Share

Bab 7

Author: Gabby_Rsyn
last update Last Updated: 2024-02-08 23:21:20

"Sssh." Shania membuka matanya yang terasa begitu berat dan kepala masih terasa pusing.

"Kau sudah bangun? Kepala kau masih sakit?" tanya Leonard yang sedari tadi berada di sisi Shania.

"Leo, aku kenapa?" Bukan menjawab, Shania malah kembali bertanya.

"Kau pingsan karena terlalu banyak menangis, mungkin juga tertekan," jawab Leonard.

Shania langsung mengangkat pandangannya menatap Leonard. Wajah Leonard terlihat lesu dan khawatir. Matanya juga terlihat merah.

Deg!

Ibu! Shania teringat akan Natalia sang ibu kandungnya. Dia lantas menoleh ke arah sekitarnya. Di mana Natalia? Dia tidak melihatnya.

"Leo, Leo, ibu di mana? Aku tadi bermimpi ibu ..., meninggalkan kita." Shania menggoyangkan lengan Leonard dengan tangisan yang kembali pecah.

Leonard hanya diam dan tidak menjawab, hanya saja matanya jelas terlihat berkaca-kaca. Sungguh miris, gadis yang berjuang hingga mengorbankan diri demi sang ibu yang sekarat berakhir begini.

Leonard lantas menarik Shania dan membawa masuk ke dalam peluka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 8

    Proses pemakaman telah selesai. Shania dan Leonard masih duduk di sebelah kuburan Natalia. Air mata terlihat mengalir di pipi Shania, namun tidak terdengar isak tangisan."Ibu, selamat beristirahat. Nia, bakal merindui ibu, Nia sayang ibu," ucap Shania lirih.Leonard pula hanya menatap papan nama Natalia dengan sendu, namun terlihat gurat amarah pada wajahnya."Nia, kita pulang ya. Sudah hampir sore, tidak baik untuk berada di sini," ujar Leonard.Shania mengangguk lalu berpamitan dengan sang ibu. Mereka pun keluar dari tanah perkuburan itu. Setelah tiba di luar kawasan perkuburan, Shania menangkap sosok pria yang sangat dia benci. Ingin sekali dia meneriaki dan memukul pria itu, tetapi dia masih belum memiliki kekuatan."Shania," panggil Leonard.Shania menoleh ke arah Leonard dengan raut wajah sendu. Tangan Shania yang digenggam Leonard pun segera Leonard lepaskan perlahan."Kau tahu batasmu dan kau, Shania! Cepat masuk ke mobil," perintah Steven dingin.Shania menatap Leonard, dia

    Last Updated : 2024-02-08
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 9

    "Aku cuma bertanya," jawab Steven dingin.Shania memasang wajah datar. Lalu berkata, "Ok, oh ya, aku ingin keluar sedikit, ada yang aku harus beli."Steven diam, dia menatap Shania dengan intens seperti ingin membaca pikiran Shania. Namun, apa yang dia cari tidak terlihat."Terserah, yang penting kau harus pulang sebelum jam 12 malam," sahut Steven."Aku hanya pergi ke toko 24 jam di seberang jalan, tidak butuh sampai berjam-jam," ujar Shania.Steven menjeling lalu lanjut memasuki kamar miliknya, dia tidak ingin peduli tentang Shania. Selama, Shania tidak berhubungan dengan pria lain.Setelah melihat Steven menutup pintu kamar dengan rapat, Shania kembali membalas pesan Leonard. Dia memberitahu Leonard untuk menemuinya, di toko 24 jam seberang jalan yang berdekatan dengan apartemen Steven.Shania pun bersiap-siap untuk keluar. Dia menggunakan baju yang agak tebal karena masih merasa kedinginan.Ketika telah tiba di toko seberang jalan, Shania menunggu Leonard di dalam toko dan berdiri

    Last Updated : 2024-02-09
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 10

    Leonard menatap wajah Shania penuh kasih. Dia tersenyum lalu mengusap puncak kepala Shania."Kau mau aku menganggap kau seperti apa?" bukan menjawab, Leonard malah kembali bertanya.Shania hanya diam, dia juga tidak tahu ingin menjawab seperti apa. Apalagi, dirinya sudah berstatus istri. Andai saja Leonard mau mengerti mungkin Shania bisa lebih yakin dalam memberi jawaban."Terserah kau, Leo," jawab Shania. "Kalau begitu, apa kau mau menganggapku sebagai satu-satunya keluarga yang ada di dunia ini?" ujar Leonard sembari bertanya.Sudut bibir Shania terangkat ke atas, dia lantas memeluk Leonard. Sangat berharap urusannya bersama Steven cepat selesai."Leo, aku harus pergi. Nanti, kita bertemu lagi ya. Kau tetap jaga diri dan selalu berhati-hati," ucap Shania setelah melepaskan pelukkannya."Kau juga, jangan terlalu khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri dan yang harus dikhawatirkan itu kau, jangan mudah termakan jebak

    Last Updated : 2024-02-14
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 11

    "Shania? Bukankah kau ...?" Leonard terlihat kaget."Aku sebenarnya, kebutulan ingin mampir loh," jelas Shania.Leonard mendekati Shania yang mengenakan masker putih dan kaca mata biasa, agar bisa menutupi dirinya. Namun, penampilannya mudah ditebak oleh Leonard."Kita makan siang yuk," ajak Leonard.Shania mengangguk lalu memasuki taksi yang telah menunggu Leonard sedari tadi. Sepanjang perjalanan, Shania terlihat diam."Shania, kita sudah hampir mencapainya," ucap Leonard memecah keheningan di antara mereka."Leo, kalau suatu hari aku jadi jahat. Aku minta padamu teruskan rencana kita," ujar Shania."Jahat? Apa maksud kau?" Leonard bingung.Shania pun mengeluarkan botol kecil dari dalam tas selempangnya, lalu ditunjukkan pada Leonard.Mata Leonard membulat, dia menatap Shania tidak percaya lalu kembali menatap botol kecil itu. Leonard mulai menunjukkan raut wajah khawatir."Paman, berhenti di taman depan," ucap Leonard tiba-tiba.Singkatnya, kini Leonard dan Shania sudah duduk di ba

    Last Updated : 2024-02-14
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 12

    "Kenapa mereka juga berada di sini?" tanya Leonard pada Shania.Shania menoleh sekilas ke arah Stella dan Steven yang berada tidak jauh dari brankar Leonard. Dia pun mengendikkan bahunya."Bagaimana perasaan kau?" tanya Shania kemudian."Baik saja, tetapi suasana hatiku benar-benar buruk," jawab Leonard.Tiba-tiba Stella memberanikan diri mendekati brankar Leonard. Stella juga memasang wajah bersalah dan sangat berharap Leonard bisa memaafkannya."Leo, aku ... kami meminta maaf atas kesalahpahaman selama ini," kata Stella dengan nada rendah.Leonard hanya menoleh sekilas ke arah Stella, lalu di menatap Shania dengan tatapan yang sulit diartikan."Shania, aku ingin beristirahat, bisakah biarkan aku sendiri," pinta Leonard.Shania hanya mengangguk lalu segera keluar dari kamar dan disusuli oleh Steven. Sementara, Stella masih berdiri di tempat, menatap Leonard dengan penuh berharap."Leo," panggil Stella.Leonard mengabaikan Stella, dia menutup matanya lalu menarik selimut menutupi hing

    Last Updated : 2024-02-15
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 13

    Shania menggelengkan kepalanya. Siapa Melinda? Kenapa wanita asing ini bertanya padanya dengan nada sedikit menyindir."Terus kau siapa?" tanya wanita itu lagi."Shania," jawab Shania jujur dan singkat.Wanita tadi memicingkan matanya, dia sepertinya coba mengingat nama Shania jika dia pernah mendengarnya. Akan tetapi, nama itu tidak pernah keluar dari mulut Steven."Kau buat apa di sini?" Wanita itu kembali bertanya."Aku istri pria tadi." Lagi-lagi Shania menjawab dengan jujur.Mata wanita tadi membulat hingga kakinya melangkah mundur karena saking kagetnya. Dia meneguk air liur, kenapa dia baru tahu bahwa Steven mempunyai istri."Err.. maafkan aku karena bersikap sedikit sombong, kenalkan aku Kaila, teman sekaligus sekretaris tuan Steven," ucap wanita tadi yang bernama Kaila.Shania mengerutkan dahinya, dia menatap tangan Kaila yang ingin bersalaman padanya. Kaila saat ini terlihat lebih sopan, ketimbang beberapa menit tadi, walaupun pakaiannya sangat terbuka."Jangan terlalu sopan

    Last Updated : 2024-02-16
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 14

