Acara Makan siang Raka dan Nayla terpaksa harus terganggu akibat kehadiran Manda. Bahkan Raka yang memutuskan untuk makan siang satu piring berdua bersama Nayla, tidak luput dari gangguan Manda. Manda seperti tidak ingin membuat Raka dan Nayla dekat.Manda seolah-olah sengaja ingin membuat perhatian Raka teralihkan. ia hanya ingin dirinya saja yang diperhatikan. Bahkan ketika mereka hendak pulang, Manda memaksa untuk ikut. Dengan alasan ingin melihat situasi di rumah sakit sebelum besok dirinya bekerja di sana.Dalam perjalanan pulang, Manda lebih mendominasi. Kehadiran Nayla benar-benar sudah tidak dianggap ada. Namun, Nayla sama sekali tidak tersinggung karena baginya kehadirannya dianggap gaib adalah sesuatu hal biasa.Lama-lama Manda semakin keterlaluan, hingga Diperlakukan seperti itu membuat Nayla tidak terima. Ia seperti hantu keberadaannya tidak dihiraukan. Lalu Nayla pun memilih untuk naik taksi saja. Setidaknya itu lebih aman untuk mata dan hatinya."Raka, tolong turunkan ak
"Sebenarnya kamu punya hubungan apa dengan wanita tadi? Kenapa aku merasa jika kalian memiliki hubungan spesial. Benar kan Raka?" Terka Manda. Ia sudah tidak sabar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Raka dan Nayla.Karena Manda merasa ada hal aneh dengan hubungan Raka dan Nayla. Tidak terlihat seperti seorang dokter dengan pasiennya. Melainkan seperti seorang kekasih. Ya, seperti itulah yang Manda lihat."Dia pasien ku, Manda." jawab Raka namun Manda merasa tidak puas dengan jawaban tersebut."Aku gak percaya. Tatapan kamu, perhatian kamu benar-benar beda. Jujur saja Raka." Desak Manda.Raka yang posisinya tengah menyetir pun hanya bisa menghela napas. Dia tahu sifat Manda. Dia tipe wanita tidak menyerah. Jika ada sesuatu hal yang membuat ia penasaran. Maka sampai kapanpun ia akan terus mengorek sampai ia menemukan jawabannya."Kenapa kebiasaan kamu itu tidak hilang? Aku kira tiga tahun ini kamu akan banyak berubah. Ternyata tidak sama sekali." Tutur Raka tanpa menatap ke a
Nayla terus saja kepikiran kejadian tadi. Saat ia melihat dengan jelas Santi sedang bersama dengan Morgan. Dia tahu Morgan karena saat Masih status kekasih Santi, mereka sering pergi bertiga. Bahkan ia tahu jika mereka sudah putus lalu kenapa ia Justru harus melihat mereka berdua.Harusnya, ia bersikap masa bodoh saja. Sebab ia sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan Santi. Secara sengaja Santi sudah memutuskan hubungan pertemanan mereka hanya karena memperebutkan satu pria.Namun, apa yang sekarang terjadi? Di saat dirinya sudah melepaskan Fery, Santi justru bermain serong dengan mantan kekasihnya.Memang benar bukan haknya lagi untuk ikut campur. Hanya saja ia tidak suka dengan cara Santi mempermainkan sebuah hubungan "Pak, Tolong putar balik. Kita ketempat awal." Titah Nayla. Ia ingin memperingati Santi. Ia ingin membuat Santi sadar dan tetap fokus pada Fery.Karena belum terlalu jauh, sehingga Nayla tidak perlu menunggu lama untuk sampai ke tempat awal.."Pak, tunggu sebenta
Nayla menjerit seraya terus membaca istighfar, saat secara tiba-tiba sebuah batu terlempar dan mengenainya tepat di kepalanya.Meskipun batu itu terlihat kecil, namun lemparannya begitu sangat keras hingga membuat kepalanya terluka dan berdarah.Pelakunya yang tidak lain adalah Santi, memilih untuk melarikan diri. ia justru merasa puas sendiri karena bisa membuat Nayla celaka. Tak ada yang bisa Nayla lakukan, ingin meneriaki Santi namun ia tak memiliki tenaga untuk berteriak supir taksi yang sedari tadi menunggu Nayla, refleks langsung menolong Nayla. Saat mendengar suara teriaknya. supir tersebut begitu kaget saat ia melihat darah menetes dari balik kerudung Nayla."Astagfirulah, kepala Nyonya terluka, saya antar Nyonya ke rumah sakit, ya." usul sang supir taksi tersebut. awalnya Nayla ingin menolak. namun kepalanya justru terasa sakit dan pusing ."iya, tolong antar saya ke rumah sakit, maaf jika saya merepotkan pak supir," sesal Nayla merasa tidak enak hati."Sama sekali tidak dir
