"Nay, kata Raka kepalamu terluka. Kenapa bisa?"Maureen yang baru saja mengetahui jika Nayla terluka langsung mendatangi kamar Nayla.Sementara itu, Nayla yang tengah merebahkan tubuhnya pun bergegas bangun. Meskipun sebenarnya kepalnya masih terasa pusing."Enggak usah, khawatir, Ma. Udah diobati kok sama Raka," Ucap Nayla dengan lembutnya. Ia lalu duduk.Disusul Maureen yang ikut terduduk di samping Nayla. "Raka gak bilang secara detail, sebenarnya kenapa bisa seperti ini? Siapa yang sudah tega mencelakai kamu? Orang tersebut begitu zalim.""Nayla tidak ingin memperpanjang masalah ini, Nayla juga tidak ingin membahas kejadian ini. Cukup jadi bahan pelajaran saja untuk Nayla," Terang Nayla yang memang sudah tidak ingin terlibat lagi dengan Santi dan antek-anteknya.Maureen menghela napas panjang, ia mengerti dengan keputusannya Nayla. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain, tetap memberikan semangat dan support.Maureen memeluk Nayla. Semenjak tinggal bersama Nayla ia jadi jauh sema
Sadar jika dirinya sudah ditinggal jauh oleh Raka, membuat ia langsung berlari menyusulnya. Setelah beberapa detik ia berpikir, keputusan Manda tetap seperti awal. Akan tetap mengambil hati Raka. Lagi pula antara Raka dan Nayla statusnya masih calon, ada kemungkinan ia merebutnya. Seperti itu pemikiran Manda."Raka tunggu! Kenapa jalannya cepat-cepat gitu, sih?" Keluh Manda namun Raka tidak peduli.Dalam perjalanan pulang, Manda tidak hentinya terus berceloteh. Sementara Raka, ia sama sekali tidak menimpali perkataan Manda. Raka berpura-pura tidak mendengar kata-kata Manda, yang menurutnya bagaikan radio butut.Tak terasa mobil Raka sudah sampai di depan rumah Manda. Raka segera menghentikan laju mobilnya, dan tanpa berbasa-basi ia langsung meminta agar Manda segera keluar dari mobilnya. Tentu saja hal ini membuat Manda tidak terima. Karena secara tidak langsung Raka mengusirnya."Cepatlah turun!" Titah Raka dan sukses membuat Manda melongo."Kau mengusirku?" Tanya Manda tak percaya.
Awalnya Fery memang ingin mendatangi Nayla dan selingkuhannya. Hanya saja ia baru ingat jika dirinya tidak tahu di mana tempat tinggal Nayla sekarang. Bahkan nomor teleponnya saja ia tak tahu karena sekarang Nayla sudah mengganti nomornya.Alhasil Fery hanya Bisa menggeram kesal, berharap ia bisa bertemu Nayla dan selingkuhannya. Hari ini adalah jadwal Santi melakukan cek kandungan. Membuat Fery sejenak meninggalkan pekerjaan kantornya. Ia selalu tahu jika Santi pasti akan ngambek jika dirinya tidak ikut mengantar."Ayo, Mas. Aku dah siap!" Ucap Santi ia terlihat begitu cantik dam segar membuat Fery senang jika Santi pun senang.Fery pun beranjak dari duduknya. Ia lalu menggenggam tangan Santi mereka jalan bersama secara beriringan."Kamu terlihat cantik dan segar, membuat aku senang liatnya." Ucap Fery disela langkah mereka menuju mobil."Kemarin-kemarin aku gak cantik, ya? Hanya hari ini saja?" Ujar Santi dengan sedikit cemberut.Fery terkekeh, ia suka saat Santi bersikap manja sep
"Mereka itu siapa? Kok kelihatan gak berpendidikan gitu? Bawa-bawa Nayla pula. Apa mereka musuh Nayla?" Tanya Manda selepas mereka kembali ke ruangan Raka.Manda yang banyak bicara membuat Raka geram. Padahal ia tidak suka jika Manda cerewet. Raka menatap Manda, seketika Manda langsung terdiam dan menutup rapat mulutnya."Kamu bisa diam tidak? Jika kehadiran kamu di sini hanya untuk mengganggu ku sebaiknya Kamu pergi dari sini." Ucap Raka dengan serius."Maaf, janji deh aku tidak akan menggangu kamu, Raka." Manda terlihat menyesal telah mengganggu Raka. Padahal ia hanya penasaran saja dengan dua sosok yang tadi mencegah mereka."Di sini kamu mau kerja kan? Jadi sebaiknya kamu pergi. Dan kembali ketempat kamu kerja. Harusnya pertama kali kerja kamu memberikan kesan baik. Ini apa? Malah sebaliknya." Cecar Raka Untuk pertama kalinya selama mereka berteman, ini kali pertamanya Raka membentak dirinya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah dibentak. Ini membuat Manda tersadar. Jika diriny