    "Leo, kau di mana?" tanya Shania lewat panggilan telepon."Aku masih di lapangan, ada apa? Kau terdengar cemas?" sahut Leonard dari seberang sana."Aku cuma mengkhawatirkan kau, Leo," jawab Shania jujur.Leonard yang berada di seberang sana tersenyum mendengar ucapan Shania. Andaikan tidak ada batas pemisah antara mereka sudah tentu Shania akan menjadi satu-satunya wanita yang akan mendampingi dirinya."Aku akan pulang besok, kita bisa bertemu lusa," beritahu Leonard."Aku menunggumu! Cepatlah pulang dan senantiasa berhati-hati di mana pun kau berada," pesan Shania.Beberapa menit kemudian, Shania akhirnya bisa tenang walaupun jantungnya masih saja berdebar."Mungkin aku hanya terlalu banyak berpikir. Sudahlah, aku harus tetap positif," ucap Shania sembari mengusap dadanya.Shania pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi. Dia memberesi serpihan kaca, lalu membuangnya ke dalam tong sampah setelah membungkusi kaca tersebut menggunakan kain lusuh miliknya.Singkatnya, malam telah

    Last Updated : 2024-02-16
  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 15

    Steven keluar dari apartemen tanpa memakan sarapan paginya. Raut wajahnya terlihat begitu cemas setelah berbicara bersama Carry lewat panggilan telepon.Huh..Shania hanya bisa menghela napas panjang sambil menatap sarapan sereal buah-buahan yang telah dia siapkan.Sementara, Steven pula telah melajukan mobilnya menuju ke bandara. Dia akan menaiki pesawat secara dadakan demi memastikan ucapan Carry.Sepanjang perjalanan, Steven begitu berharap sebuah keajaiban, karena sudah lebih dari 5 tahun ini dia masih belum bisa melupakan sosok wanita yang sangat dia cintai.***Kembali ke satu jam yang lalu, ketika Steeven menerima pesan dari Carry yang merupakan salah satu temannya. Dalam pesanan yang dikirim oleh Carry, dia mengatakan bahwa telah melihat sosok wanita yang mirip dengan mantan tunangan Steven, Melinda.Carry juga tidak lupa menyertakan dengan foto yang memperlihatkan wajah yang dimaksudkan oleh Carry.Oleh itu, Steven merasa kaget sekaligus bingung, karenna wajah wanita itu sam

    Last Updated : 2024-02-17

Latest chapter

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 52

    "Memangnya aku sakit apa?" tanya Shania setelah meminum obat yang diberikan oleh Mikael. Mikael menatap Shania dengan raut intens. Dia menghela napas panjang. "Kau tidak tahu?" Mikael kembali bertanya. Shania mengerutkan dahinya, sejak kapan dia sakit. Kemarin dan beberapa hari yang lalu, dia masih merasa sehat-sehat saja. "Sudahlah, kau hanya perlu makan dan minum obat secara rutin," imbuh Mikael lagi. Pria itu membantu Shania kembali ke kamar yang sempat dia tempati tadi. Dia terlihat begitu misterius sebenarnya, tetapi perlakuannya terkesan tulus. "Mikael, kenapa tidak kau memberitahuku saja? Aku sakit apa sebenarnya?" tanya Shania yang masih saja penasaran dan merasa sedikit bingung. Mikael diam, dia terus saja mengandeng tangan Shania hingga mereka tiba di dalam kamar. Setelah memastikan Shania bisa duduk dengan tenang. Barulah, Mikael menunjukkan raut wajah tersenyum tipis. "Kamu keguguran dan rahimmu bermasalah," jelas Mikael. "Keguguran?" ulang Shania tampak begitu kag

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 51

    Cristo pulang ke rumah dengan terburu-buru, ketika dia sampai di rumah dia langsung mencari sang istri."Natalia?" Suara Cristo menggema ketika memanggil nama sang istri."Ada apa?" sahut Natalia yang datang dari ruang baca.Cristo menatap Natalia, dia segera mendekati sang istri. Lalu, perlahan menarik tangan sang istri dan membawanya masuk kembali ke ruangan membaca."Ada apa sebenarnya? Kenapa wajahmu terlihat khawatir?" tanya Natalia ketika telah duduk di sofa dalam ruang baca itu.Cristo diam, dia hanya mengeluarkan beberapa dokumen dan kotak kecil. Lalu, diserahkannya pada Natalia."Sayang, aku mempercayaimu untuk menyimpan kedua barang-barang ini. Jangan sampai ada orang merampasnya darimu," ungkap Cristo."Tapi ini apa?" tanya Natalia lagi."Ini adalah dokumen kepemilikan perusahaan dan kotak kecil ini adalah kunci brankas," jelas Cristo.Natalia memasang raut bingung, terus ada apa dengan dokumen dan kunci ini. Kenapa harus diserahkan padanya?"Aku belum mengerti, jika ini pe

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 50

    Gadis ini aneh menurut Mikael, namun sudut bibirnya terangkat. Merasa Shania sedikit menarik, selama ini banyak gadis berusaha mendekatinya dan sanggup melemparkan diri kepadanya.Akan tetapi, berbeda dengan Shania yang menolak dirinya mentah-mentah tanpa ingin berkenalan terlebih dalam."Apa yang aku dapat jika aku bekerjasama dengan kau?" tanya Mikael.Shania tampak berpikir, sebuah ide terlintas dan langsung saja Shania katakan tanpa ada rasa ragu."Hubungan pertemanan, tapi tergantung sih bagaimana sikap kau terhadapku," jelas Jessi.Mikael tersenyum sungging, dia pun mengangguk mengerti. Sebenarnya, bukan berarti bersetuju, tetapi dia ingin melihat sampai mana Shania bisa menolak dirinya."Terus sekarang kau mau ke mana? Mau kabur?" tanya Mikael lagi dengan raut penasaran."Sangat tepat!" jawab Shania penuh bersemangat."Hm, bagaimana kalau kita kabur bersama saja?" Mikael menawarkan untuk melarikan diri bersama Shania.Shania terkejut, dia kembali berpikir. Sungguh, tidak mungki

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 49

    "Shania, bangunlah. Kau harus pergi, dengarkan ibu. Jangan percaya mereka yang berada di sekitarmu kecuali ....""Ibu!" pekik Shania, dia terbangun dengan napas yang memburu. Keringat telah membasahi kulit wajah Shania. Dia belum sadar sepenuhnya, hingga masih terdengar helaan napas yang coba diatur perlahan. Air mata, Shania juga terlihat mengalir tanpa ada isak tangisan."Kau sudah bangun?" Suara seorang pria memberi Shania kesadaran penuh. Shania langsung mengambil posisi duduk, dia mencari asal suara tadi. Sehingga, netra mata Shania menangkap satu sosok yang sedang duduk bersilangkan kaki.Ingatan tentang 6 tahun sebelum sang ayah meninggalkan, kembali berputar pada benak Shania. Wajah yang dia lihat kembali membuka masa lalu yang seharusnya dia lupakan.***"Nia malam ini kita ada tamu, ayah harap kau tidak memasang wajah cemberut," ucap Cristo, sang ayah yang berpesan pada putri semata wayangnya."Kalau begitu, Nia tidak perlu turun dari kamar sekalian saja," jawab Shania."H

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 48

    Shania terkejut ketika pria asing itu menggerakkan tangannya yang memengang pisau. Lengan Steven tergores oleh senjata tajam itu."Stev!" pekik Shania.Steven lantas menendang pria tadi dengan tendangan berputarnya, darahnya terlihat semakin banyak mengalir. Pria asing tadi, sempat tersungkur ke atas jalan raya itu. "Steven! Masuk mobil!" pekik Shania yang telah berada di luar mobil.Steven menoleh, raut wajahnya berubah mendadak, dia tahu pria di hadapannya ini cuma untuk memancing Steven dan Shania keluar. Apalagi, sedari tadi Steven menunggu musuh yang lain keluar, namun hingga saat ini belum ada satu pun yang terlihat dan hanya ada satu pria asing itu saja."Shania, masuk! Ini je--"Dor..dor..Bunyi tembkan membuat Steven berhenti memekik, dua kali tembakan dari arah belakang lalu mengenai Shania, mata Shania terlihat melebar dan akhirnya terjatuh di atas aspal jalan itu."Sha-- Shania!" pekik Steven.Steven coba berlari ke arah Shania yang telah tergeletak di atas jalan di sampi

