di Eropa mengalami gangguan. Transaksi diblokir, dan ada indikasi bahwa seseorang berusaha mengambil alih perusahaan-perusahaan kecil yang menjadi bagian dari jaringan kita.”Noah menyipitkan mata. “Siapa yang berani melakukan ini?”Gabriel menarik napas dalam. “Kita masih menyelidikiny
Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam kediamannya, Noah duduk di ruang kerjanya dengan mata tajam menatap layar laptop. Informasi tentang Roman Vasilyev—taipan Rusia yang lebih berbahaya dari Dragunov—terpampang di hadapannya.Gabriel berdiri di sampingnya, menunggu instruksi. “Bos, Vasilyev bukan orang sembarangan. Dia punya jaringan kuat di Rusia, Eropa Timur, bahkan sampai ke Timur Tengah.”Noah menutup laptopnya, ekspresinya tetap tenang. “Apa motifnya?”Gabriel menyerahkan dokumen lain. “Sejak Dragunov tumbang, Vasilyev mulai bergerak mengambil alih bisnis ilegal yang ditinggalkan. Tapi bukan itu yang menarik… Dia punya keterkaitan dengan Alexander Devereaux.”Noah menyipitkan mata. “Jadi, dia bukan hanya pebisnis. Dia juga beroperasi di dunia gelap.”Gabriel mengangguk. “Lebih dari itu, Bos. Dia diduga terlibat dalam perdagangan senjata, pencucian uang, dan mungkin memiliki hubungan dengan pemerintahan bayangan di Rusia.”Noah terdiam sejenak, lalu menghela
Senja menyelimuti markas utama Phoenix of Gold. Gedung kaca yang menjulang tinggi itu memantulkan warna jingga dari matahari yang perlahan tenggelam. Di dalam ruang observasi, Arka duduk diam menatap layar hologram, meninjau ulang data-data yang berhasil direbut dari Leo.Di sampingnya, Vanya membungkuk memeriksa pola-pola anomali dalam algoritma yang digunakan Leo untuk menyalin blueprint milik Hydra Star Corp.“Leo bekerja sendiri?” tanya Vanya, masih menatap layar.Arka menggeleng pelan. “Enggak. Pola enkripsinya bukan gaya Leo. Ini lebih kompleks. Lebih... khas Dragunov.”Vanya menegakkan tubuh. “Tapi Dragunov udah dihancurkan, Ka. Kita sendiri yang mengakhiri jaringan mereka.”Arka mengangguk. “Iya. Tapi sisa-sisanya masih berkeliaran. Dan aku curiga... mereka tidak pernah benar-benar hancur. Hanya bersembunyi.”Belum sempat Vanya menjawab, pintu ruang observasi terbuka cepat. Gabriel masuk dengan ekspresi tegang.“Kalian harus lihat ini.”Mereka mengikuti Gabriel menuju ruang ko
Tiga minggu telah berlalu sejak insiden pelabuhan. Dunia mulai menaruh perhatian besar pada dua sosok remaja jenius, Arka Mahendra dan Vanya Laurent. Tak hanya karena keberanian mereka melawan jaringan Black Shadow, tetapi karena simbol baru yang mereka wakili—harapan generasi masa depan.Media internasional menjuluki mereka sebagai Phoenix Twins, mengacu pada nama perusahaan keluarga Arka, Phoenix of Gold, dan kebangkitan mereka dari ancaman masa lalu. Namun, bagi Arka, popularitas bukanlah sesuatu yang ia nikmati. Ia lebih memilih duduk di ruang riset, berkutat dengan sistem keamanan, memantau jejak sisa kelompok Rio yang kini menghilang dari radar.Sementara itu, Vanya, yang mulai tinggal di markas Phoenix sebagai bagian dari program rehabilitasi dan perlindungan, tak kunjung merasa nyaman. Meskipun Arka membelanya di depan seluruh dewan direksi Phoenix, beberapa anggota senior perusahaan—terutama dari pihak investor lama Mahendra Corp—masih mencurigainya.
Pagi itu, langit kota London terlihat kelabu. Kabut menyelimuti kaca-kaca pencakar langit, seolah menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perubahan cuaca. Di salah satu ruangan paling aman di markas Phoenix of Gold, Arka sedang bersiap untuk melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya—keluar dari perlindungan ayahnya.Ia telah meretas jalur khusus di dalam sistem bawah tanah milik Phoenix. Jalur itu dulunya hanya diketahui oleh Noah dan Gabriel, namun kini Arka telah berhasil menciptakan duplikat pintu masuk virtualnya sendiri. Ia tahu, jika ia ingin menyelamatkan Vanya dan menghentikan Rio, ia harus melangkah seorang diri.Dengan mengenakan pakaian khusus berteknologi ringan dan chip identifikasi palsu, Arka menyelinap keluar melalui lorong belakang, diiringi suara langkah robot pengawas yang nyaris tak terdengar. Ia tidak meninggalkan pesan, kecuali surat di bawah bantalnya yang bertuliskan satu kalimat,"Jangan cari aku. Aku akan kembali saat sudah bisa m
Pagi di kediaman keluarga Mahendra begitu tenang, nyaris terlalu tenang jika dibandingkan dengan malam sebelumnya. Burung-burung berkicau seperti tak tahu bahwa dunia di luar pagar besar itu tengah bersiap meledak dalam badai yang lebih besar dari sebelumnya.Di dalam ruang latihan rahasia, Arka yang kini berusia tujuh tahun, mengenakan seragam khusus dengan lambang Phoenix kecil di dadanya. Di depan layar kaca transparan, ia mempelajari ulang taktik bertahan, membaca kode sinyal, dan membedakan pola gerakan drone musuh. Noah berdiri tak jauh darinya, mengamati.“Kamu sudah makin cepat, Arka. Tapi ingat, bukan soal kecepatan. Ini tentang ketepatan dan niat.”Arka menoleh, berkeringat namun penuh semangat. “Papa, kenapa mereka mau menyakiti kita? Padahal kita tidak pernah mengganggu mereka.”Noah menarik napas. Ia tahu, anaknya terlalu cerdas untuk dibohongi, tapi juga terlalu muda untuk menanggung semua kebenaran.“Karena mereka takut. Karena kita punya sesuatu yang tidak bisa mereka
Malam itu langit Jakarta berwarna gelap pekat. Awan hitam menggulung seakan menyembunyikan badai yang akan datang. Di ruang observasi Phoenix of Gold, cahaya layar komputer menyala redup. Noah berdiri di tengah ruangan seperti bayangan diam yang sedang menyatu dengan gelap. Di hadapannya, lusinan monitor menampilkan gambar-gambar: aktivitas Black Shadow, pergerakan logistik Rio, dan pesan-pesan terenkripsi yang telah berhasil dibuka oleh sistem keamanan rahasia mereka.“Aku akan turun langsung,” gumam Noah.Akira yang berdiri di belakangnya mengernyit. “Maksudmu ke Montenegro? Noah, kamu baru saja menarik perhatian dunia. Kamu akan menjadi target utama jika kembali menyamar.”Noah memalingkan wajahnya. “Bukan menyamar. Aku akan kembali menjadi diriku yang dulu. Phantom. Hanya itu cara untuk menuntaskan semuanya.”Akira menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu masuk terlalu dalam… bagaimana caranya kamu kembali ke kami?”Noah melangkah pelan mendekati istrinya, menangkup wajahnya dengan ked
Phoenix of Gold kini menjadi sorotan dunia. Media internasional menyoroti perusahaan yang tak hanya bergerak di bidang energi hijau, tetapi juga menjadi simbol ketahanan keluarga di tengah ancaman global. Akira dan Noah menjadi pasangan fenomenal yang disegani—bukan karena kekayaan mereka, tapi karena integritas dan keberanian mereka mempertahankan nilai.Namun di balik sorotan itu, ada ketegangan yang terus menguat. Noah kini tidur hanya dua hingga tiga jam sehari. Sisanya ia habiskan untuk memperkuat keamanan digital, memperluas jaringan intelijen, dan yang paling penting: menyusun serangan balik terhadap Rio Vasilyev.Di ruang bawah tanah Phoenix of Gold—ruang yang tak diketahui siapa pun kecuali Akira dan beberapa orang kepercayaannya—Noah berdiri di hadapan layar besar yang menampilkan peta dunia.“Operasi Valkyrie akan dimulai dalam empat puluh delapan jam,” ucap Raka sambil menunjukkan serangkaian data. “Kami sudah menanam orang dalam di markas Rio di Montenegro. Namun mereka m
Pagi itu, langit Jakarta tampak kelabu, mendung menggantung berat seolah memantulkan perasaan yang memenuhi hati Akira. Ia berdiri di balkon rumahnya, menatap taman tempat anak-anak biasanya bermain. Namun hari ini, taman itu kosong. Arka sedang di kamar bersama tutor privatnya, sementara Eiden masih tidur dalam pelukan pengasuhnya.Akira baru saja menerima laporan bahwa kantor pusat Phoenix of Gold kembali diserang secara digital. Sistem keamanan mereka diretas, dan beberapa dokumen rahasia hampir bocor ke publik jika tim IT tidak sigap memblokir akses asing yang berasal dari luar negeri.“Noah, ini bukan cuma tentang bisnis lagi. Mereka sudah menjadikan Phoenix of Gold sebagai simbol. Dan kita adalah target berikutnya,” ucap Akira dengan nada serius saat Noah masuk ke balkon membawakan secangkir teh hangat untuknya.Noah meletakkan cangkir itu di meja kecil. “Aku tahu. Rio ingin menjatuhkan semua yang pernah kita bangun. Dia tak hanya menyasar bisnis kita, tapi juga keluarga kita.”
Matahari sore menyelinap di balik jendela besar kamar keluarga Noah dan Akira. Di ruang bermain yang hangat dengan karpet berbentuk awan, Eiden tertawa ceria saat Akira menyuapi potongan buah kecil ke mulutnya. Sementara itu, Arka duduk di pojok ruangan, menggambar dengan pensil warna yang ditekan kuat-kuat ke kertas.“Nooo! Itu apelku, Mama!” Arka tiba-tiba berseru, melihat potongan buah yang diberikan ke adiknya.Akira menoleh, sedikit kaget. “Sayang, kamu 'kan tadi sudah makan dua potong. Ini buat Eiden.”“Tapi aku mau sekarang juga!” Arka bangkit dan berjalan cepat, hampir mendorong Eiden yang sedang duduk di kursi bayi.“Arka!” Akira memanggil tegas. “Kamu tidak boleh dorong adikmu seperti itu.”Anak laki-laki berusia lima tahun itu memelototi adiknya. “Kenapa sih semuanya selalu tentang Eiden! Dia selalu dapat pelukan, buah, bahkan mainan baru. Aku ini anak pertama, kan?”Akira menelan ludah, hatinya perih. Ia tahu kecemburuan ini bukan muncul tiba-tiba, tapi sudah ia lihat seja
Pagi itu di rumah keluarga Noah Mahendra, suasana tampak seperti biasa—hangat, nyaman, dan penuh cinta. Namun di balik ketenangan itu, ada mata kecil yang memandang dengan diam-diam. Arka, anak pertama Noah dan Akira, berdiri di balik pintu ruang keluarga, memperhatikan sang ibu menyuapi adiknya, Eiden, sambil tertawa bahagia.“Eiden pintar banget sih… mama makin sayang sama adek,” kata Akira dengan lembut.Eiden tertawa kecil, tangan mungilnya menepuk-nepuk pipi Akira. Sementara itu, dada Arka terasa sesak. Ia tak mengerti mengapa dalam beberapa minggu terakhir, dirinya merasa seperti kehilangan tempat.Dulu, Akira selalu punya waktu untuknya. Dulu, Noah selalu mengajak Arka bermain catur atau membaca buku sebelum tidur. Tapi kini, semuanya seolah berubah. Segalanya tentang Eiden—jadwal makan, imunisasi, bahkan mainan terbaru.Arka tidak bodoh. Ia tahu adiknya masih bayi dan butuh perhatian lebih. Tapi kenapa ia merasa diabaikan?Di sekolah, Arka menjadi lebih pendiam. Gurunya bahkan