Share

Bab 43 Hukuman

Penulis: Kariani Sukadi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-02 18:46:53

Suasana begitu ramai di dalam rumah  bersamsakit.  Ustaz Rahman dan Ustaz Iman terlihat menunggu di ruang ICU. Sementara Nur dan abi juga ikut menemani di sana dengan harap cemas sembari duduk dengan bangku berseberangan. Ustaz Iman duduk bersebelahan dengan Ustaz Rahman. 

"Semoga, Umi bisa diselamatkan, Man," ucap Ustaz Iman. 

"Yah, semoga," Ustaz  Rahman mendesah.

Ustaz Iman mengobrol ringan dengan Ustaz  Rahman dalam hal ringan. Sesekali  Ustaz Rahman  membalas pesan dari watsapp dan menyambung obrolan.

Ketika Ayi datang menjenguk umi ke rumah sakit Ustaz  Rahman menyambutnya dengan tersenyum. Begitu juga dengan Ustaz Iman ia melemparkan senyuman manis. Ayi datang bersama Nara dan juga Faaiz untuk menjenguk umi yang kondisinya ngedrop.

"Mas, bagaimana dengan keadaan, Umi?" tanya Ayi  dengan nafas sedikit ngos-ngosan. 

"Masih ditangani dokter,"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 44 Permohonan

    Waktu bergulir sangat cepat, di luar hari tampak sudah gelap. Ayi melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu, mendesah pelan."Maaf, Mas. Aku harus segera pulang," ucapnya berpamitan pulang.Ustaz Rahman memutar bola jengah. "Tunggu sebentar, Ay. Dokter belum selesai memeriksa kondisi umi."Pintu ruang ICU perlahan terbuka, seorang dokter muda dengan penampilan mirip dokter Zaidul Akbar keluar setelah memeriksa kesehatan Umi Fatimah."Dok!" Ustaz Rahman langsung memasang wajah gusar.Dokter muda tersebut menggeleng pelan. Wajahnya terlihat sendu menatap Ustaz Rahman. Dokter tersebut menangkupkan kedua tangan memasang wajah sedih."Maaf, kami tim d

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 45 Duka

    "Aku turut berduka cita, Abi," ucap Ayi. Abi masih berdiri di samping jasad umi dengan wajah yang sendu. "Iya, Ay," sahut abi lirih. Hampir suaranya nyaris tak terdengar tercekat di tenggorokkan. Akhirnya air mata abi yang sedari terlihat berkaca-kaca menahan tangis luruh juga membasahi pipinya yang terlihat mengkriput. Begitu juga dengan Ustaz Rahman yang terlihat bersedih karena kehilangan ibu tercinta secepat ini. Ustaz Rahman cepat mengusap air mata ketika Ayi memberi semangat agar tabah dalam melalui cobaan ini. "Yang sabar, Mas. Gusti Allah tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 46 Tidak Rela

    Pov FaaizAku sangat marah pada Ustaz Rahman. Seorang ustaz pemuka agama telah mencampakkan istri yang sholeha dan sebaik Ayi. Sekarang aku mengerti kenapa dia selalu berada di pondok pesantren. Rupanya Ayi adalah mantan istri dari lelaki itu.Aku membenci sikapa Ustaz Rahman yang tidak bisa melindungi istrinya sendiri. Tidak mau mempertahankan rumah tangganya, malah memilih wanita lain menjadi istrinya.Siapa yang percaya pada seorang ustaz yang agamais tapi pendusta. Semua kata-katanya bagiku hanyalah sampah.Lagi pula wanita mana yang bisa terima bila suaminya menikahi perempuan lain? Memaafkan perbuatan Ustaz Rahman yang memilih menceraikan Ayi dari pada membelanya mati-matian adalah salah.Namun, belum juga pernikahan kedua Ustaz Rahman berjalan mulus dan mempunyai keturunan dia kembali datang. Ustaz tak tahu diri itu dengan entengnya mengatakan akan kembali menikahi Ayi. Dengan alasan wasiat dar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 47 Kesempatan Kedua

    Suasana pondok pesantren begitu ramai hari ini. Persiapan mengadakan lomba cerdas cermat akan diadakan pada pukul sepuluh pagi. Para orang tua yang mendampingi anak mereka juga telah hadir. Pondok pesantren yang didirikan oleh kyai Sholeh telah terpilih menjadi ajang pelaksanaan lomba para santri. Mereka akan diuji berbagai materi pelajaran. Para santri wajib menjawab pertanyaan dari waktu yang sudah disediakan dan bisa tepat menyelesaikan dalam waktu singkat. Aku sudah mengambil tempat duduk di ruang kelas bersama Faaiz dan juga Nara. Ruang kelas ini cukup luas bisa menampung untuk ratusan para santri. Ustaz Iman terlihat sibuk mempersiapkan berbagai keperluan untuk para lomba santri. "Bunda, Abang Habib mana? Kok, belum kelihatan sih?" Tanya Nara melihat para santri kesana-ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 48 Gosip Di Tengah Kemenangan

    "Habib?"Mataku membulat sempurna mendengar pengumuman nama Habib disebut sebagai pemenang lomba.Buru-buru aku mendampingi Habib untuk menerima piala yang akan diserahkan oleh dewan juri. Suara tepuk tangan terdengar meriah dari para penonton.Habib seorang anak kecil dari keluarga miskin menjadi kebangganku. Habib tempatku bersandar dan harapanku. Dia telah mewujudkan impianku menjadi nyata. Kini ia kembali membuatku bangga dengan menjadi pemenang lomba dalam cerdas cermat dan mendapat hadiah utama beasiswa belajar keluar negeri.Mataku seketika basah berlinang, menangis terharu memperhatikan buah hati. Aku melihat Habib disanjung dan dipuji karena prestasinya. Anak lelakiku yang baru berusia sepuluh tahun tampak tersenyum seming

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 49 Dendam Hati

    "Sarah?" ucap Ustaz Rahman ternganga.Lelaki itu terlihat syok saat melihat kedatangan Sarah. Wanita itu tiba-tiba datang dan muncul di hadapan umum.Wajah wanita berkulit putih tersebut tersenyum miring menatap UstazRahman dan Nur Azizah. Sorotan kamera mengarah pada sosok wanita angkuh yang berdiri dengan tenang menghadap para wartawan."Kenapa, Ustaz Rahman? Terkejut?" Sarah mengulas senyum penuh ejekkan.Sarah berjalan santai mendekati Ustaz Rahman. Bibir merahnya masih menyunggingkan senyum miring."Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ustaz Rahman gusar.Kini wajah keduanya saling berhadapan dengan jarak satu meter.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 50 Kejutan

    Faaiz keluar dari toko emas, usai membeli sebuah cincin batu permata. Lelaki yang berawakkan tinggi putih tersebut tersenyum bahagia saat menatap cincin dengan batu permata hijau mirip zamrud.Ia membeli cincin tersebut sebagai lamaran yang akan diberikan kepada pujaan hatinya. Dengan harapan sang pujaan hati akan menerima cintanya.Di dalam mobil Faaiz masih memperhatikan kotak merah beludru yang berisi batu permata hijau. Rencana untuk melamar sang kekasih hati sudah lama ia persiapkan. Akan tetapi Faiz selalu menundanya karena banyaknya kesibukkan dan konflik yang terjadi. Tiap kali ada kesempatan ia selalu gagal dan gagal."Em ... kali ini rencanaku harus berhasil memberi Ayi kejutan," gumamnya.Seraya menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Hatinya sedang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 51 Menolak Lamaran

    "Faiz?!" seruku lirih.Aku ternganga melihat Faaiz menyodorkan sebuah cincin permata hijau dan seikat bunga mawar."Ayi Fradilla, bersediakah kamu menjadi istriku?" Tanya Faiz dengan nada serius.Wajahnya terlihat berkeringat dingin. Perasaan bercampur aduk.Aku masih tak bergeming menerima cincin yang ia sodorkan. Kupandang wajah Nara yang tersenyum ke arahku. Mama dan papa Faiz juga tersenyum bahagia saat melihat kearahku.Aku takut dan masih trauma untuk menerima orang ketiga. Takut kedua orang tua Faaiz akan menolakku seperti apa yang dilakukan oleh Umi Fatimah ibunya Ustaz Rahman.Mengingat Faiz adalah anak semat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09

Bab terbaru

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 102 Tamat

    Bab 102 TamatMendung bergelayut manja disertai hujan gerimis saat itu. Aku dan rombongan Ustaz Rahman tiba di pelabuhan. Tuan Saga dan anak buahnya memutuskan untuk berpisah. Mereka kembali ke asalnya. Kemudian, kita meminjam telepon seseorang untuk menghubungi pondok pesantren. Agar mereka menjemput di daerah dermaga. Sudah lebih dari satu bulan kami menghilang. Ketika menghubungi pihak pondok, mereka terkejut melihat kami bisa selamat sampai tujuan. Tak lama kemudian, Ustaz Dian dan rombongan Kyai Lukman datang menjemput. Sengaja tidak aku hubungi Habib dan Nara ingin membuat kejutan. Juga Syawal yang mungkin saat menghilang mengkhawatirkan keadaanku."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Ustaz Dian."Ustaz Rahman menyambut sahabatnya dengan penuh suka. Mereka saling berpelukan satu sama lain. Senang rasanya bisa melihat mereka lagi kembali akrab. "Aku tidak percaya kalian bisa kembali dengan selamat sampai di sini," ucap Ustaz Dian."Alhamdulilah. Berkata kemurahan yang di atas ka

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 101 Kembali ke Asal

    Bab 101 Kembali ke AsalAku mundur satu langkah ke belakang. Namun Jirayu masih mendekat hingga nyaris tidak ada jarak di antara kami. Malam ini, adalah malam pengantin kami sudah pasti dia meminta haknya sebagai suami. Dia menatapku dalam diam. Tatapan gelapnya terlihat sangat menakutkan seperti ingin membunuhku. Kemudian, aku menyapanya dengan suara bergetar."Apa yang akan Anda lakukan, Tuan Jirayu?"Saat itu, aku baru menyadari dia sudah membuka baju kebesarannya. Setengah tubuhnya sudah telanjang dan memperlihatkan dadanya yang kekar. "Kau harus mengganti bajumu. Atau kau akan tidur dengan pakain seperti Cleopatra?""Terima kasih atas perhatianmu, Tuan Jirayu. Aku kira Anda tidak perlu begitu."Sambil mengatakan itu, Jirayu memberikan sebuah gaun baju tidur. Bahannya sangat halus seperti kain sutra. Namun tipis dan transparan bisa tembus pandang. Dia tentu sudah mempersiapkan semua ini untuk malam pengantin kami."Ha!" Jirayu tersenyum meremehkan. "Kenapa kau sangat tegang begi

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 100 Pernikahan

    Bab 100 Pernikahan Aku masih melihat tatapan Tuan Jirayu dengan penuh nafsu. Meski dia bukan pria yang berumur tua, namun membuatku merasa jijik. Tuan Jirayu berasal dari negeri Thailand, tetapi dia pemeluk agama islam. Dia membawaku ke negaranya. Berbagai pemandangan telah kulihat selama berada di negeri Gajah Putih. Dia memperlakukanku seperti seorang ratu di sini. Bukan berarti aku suka dengan sikapnya. Tuan Jirayu telah mempunyai istri enam. Dia bermaksud ingin menjadikanku istri yang ke tujuh. Saat itu, pesta iringan pengantin diadakan di aula untuk menyambut pengantin wanita."Ratu Panraya, Anda akan harus memakai mahkota ini untuk acara adat." Pelayan membawakan mahkota emas dan juga gelang berkepala ular. Melihat bentuknya yang unik, aku seperti berada di dalam dunia legenda masa silam. Gelang ular emas itu dari dinasti sebelumnya. Menurut pelayan akan diberikan kepada ratu ketujuh bila raja mereka berhasil menikah untuk yang ketujuh kalinya. Sialnya, aku adalah ratu terak