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 47

    Steven pulang ke rumah utama dengan raut lesu, dia sedikit merasa kesal dengan Bernard dan Gerald yang sedikitpun tidak menaruh curiga pada Carry.Namun, jika dipikirkan, itu juga bukan salah keduanya yang memilih tidak percaya. Hanya saja, Carry yang terlalu licik dalam menutupi sisi jahatnya.Semakin hari, dia semakin yakin ada yang disembunyikan oleh Carry dan Carry juga berkaitan dengan teror beberapa hari yang lalu."Stev," tegur Nikel.Steven menoleh, dia lantas mengukir senyuman tipis untuk diperlihatkan."Kau melamun, apa ada masalah?" tanya Nikel kemudian."Tidak, hanya saja masih terpikir tentang teror hari itu," jawab Steven dengan jujur."Tenang saja, Oma dan paman sudah mengerahkan orang-orang untuk mengawasi sekitar kalian," jelas Nikel sembari menepuk pundak Steven.Steven mengangguk, dia hanya tersenyum tipis. Berharap, suatu saat nanti akan ada hasil dari pencarian mereka. "Oh iya. Malam ini jamuan makan, keluarga besar Smith semuanya akan datang," beritahu Nikel."M

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 46

    "Aku mencari Stella tadi, kebetulan Shania berada di sini jadi, apa salahnya aku bawa dia berbicara," jelas Immanuel sedikit jujur.Shania menatap Steven dengan raut tersenyum dan mengangguk kecil membenarkan ucapan Immanuel. Entah, kenapa Steven selalu saja mencurigai dirinya.Setelah itu, Immanuel pamit dan meninggalkan Shania sedang duduk bersama Steven di ruang tamu itu."Shania, apa tidak ada penjelasan yang jujur dari kau?" tanya Steven tiba-tiba.Ternyata, Steven masih tidak puas mendengar penjelasan Immanuel tadi. Apalagi, Steven merasa Shania semakin hari, semakin jauh darinya.Ada apa dengan Shania sebenarnya?"Steven ...," ucap Shania. "Kau benar-benar menyukaiku?" lanjut Shania lagi.Bukan menjawab pertanyaan, Shania malah bertanya tentang perasaan Steven terhadapnya. Dia tidak mau, Steven semakin larut ke dalam perasaan bertepuk sebelah tangan ini."Kau masih meragukanku, apa dengan menyentuh kau setiap hari itu tidak cukup?" jawab Steven tak kalah serius."Menyentuhku? B

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 45

    Steven menatap Shania dengan tatapan yang sulit diartikan. Hal itu, membuat Shania bingung sendiri, apa yang dipikirkan oleh Steven sebenarnya.Tiba-tiba, terdengar bunyi pintu diketuk. Shania lantas melarikan pandangannya ke arah pintu kamar. Sedangkan, Steven pula hanya menundukkan pandangan, seperti tidak ingin sibuk.Shania berjalan ke arah pintu, untuk melihat siapa di luar sana. Ketika dia membuka pintu, dia mulai mengukirkan senyuman tipis."Stella," ucap Shania lembut."Kak, apa Stella mengganggu?" tanya Stella.Shania menggelengkan kepala dan mengizinkan Stella masuk ke kamar. Stella mengandengan lengan Shania dengan akrab, namun tidak dia bisa hindari memasang raut khawatir."Kak Stev," tegur Stella.Steven menoleh, dia tersenyum tipis namun tidak berbicara apa pun. Hanya saja, raut wajah Steven sedikit terlihat aneh."Kak, apa aku mengganggu waktu kalian?" tanya Stella lagi.Stella, berpikir jika dia datang di waktu yang tidak tepat. Apalagi, wajah Steven sepertinya sedang

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 44

    "Apa yang kau bahas dengan paman?" tanya Steven kepada Shania, setelah mereka telah berada di dalam kamar."Cuma hal biasa," sahut Shania singkat.Shania malas melayani pertanyaan Steven, dia pun segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur."Shania, aku masih mau bicara," protes Steven yang menyusuli Shania hingga ke kamar mandi.Shania menghentikan langkah dan membalikkan tubuh. Dia menatap Steven dengan memicingkan mata."Bicara apa?" tanya Shania sembari menyandarkan punggung pada daun pintu."Kalian cerita tetang apa?" tanya Steven lagi.Steven masih tidak puas dengan jawaban Shania tadi. Dia harus mendengar tahu yang sebenarnya. Apalagi, saingan kecilnya adalah anak sulung sang paman."Kami hanya cerita tentang masalah yang kau hadapi, aku katakan pada paman bahwa aku mengkhawatirkan kau," jelas Shania sedikit berkelit.Steven tidak langsung menjawab, dia malah menatap Shania dengan begitu dalam. Coba mencari gurat kebohongan pada kilatan mata Shania."Huh,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status