"Tolong jangan marah dan tolong Jangan jadi bahan pikiran untukmu. Apa yang aku katakan anggap saja tidak pernah Kamu dengar."Raka tetiba merasa menyesal sudah mengatakan hal tersebut. Ia takut, malah jadi beban pikiran untuk Nayla. Karena tidak bisa membalas cintanya."Kenapa kamu mencintaiku? Aku hanyalah seorang janda. Terlebih-lebih aku begitu banyak sekali kekurangan. Kamu sebenarnya lebih pantas mendapatkan yang lebih dari pada aku. Hanya karena keegoisanku saja kamu jadi harus menikah denganku.""Ssstt, jangan bicara seperti itu, Nay. Aku benar-benar tulus mencintai kamu. Aku sama sekali tidak melihat dari status, usia apa lagi kekurangan dan kelebihan. Aku memilih Kamu karena memang hati ini memilih kamu. Hanya kamu satu-satunya wanita yang mampu menggetarkan hatiku,"Raka berbicara panjang lebar demi membuat Nayla agar tidak salah paham. "terima kasih , kamu sudah mau mencintai wanita seperti aku. tapi aku...""Aku tahu, tidak mudah bagimu untuk menerima orang baru, jadi,
"Aku kan sudah bilang, jangan ganggu aku lagi. Kamu ngertikan dengan kata-kata yang aku ucapkan?''Santi marah, saat Morgan terus saja mengganggu dirinya. Berulang kali ia meminta untuk tidak mengganggu dirinya, tapi Morgan sama sekali tidak mau mendengarkan perkataan Santi."Aku gak bisa melupakan kamu, San. Meksipun kamu minta aku untuk pergi menjauh darimu. Aku tetap dengan pilihanku, jika aku tidak akan pernah pergi darimu." Ujar Morgan ngotot dengan keputusannya."Tapi aku sudah bahagia dengan Suamiku. Apalagi dengan kehadiran bayiku ini. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi buah cinta aku dan suamiku akan lahir. Jadi jangan pernah kamu mengusik rumah tanggaku lagi."Santi berkata seraya memalingkan wajahnya. Saat ini memang Santi tengah berada di rumah Morgan. Ia sengaja langsung menghampiri Morgan pagi-pagi sekali. Dia tahu jika pagi-pagi rumah Morgan selalu sepi. Asisten rumah tangganya hanya akan datang waktu subuh dan sebelum Morgan bangun mereka sudah pulang."Aku tidak aka
Hari ini Nayla ada jadwal cek up. Oleh karena itu, ia berangkat ke rumah sakit bersama Raka. Nayla berharap cek up kali ini ada hasil yang memuaskan. Setidaknya penyakit dalam rahimnya bisa membaik agar dirinya memiliki kesempatan untuk mengandung. Mungkin bagi orang harapan Nayla terlalu dipaksakan. Karena sudah tahu dirinya penyakitan tapi tetap saja bersikukuh dengan keinginannya. Sebelum waktunya di periksa, Nayla menunggu di ruang tunggu. Ia tidak ingin mendapatkan perlakuan istimewa, oleh karena itu ia membiarkan pasien lain terlebih dahulu yang diperiksa oleh Raka. Di sela waktunya menunggu giliran dipanggil oleh Raka. Nayla melihat sesuatu di layar televisi yang terpanjang di rumah sakit. Untuk membuktikan dugaannya. Nayla pun memilih duduk lebih dekat dengan televisi agar ia bisa mendengar dan melihat jelas isi beritanya.Nayla ternganga, Saat menyaksikan sendiri berita pagi ini. Sebuah berita yang menurutnya ii sebuah mimpi. Kenapa bisa mimpi? Sebab beberapa minggu lalu
Santi terlihat gusar, ia berulang kali membongkar pasang seprei, kotak perhiasan dan hasilnya tetap sama. Barang yang ia cari sama sekali tidak ada.Ia sudah frustrasi. Pasalnya benda itu adalah pemberian dari Fery. Ia tidak ingin suaminya bertanya ke mana barang yang ia berikan."Di mana jatuhnya, sih?" Ucap frustrasi Santi. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi.Belum hilang rasa frustrasinya. Kini harus bertambah lagi saat ia mendengar berita kematian Morgan melalui siaran televisi Seketika wajah Santi berubah penuh ketakutan. Bahkan tangannya sampai mencengkeram erat bajunya.Santi terbayang kejadian tadi pagi, saat dirinya mendorong Morgan. Ia tidak ingin disalahkan dalam kasus kematian Morgan. Santi gelisah, ia tidak tahu harus berbuat seperti apa lagi. Hingga pikiran Santi menduga jika kemungkinan besar benda miliknya terjatuh di sana."Tidak! Aku yakin benda itu tidak terjatuh di sana. Aku yakin masih ada di sekitaran sini," Racau Santi.Lalu, ia pun kembali mencari dan h
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter