Sampai di rumah Anggita memikirkan apa yang dikatakan oleh Meylani kakak iparnya. Membalas Beni menikah dengan pria dingin itu cukup ide yang sangat baik dan bagus. Apalagi dia bisa membungkam mulut ibu mertua dan mantan iparnya Anita dengan menikah dengan orang kaya. Memang cara tersebut terlihat begitu efektif karena mereka selama ini selalu menganggapnya seperti membantu yang tidak bisa melawan dan juga tidak memiliki pikiran memperlakukannya sesuka hati padahal dia juga menantu di sana mengapa dibeda-bedakan seperti itu.Anggita memilih untuk masuk ke kamarnya, ia langsung saja berbaring di ranjang niatnya berjalan-jalan dengan kedua kakak iparnya itu untuk menghilangkan anak di pikiran, tetapi mengapa sekarang justru beban pikirannya semakin bertambah lagi."Aku harus bagaimana ini?" Apakah dirinya harus mengikuti rencana dari kakak iparnya Meylani untuk membalas dendam dengan cara menikah dengan Caraka?Namun, ia berpikir dirinya saja sudah memiliki tiga kakak yang kaya raya unt
"Maaf, aku semalam tertidur. Paginya lupa kalau mau balas pesan kamu." Sebuah pesan akhirnya Anggita kirimkan pada Caraka. Ia memberanikan diri karena memang dirinya merasa tak enak juga saat tak membalas pesan darinya. Apa salahnya mereka saling menjajaki. Bukankah keduanya memiliki status yang sama sama-sama tidak memiliki pasangan lantas tidak masalah juga jika mereka hanya berbalas pesan. Apalagi setelah mendapatkan pencerahan dari kedua kakak iparnya lalu ia mendapatkan omelan dari kakaknya serta juga ocehan dari keponakannya benar-benar membuat dirinya berpikir keras apakah harus segera membalas pesan dari lelaki itu dan akhirnya keputusannya sudah final ia membalas pesan yang dikirimkan oleh Caraka tersebut. Akhirnya setelah mengirimkan pesan itu Anggita memilih untuk kembali berbaring dengan tenang Karena ia merasa jika sudah tidak ada lagi beban.Cukup lama Anggita menunggu balasan, ia tak tahan terus menunggu. Apakah lelaki itu marah dan balas dendam kepadanya karena tidak
Beni terkesiap saat melihat Anggita bersama dengan Caraka yang tidak lain adalah bosnya. Bagaimana bisa mantan istrinya itu bersama dengan bosnya padahal saat menjadi istrinya ia tidak pernah sama sekali memperkenalkan Anggita kepada bosnya ataupun rekan kerjanya bahkan wanita itu pun ia yakin tidak akan mengetahui di mana dirinya bekerja bagaimana hal ini bisa terjadi bagaimana Anggita bisa kenal dengan Caraka? Pikirannya berkecamuk dirinya benar-benar bingung bagaimana bisa Anggita berada bersama dengan Caraka.Sama halnya dengan Beni, Sandra juga ia tidak kalah kaget melihat Anggita bersama dengan bosnya tersebut. Mereka berdua saling memandang heran bagaimana bisa Anggita wanita yang terlihat lusuh dan kuman itu bersama dengan bosnya.Anggita juga kaget, tetapi ia tetap tenang. "Ayo ikut denganku." Lelaki itu sengaja menggandeng lengan Anggita untuk melangkah menuju di mana tempat Beni dan juga Sandra berada, memang lelaki itu selalu terlihat supel di mata karyawannya karena mema
"Mana bisa mengambil keputusan seperti itu, Pak Raka!""Stop memanggil aku dengan sebutan Bapak. Panggil aku Raka," ujar Raka penuh penekanan. Anggita mengigit bibir bawah, ia sangat kesal dengan pria di hadapannya. Kali ini si kulkas dua pintu mulai banyak bicara. Entah apa yang sedang ia rencanakan kali ini. Melihat wajah masam Anggita, Raka semakin tak kuasa dengan pesonanya. Semakin marah, wanita di hadapannya semakin menggemaskan. Ia pun menarik pinggangnya hingga wajah mereka begitu dekat. "Ih, apaan sih." Anggita mendorong tubuh besar Raka hingga menjauh. Merasa lepas kontrol, Raka pun meminta maaf karena dia tak bisa mengendalikan semuanya. "Aku minta maaf. Kamu sangat menggemaskan, jadi ...." Belum selesai bicara, Anggita sudah meninggalkan dirinya. Terpaksa Raka berlari mengejarnya hingga ke mobil. "Anggita, dengarkan saya." Raka menahan tangannya, Anggita membuang muka karena merasa malu saat Raka terus memujinya. "Saya enggak bermaksud, eh aku minta maaf dan janji
Beni pulang ke rumahnya, dirinya sangat kesal karena kejadian tadi benar-benar membuatnya tidak emosi. Tidak menyangka jika Anggita akan membalasnya dengan menjadi istri Caraka sang bos. "Agh, kenapa aku sekesal ini. Dulu saat membuangnya tak sama sekali menyesal." Beni bergumam sendiri.Tak habis pikir juga bagaimana wanita itu bisa kenal dengan Caraka padahal selama menjadi istrinya Anggita tidak pernah pergi keluar rumah ataupun bersosialisasi dengan teman-temannya yang dahulu karena pekerjaan rumah yang tiada hentinya. Bagaimana Baru beberapa bulan mereka berpisah wanita itu langsung bisa kenal bahkan menjadi calon istrinya dari sang bos."Bukanya dia dengan artis itu, kenapa bisa sama si bos? Benar-benar Anggita bikin kepala ini cenat-cenutm. Bahkan kalau di bandingkan dengan Sandra, dia kini kalah jauh dari Anggita."Proses perpisahan saja baru sekali sidang dan belum resmi tetapi bagaimana bisa mantan istrinya itu sudah menjadi calon istri dari orang lain. Pantas saja saat di
Baskoro sudah menyiapkan acara untuk mengenalkan Anggita pada rekan bisnis mereka. Semua acara sudah tersusun rapi serta dirinya persiapkan dengan matang-matang ia ingin membuat nama anggota harum dalam acara ini."Kamu sudah siap dengan semuanya Git?" tanya Baskoro. "Sudah kak," ujar Anggita.penampilan sang adik sangat cantik dan elegan. Sepertinya Anggita sudah sangat mantap untuk memperkenalkan dirinya sebagai anggota keluarga Mahesa.Acara ini sudah Baskoro susun sedemikian rupa selain menjadi acara tahunan karena mengundang beberapa investor serta pola keluarganya untuk berkumpul ini juga sebagai ajang tali silaturahmi antar sesama karyawan serta bos-bosnya memanfaatkan kesempatan ini untuk mempublikasikan tentang adiknya Anggita yang selama ini tidak pernah diketahui oleh khalayak umum.Hari ini acara itu berlangsung, rekan bisnis juga para karyawan sudah diundang. Begitu juga dengan Caraka yang mengundang semua karyawan inti mereka terutama Beni serta Gani dan juga keluargany
Wajah Anita pucat mendengar ucapan Gani. Jika di tanya takut miskinlah dia, sudah jelas dia sangat takut dengan kalimat itu. Menjadi miskin, Anita kembali menggelengkan kepala karena takut menjadi seperti Anggita dulu."Sudahlah, jangan di bayangkan. Semoga saja Mbak Gita enggak mencari-cari kesalahan kamu. Untung saja aku baik sama dia." Gani pun melewati sang istri yang sejak tadi ketakutan. Gani mengambil minum dan bertemu dengan Anggita tak sengaja."Gan, datang juga?" Anggita menyapa Gani."Eh, Mbak Gita. Datangalah, kan walau anak perusahaan kecil aku tetap harus ikut dalam perjamuan ini. Kali saja menjadi maju perusahaan kecilku." "Wah, kamu memang pekerja keras. Semoga aku bisa join dengan perusahaan kamu," ujar Anggita.Sejak menikah dengan Beni, Gani dan Rani baik padanya. Hanya saja entah Gani tak mengerti jika istrinya malah berlaku tak baik pada Anggita."Mbak, kenapa enggak bilang dari dulu kalau Mbak itu adiknya Pak Baskoro?""Oh, itu. Ah sudahlah semua tak usah di ba
Beni dan juga ibunya memilih untuk pulang lebih dulu karena wanita itu masih syok apalagi harus berhadapan dengan Anggita yang ternyata adalah adik dari Baskoro membuat bu Neni menjadi sakit kepala karena terkejut dengan hal tersebut."Rani cepat ambilkan minum untuk ibu." Beni meminta sang adik untuk mengambilkan air minum untuk ibunya tersebut dan bu Neni memilih untuk menyandarkan diri di sofa ruang tamu mereka.Wanita itu menatap ke atap rumahnya ia masih benar-benar tidak menyangka karena menantu yang selama ini dirinya hina dan pandang sebelah mata ternyata menyimpan sebuah rahasia besar mengapa anggota tidak mengatakan sejak awal jika dia anak orang kaya seandainya dirinya mengetahui hal itu lebih dulu tentu saja ia akan memperlakukan anggota dengan baik. Bu Neni menatap ke arah Beni yang tengah mengusap wajahnya dengan gusar."Kenapa kamu tidak membawa Anggita saja untuk kembali ke sini dan menjadi istrimu?" Ia yakin putranya itu tampan dan juga dahulu anggota terlihat sangat