Setelah mengantar Nayla pulang. Raka pamit untuk kembali ke rumah sakit. Padahal yang sebenarnya, Raka melajukan mobilnya menuju rumah Fery. Dia tidak ingin diam, membiarkan Nayla terus saja diusik oleh Fery dan istrinya. Padahal mereka sudah tidak memiliki ikatan apa-apa lagi."Nayla, maafin aku. Aku terpaksa melakukan ini dan maafin aku karena sudah berbohong padamu. Aku melakukan ini karena tidak tega jika kamu selalu saja diganggu oleh orang-orang yang tidak memiliki otak." Gumam Raka.Dia mencintai Nayla oleh karena itu siapa pun yang menyakiti Nayla, maka akan berurusan langsung dengan dirinya.Karena Raka adalah seorang pria terpelajar. Membuat ia tidak melakukan keributan ketika mendatangi ke rumah Fery. Ia datang dengan penuh dengan gentelman. Kecuali jika pihak mereka yang memulai maka dia pun tidak akan tinggal diam. Raka mengetuk pintu berulang kali, lalu tak lama seorang asisten rumah tangga membuka pintu dan bertanya hendak mencari siapa."Cari siapa?" Tanya Neti yang
"Nay, kata Raka kepalamu terluka. Kenapa bisa?"Maureen yang baru saja mengetahui jika Nayla terluka langsung mendatangi kamar Nayla.Sementara itu, Nayla yang tengah merebahkan tubuhnya pun bergegas bangun. Meskipun sebenarnya kepalnya masih terasa pusing."Enggak usah, khawatir, Ma. Udah diobati kok sama Raka," Ucap Nayla dengan lembutnya. Ia lalu duduk.Disusul Maureen yang ikut terduduk di samping Nayla. "Raka gak bilang secara detail, sebenarnya kenapa bisa seperti ini? Siapa yang sudah tega mencelakai kamu? Orang tersebut begitu zalim.""Nayla tidak ingin memperpanjang masalah ini, Nayla juga tidak ingin membahas kejadian ini. Cukup jadi bahan pelajaran saja untuk Nayla," Terang Nayla yang memang sudah tidak ingin terlibat lagi dengan Santi dan antek-anteknya.Maureen menghela napas panjang, ia mengerti dengan keputusannya Nayla. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain, tetap memberikan semangat dan support.Maureen memeluk Nayla. Semenjak tinggal bersama Nayla ia jadi jauh sema
Sadar jika dirinya sudah ditinggal jauh oleh Raka, membuat ia langsung berlari menyusulnya. Setelah beberapa detik ia berpikir, keputusan Manda tetap seperti awal. Akan tetap mengambil hati Raka. Lagi pula antara Raka dan Nayla statusnya masih calon, ada kemungkinan ia merebutnya. Seperti itu pemikiran Manda."Raka tunggu! Kenapa jalannya cepat-cepat gitu, sih?" Keluh Manda namun Raka tidak peduli.Dalam perjalanan pulang, Manda tidak hentinya terus berceloteh. Sementara Raka, ia sama sekali tidak menimpali perkataan Manda. Raka berpura-pura tidak mendengar kata-kata Manda, yang menurutnya bagaikan radio butut.Tak terasa mobil Raka sudah sampai di depan rumah Manda. Raka segera menghentikan laju mobilnya, dan tanpa berbasa-basi ia langsung meminta agar Manda segera keluar dari mobilnya. Tentu saja hal ini membuat Manda tidak terima. Karena secara tidak langsung Raka mengusirnya."Cepatlah turun!" Titah Raka dan sukses membuat Manda melongo."Kau mengusirku?" Tanya Manda tak percaya.
Awalnya Fery memang ingin mendatangi Nayla dan selingkuhannya. Hanya saja ia baru ingat jika dirinya tidak tahu di mana tempat tinggal Nayla sekarang. Bahkan nomor teleponnya saja ia tak tahu karena sekarang Nayla sudah mengganti nomornya.Alhasil Fery hanya Bisa menggeram kesal, berharap ia bisa bertemu Nayla dan selingkuhannya. Hari ini adalah jadwal Santi melakukan cek kandungan. Membuat Fery sejenak meninggalkan pekerjaan kantornya. Ia selalu tahu jika Santi pasti akan ngambek jika dirinya tidak ikut mengantar."Ayo, Mas. Aku dah siap!" Ucap Santi ia terlihat begitu cantik dam segar membuat Fery senang jika Santi pun senang.Fery pun beranjak dari duduknya. Ia lalu menggenggam tangan Santi mereka jalan bersama secara beriringan."Kamu terlihat cantik dan segar, membuat aku senang liatnya." Ucap Fery disela langkah mereka menuju mobil."Kemarin-kemarin aku gak cantik, ya? Hanya hari ini saja?" Ujar Santi dengan sedikit cemberut.Fery terkekeh, ia suka saat Santi bersikap manja sep
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter