Ternyata Andre berada di sisi parkiran yang berseberangan namun dia mendengar ucapan dari pria paruh baya yang ada di video call tersebut. "Drama yang bagus sekali, sayangnya Akira hanya mantan yang aku buang dengan sengaja." Langit senja mulai meredup ketika Akira masih berdiri di parkiran, berhadapan dengan Noah, Pak Hermawan, dan Kakek Mahendra. Meskipun kejutan tentang perjodohan itu masih memenuhi kepalanya, Akira mencoba mencerna semuanya dengan tenang. Namun, ketenangan itu hanya bertahan sejenak sebelum suara langkah berat dan penuh amarah mendekat. "Jadi ini alasan kenapa kayu selalu menutupi segalanya dariku?" Suara dingin dan penuh kemarahan itu membuat mereka semua menoleh. Andre berdiri dengan rahang mengeras, matanya menyala penuh kemarahan. Dia menatap Akira dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, kecewa, marah, dan merasa dikhianati. Akira menatapnya bingung, "Apa maksudmu, Andre?" Andre mendengus, menatap Noah dengan kebencian yang mencuat jelas, "Jadi, sel
Andre menatap kosong surat pemecatan yang kini tergenggam erat di tangannya. Kata-kata dalam surat itu terus terngiang di kepalanya, seakan menamparnya berkali-kali."Dengan ini, perusahaan memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Anda secara tidak hormat, efektif mulai hari ini."Giginya bergemeletuk menahan amarah. Tangan yang menggenggam surat itu bergetar kuat sebelum akhirnya diremas hingga kusut. Pemecatan ini bukan sekadar kehilangan pekerjaan, tetapi juga kehilangan harga diri. Dia telah dipermalukan di depan banyak orang.Lebih menyakitkan lagi, beberapa hari setelahnya, Siska-wanita yang selama ini selalu berada di sisinya, justru meninggalkannya."Aku tidak bisa hidup dengan pria yang tidak punya masa depan," ujar Siska dengan suara dingin saat mereka duduk di sebuah kafe.Andre menatapnya tidak percaya, "Jadi, ini akhirnya? Setelah semua yang kita lalui?"Siska menyesap kopinya dengan santai, seolah keputusan ini hanyalah hal sepele baginya, "Aku tidak ingin hidup sus
Setelah konflik dengan Andre selesai, Akira berusaha untuk fokus dengan perusahaan dan juga hubungannya dengan Noah, namun sepertinya takdir berkata lain, Noah yang masih memiliki konflik dengan Black Shadow hanya bisa membantu dengan doa, karena Akira sendiri tidak bisa berbuat banyak."Nah sekarang masalah antara Andre dan kamu sudah selesai 'kan, waktunya kamu fokus dengan kebahagiaan kamu sendiri, Nak, dan sekarang sudah ada......... Papi berharap kamu bisa lebih bahagia dengan Noah," ujar pria paruh baya tersebut kepada putrinya."Terima kasih untuk supportnya selama ini, Pi," sahut Akira dengan nada lembut sembari memeluk tubuh cinta pertamanya tersebut."Karena kamu adalah harta papi dan juga Mama, Nak, hanya kamu yang kami cintai di dunia ini," terang Pak Hermawan kepada Akira."Terima kasih, Pi."Noah yang melihat Akira yang bahagia pun juga ikut bahagia, pemuda tampan itu sangat sayang dan tulus kepada Akira. Dia ingin segera membawa wanita muda itu kepada kakeknya yang ada
Malam di taman London yang romantis berubah menegang dalam sekejap dengan kehadiran Marco. Pemuda itu berdiri tegap dengan pakaian serba hitam, seolah menegaskan aura gelap yang selalu menyelimutinya. Senyum miring menghiasi wajahnya, namun kilatan di matanya menunjukkan bahwa dia tidak datang untuk sekadar mengucapkan selamat. Noah segera berdiri di depan Akira, tubuhnya menegang, "Marco!" Akira, yang sebelumnya larut dalam momen manisnya bersama Noah, kini menatap pemuda itu dengan tajam. Ada firasat buruk yang tiba-tiba menyelinap ke dalam benaknya. Marco memasukkan tangannya ke dalam saku celana sambil berjalan santai ke arah mereka. Namun, sebelum dia bisa mendekat lebih jauh, Gabriel dan Steffy sudah lebih dulu menghadangnya. "Mau apa kamu?" Gabriel bertanya dengan nada dingin, matanya menyipit penuh kecurigaan. Marco hanya tertawa kecil, tatapannya tetap terkunci pada Noah dan Akira, "Santai saja. Aku hanya mencari udara segar. Tapi siapa sangka, aku malah menemukan
Tampak dari kebahagiaan tersebut, Noah dan Akira memilih untuk berjalan-jalan santai setelah acara lamaran kemarin, keduanya tampak sangat serasi dan juga bahagia, "Sayang! Menurut kamu sekarang, apa aku sudah pantas menjadi pemimpin dalam rumah tangga kamu kelak?" tanya Noah secara tiba-tiba kepada kekasihnya.Akira menjawab dengan menampilkan senyum manis, langkahnya terhenti dan menatap manik hitam milik Noah, "Aku yakin kamu bisa membuat hidupku jauh lebih baik kelak.""Terima kasih atas kepercayaan kamu, Sayang!"London, kota yang selalu penuh romansa, menjadi saksi kebahagiaan Noah dan Akira yang menikmati waktu bersama selama liburan kerja mereka. Setelah ketegangan malam itu, Noah ingin memastikan bahwa Akira bisa menikmati momen-momen indah bersamanya, tanpa terganggu oleh bayangan Marco.Hari yang sangat cerah di kota London, mereka berjalan menyusuri tepi Sungai Thames, angin sejuk bertiup lembut menerpa wajah mereka. Akira mengenakan mantel panjang warna krem yang serasi d
Setelah kepergian Marco, Noah masih memeluk Akira erat, seakan ingin melindunginya dari bayangan masa lalu yang kembali hadir. Akira tersenyum dan menepuk punggungnya pelan, mencoba menenangkan Noah yang masih terlihat geram. "Noah, aku baik-baik saja," bisik Akira lembut, napas mereka bertemu wajah Noah dekat dengan wajah Akira, wanita muda itu terlihat tersipu malu, lalu Noah mengambil sesuatu dari rambut Akira, "Ini ada sesuatu di rambut kamu.""Ah iya, terima kasih." Noah melepaskan pelukannya perlahan dan menatap mata Akira dengan penuh rasa sayang, "Aku hanya tidak suka dia mendekatimu. Marco... dia bukan tipe orang yang bisa dipercaya." Akira mengangguk mengerti, "Aku juga tidak menyukainya. Tapi kurasa dia hanya seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia kalah." Noah menghela napas panjang, lalu meraih tangan Akira, "Ayo pergi dari sini. Aku tidak ingin seseorang seperti Marco merusak momen kita." Mereka pun meninggalkan Westminster Bridge dan berjalan me
Setelah Noah memasukkan kotak hitam pemberian Marco ke dalam sakunya, suasana di antara mereka masih terasa sedikit tegang. Akira mencoba tersenyum, meyakinkan Noah bahwa dia baik-baik saja, tetapi Noah masih tampak berpikir keras.Namun, sebelum Akira bisa berkata lebih jauh, Noah tiba-tiba merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru berbentuk persegi. Dia meletakkannya di atas meja dengan hati-hati, tepat di hadapan Akira.Akira mengerjap kaget, "Ini apa lagi, Noah?" tanya wanita muda itu sedikit curiga karena tidak menyangka akan mendapat hadiah lain malam ini.Noah tersenyum lembut, tatapannya penuh dengan rasa yang tulus kepada pasangannya, "Ini adalah hadiah untuk calon istriku. Bukalah, Sayang!"Jantung Akira berdegup kencang. Wanita muda itu meraih kotak itu perlahan, tangannya sedikit gemetar karena penasaran. Dengan hati-hati, dirinya membuka tutup beludru tersebut, dan seketika matanya terbelalak.Di dalamnya terdapat satu set perhiasan yang begi
Setelah insiden di kafe, Noah memastikan bahwa perhiasan yang kini dikenakan Akira bukan hanya simbol warisan keluarga, tetapi juga perlindungan tersembunyi yang akan membantunya menjaga wanita yang dicintainya. Meskipun hati Noah masih belum tenang karena kekacauan yang diciptakan oleh Marco, Noah dan Akira tetap melanjutkan liburan mereka di London. Mereka mengunjungi berbagai tempat indah, menikmati momen berdua seakan dunia hanya milik mereka. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan itu, Noah tetap waspada. Dia tidak bisa mengabaikan keberadaan Marco yang terus mengintai. Suatu sore, mereka berada di Notting Hill, menikmati suasana romantis di antara deretan rumah warna-warni. Akira tertawa kecil saat Noah membelikannya bunga dari kios pinggir jalan, sementara Noah menatapnya dengan penuh cinta. "Tidak kusangka kita bisa menikmati waktu seperti ini," ujar Akira, menyandarkan kepalanya di bahu Noah saat mereka berjalan santai. "Aku akan memastikan kita selalu punya waktu sepert
Senja menyelimuti markas utama Phoenix of Gold. Gedung kaca yang menjulang tinggi itu memantulkan warna jingga dari matahari yang perlahan tenggelam. Di dalam ruang observasi, Arka duduk diam menatap layar hologram, meninjau ulang data-data yang berhasil direbut dari Leo.Di sampingnya, Vanya membungkuk memeriksa pola-pola anomali dalam algoritma yang digunakan Leo untuk menyalin blueprint milik Hydra Star Corp.“Leo bekerja sendiri?” tanya Vanya, masih menatap layar.Arka menggeleng pelan. “Enggak. Pola enkripsinya bukan gaya Leo. Ini lebih kompleks. Lebih... khas Dragunov.”Vanya menegakkan tubuh. “Tapi Dragunov udah dihancurkan, Ka. Kita sendiri yang mengakhiri jaringan mereka.”Arka mengangguk. “Iya. Tapi sisa-sisanya masih berkeliaran. Dan aku curiga... mereka tidak pernah benar-benar hancur. Hanya bersembunyi.”Belum sempat Vanya menjawab, pintu ruang observasi terbuka cepat. Gabriel masuk dengan ekspresi tegang.“Kalian harus lihat ini.”Mereka mengikuti Gabriel menuju ruang ko
Tiga minggu telah berlalu sejak insiden pelabuhan. Dunia mulai menaruh perhatian besar pada dua sosok remaja jenius, Arka Mahendra dan Vanya Laurent. Tak hanya karena keberanian mereka melawan jaringan Black Shadow, tetapi karena simbol baru yang mereka wakili—harapan generasi masa depan.Media internasional menjuluki mereka sebagai Phoenix Twins, mengacu pada nama perusahaan keluarga Arka, Phoenix of Gold, dan kebangkitan mereka dari ancaman masa lalu. Namun, bagi Arka, popularitas bukanlah sesuatu yang ia nikmati. Ia lebih memilih duduk di ruang riset, berkutat dengan sistem keamanan, memantau jejak sisa kelompok Rio yang kini menghilang dari radar.Sementara itu, Vanya, yang mulai tinggal di markas Phoenix sebagai bagian dari program rehabilitasi dan perlindungan, tak kunjung merasa nyaman. Meskipun Arka membelanya di depan seluruh dewan direksi Phoenix, beberapa anggota senior perusahaan—terutama dari pihak investor lama Mahendra Corp—masih mencurigainya.
Pagi itu, langit kota London terlihat kelabu. Kabut menyelimuti kaca-kaca pencakar langit, seolah menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perubahan cuaca. Di salah satu ruangan paling aman di markas Phoenix of Gold, Arka sedang bersiap untuk melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya—keluar dari perlindungan ayahnya.Ia telah meretas jalur khusus di dalam sistem bawah tanah milik Phoenix. Jalur itu dulunya hanya diketahui oleh Noah dan Gabriel, namun kini Arka telah berhasil menciptakan duplikat pintu masuk virtualnya sendiri. Ia tahu, jika ia ingin menyelamatkan Vanya dan menghentikan Rio, ia harus melangkah seorang diri.Dengan mengenakan pakaian khusus berteknologi ringan dan chip identifikasi palsu, Arka menyelinap keluar melalui lorong belakang, diiringi suara langkah robot pengawas yang nyaris tak terdengar. Ia tidak meninggalkan pesan, kecuali surat di bawah bantalnya yang bertuliskan satu kalimat,"Jangan cari aku. Aku akan kembali saat sudah bisa m
Pagi di kediaman keluarga Mahendra begitu tenang, nyaris terlalu tenang jika dibandingkan dengan malam sebelumnya. Burung-burung berkicau seperti tak tahu bahwa dunia di luar pagar besar itu tengah bersiap meledak dalam badai yang lebih besar dari sebelumnya.Di dalam ruang latihan rahasia, Arka yang kini berusia tujuh tahun, mengenakan seragam khusus dengan lambang Phoenix kecil di dadanya. Di depan layar kaca transparan, ia mempelajari ulang taktik bertahan, membaca kode sinyal, dan membedakan pola gerakan drone musuh. Noah berdiri tak jauh darinya, mengamati.“Kamu sudah makin cepat, Arka. Tapi ingat, bukan soal kecepatan. Ini tentang ketepatan dan niat.”Arka menoleh, berkeringat namun penuh semangat. “Papa, kenapa mereka mau menyakiti kita? Padahal kita tidak pernah mengganggu mereka.”Noah menarik napas. Ia tahu, anaknya terlalu cerdas untuk dibohongi, tapi juga terlalu muda untuk menanggung semua kebenaran.“Karena mereka takut. Karena kita punya sesuatu yang tidak bisa mereka
Malam itu langit Jakarta berwarna gelap pekat. Awan hitam menggulung seakan menyembunyikan badai yang akan datang. Di ruang observasi Phoenix of Gold, cahaya layar komputer menyala redup. Noah berdiri di tengah ruangan seperti bayangan diam yang sedang menyatu dengan gelap. Di hadapannya, lusinan monitor menampilkan gambar-gambar: aktivitas Black Shadow, pergerakan logistik Rio, dan pesan-pesan terenkripsi yang telah berhasil dibuka oleh sistem keamanan rahasia mereka.“Aku akan turun langsung,” gumam Noah.Akira yang berdiri di belakangnya mengernyit. “Maksudmu ke Montenegro? Noah, kamu baru saja menarik perhatian dunia. Kamu akan menjadi target utama jika kembali menyamar.”Noah memalingkan wajahnya. “Bukan menyamar. Aku akan kembali menjadi diriku yang dulu. Phantom. Hanya itu cara untuk menuntaskan semuanya.”Akira menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu masuk terlalu dalam… bagaimana caranya kamu kembali ke kami?”Noah melangkah pelan mendekati istrinya, menangkup wajahnya dengan ked
Phoenix of Gold kini menjadi sorotan dunia. Media internasional menyoroti perusahaan yang tak hanya bergerak di bidang energi hijau, tetapi juga menjadi simbol ketahanan keluarga di tengah ancaman global. Akira dan Noah menjadi pasangan fenomenal yang disegani—bukan karena kekayaan mereka, tapi karena integritas dan keberanian mereka mempertahankan nilai.Namun di balik sorotan itu, ada ketegangan yang terus menguat. Noah kini tidur hanya dua hingga tiga jam sehari. Sisanya ia habiskan untuk memperkuat keamanan digital, memperluas jaringan intelijen, dan yang paling penting: menyusun serangan balik terhadap Rio Vasilyev.Di ruang bawah tanah Phoenix of Gold—ruang yang tak diketahui siapa pun kecuali Akira dan beberapa orang kepercayaannya—Noah berdiri di hadapan layar besar yang menampilkan peta dunia.“Operasi Valkyrie akan dimulai dalam empat puluh delapan jam,” ucap Raka sambil menunjukkan serangkaian data. “Kami sudah menanam orang dalam di markas Rio di Montenegro. Namun mereka m
Pagi itu, langit Jakarta tampak kelabu, mendung menggantung berat seolah memantulkan perasaan yang memenuhi hati Akira. Ia berdiri di balkon rumahnya, menatap taman tempat anak-anak biasanya bermain. Namun hari ini, taman itu kosong. Arka sedang di kamar bersama tutor privatnya, sementara Eiden masih tidur dalam pelukan pengasuhnya.Akira baru saja menerima laporan bahwa kantor pusat Phoenix of Gold kembali diserang secara digital. Sistem keamanan mereka diretas, dan beberapa dokumen rahasia hampir bocor ke publik jika tim IT tidak sigap memblokir akses asing yang berasal dari luar negeri.“Noah, ini bukan cuma tentang bisnis lagi. Mereka sudah menjadikan Phoenix of Gold sebagai simbol. Dan kita adalah target berikutnya,” ucap Akira dengan nada serius saat Noah masuk ke balkon membawakan secangkir teh hangat untuknya.Noah meletakkan cangkir itu di meja kecil. “Aku tahu. Rio ingin menjatuhkan semua yang pernah kita bangun. Dia tak hanya menyasar bisnis kita, tapi juga keluarga kita.”
Matahari sore menyelinap di balik jendela besar kamar keluarga Noah dan Akira. Di ruang bermain yang hangat dengan karpet berbentuk awan, Eiden tertawa ceria saat Akira menyuapi potongan buah kecil ke mulutnya. Sementara itu, Arka duduk di pojok ruangan, menggambar dengan pensil warna yang ditekan kuat-kuat ke kertas.“Nooo! Itu apelku, Mama!” Arka tiba-tiba berseru, melihat potongan buah yang diberikan ke adiknya.Akira menoleh, sedikit kaget. “Sayang, kamu 'kan tadi sudah makan dua potong. Ini buat Eiden.”“Tapi aku mau sekarang juga!” Arka bangkit dan berjalan cepat, hampir mendorong Eiden yang sedang duduk di kursi bayi.“Arka!” Akira memanggil tegas. “Kamu tidak boleh dorong adikmu seperti itu.”Anak laki-laki berusia lima tahun itu memelototi adiknya. “Kenapa sih semuanya selalu tentang Eiden! Dia selalu dapat pelukan, buah, bahkan mainan baru. Aku ini anak pertama, kan?”Akira menelan ludah, hatinya perih. Ia tahu kecemburuan ini bukan muncul tiba-tiba, tapi sudah ia lihat seja
Pagi itu di rumah keluarga Noah Mahendra, suasana tampak seperti biasa—hangat, nyaman, dan penuh cinta. Namun di balik ketenangan itu, ada mata kecil yang memandang dengan diam-diam. Arka, anak pertama Noah dan Akira, berdiri di balik pintu ruang keluarga, memperhatikan sang ibu menyuapi adiknya, Eiden, sambil tertawa bahagia.“Eiden pintar banget sih… mama makin sayang sama adek,” kata Akira dengan lembut.Eiden tertawa kecil, tangan mungilnya menepuk-nepuk pipi Akira. Sementara itu, dada Arka terasa sesak. Ia tak mengerti mengapa dalam beberapa minggu terakhir, dirinya merasa seperti kehilangan tempat.Dulu, Akira selalu punya waktu untuknya. Dulu, Noah selalu mengajak Arka bermain catur atau membaca buku sebelum tidur. Tapi kini, semuanya seolah berubah. Segalanya tentang Eiden—jadwal makan, imunisasi, bahkan mainan terbaru.Arka tidak bodoh. Ia tahu adiknya masih bayi dan butuh perhatian lebih. Tapi kenapa ia merasa diabaikan?Di sekolah, Arka menjadi lebih pendiam. Gurunya bahkan