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 99 Tuan Jirayu

    Bab 99 Tuan JirayuJantungku berdetak dengan kencang. Ketika Tuan Saga membawaku ke sebuah bar. Di sana ada pria Thailand yang wajah mirip dengan artis Prin Supirat. Usianya sekitar empat puluh tahunan. Kulitnya putih, hidungnya juga mancung. Matanya sipit mirip penduduk Korea. "Tuan Jirayu, saya bawakan wanita cantik untuk Anda. Silahkan sepuasnya untuk mengobrol dengannya."Pria bernama Jirayu tersenyum. Dia berbicara dengan Tuan Saga menggunakan bahasa Thailand. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan apa. Namun dari tatapan Jirayu, jelas dia punya niat tidak baik. Tatapan matanya liar penuh dengan nafsu. Dia memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Hei, kau. Tuan Jirayu menyukaimu. Beruntung sekali dirimu malam ini. Layani dia dengan baik. Kau akan menjadi ratu yang dimanjakan.""Tuan Saga, sepertinya kau memilih orang yang salah. Aku tidak sudi melayani pria mesum seperti Tuan Jirayu.""Kau pasti akan menyesal telah menolak tawaran Tuan Jirayu, Nyonya Ayi.""Mengapa

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 98 Bajak Laut

    Bab 97 Bajak LautKapal nelayan yang membawa kita langsung menuju ke tengah laut. Beberapa dari anak buah kapal memperhatikan kami dengan tatapan aneh. Namun Ustaz Rahman segera mencairkan suasana untuk meredakan ketegangan.Angin laut bertiup kencang, ombak setinggi dua meter menghantam kapal yang sedang kami tumpangi. Kapten yang memimpin anak buahnya segera melihat apa yang terjadi. Dari kejauhan, terlihat bendera putih dari negara lain. Di sebelahnya jelas, bendera milik negara Thailand. Sedikit terkejut dengan bendera yang berkibar di tengah lautan. Mengapa ada penyusup dari negara Thailand masuk ke perairan Utara. Aku melihat mereka seperti penyusup. Tapi siapakah yang sudah memberi peluang negara Gajah Putih. "Tuan Sadam, sepertinya itu kapal dari Thailand. Mereka sedang mendekat ke arah kita sekarang," ucap Ustaz Rahman. Mata Tuan Sadam langsung tertuju kepada dua kapal nelayan yang saling berjajar bersebelahan. "Ustaz Rahman, kau benar. Mereka adalah penyusup yang sering m

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 97 Kami Selamat

    Bab 97 Kami SelamatAngin laut melambai mempermainkan hijabku ke sana ke sini. Udara di bibir pantai terasa menusuk tulang. Aku merasakan tubuhku menggigil kedinginan. Bibirku gemetar merasakan sakit yang luar biasa. Mungkin inilah saatnya ajalku tiba. Namun kenapa harus mati di sini? Bagaimana nanti jika jasadku tidak bisa dikuburkan dengan layak. Aku masih berharap akan ada keajaiban yang akan menyelamatkan kami dari pulau kecil ini.Sudah beberapa hari kami bertahan di tempat ini. Namun tidak ada tanda-tanda kapal penyelamat akan datang. Ustaz Rahman sudah baikan dan sembuh dari luka-lukanya karena terhempas kapal. Kini, giliranku yang harus sekarat di tempat ini. Entah untuk berapa lama aku bisa bertahan. "Ayi, bertahanlah. Aku akan berusaha mencari bantuan di sekitar sini," ucap Ustaz Rahman berbisik. Samar aku mendengar suaranya penuh kekhawatiran. Beberapa saat aku terdiam, dan hanya bersandar pada pohon kelapa yang hampir rubuh. Lama menanti, tetapi dia tak kunjung kembali.

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 96 Seandainya

    Bab 96 Seandainya Hujan turun dengan deras di atas permukaan air laut. Prediksi mengatakan hari ini cerah. Namun entah kenapa tiba-tiba air laut menjadi pasang. Ombak bergulung-gulung setinggi empat meter menyapu sampan kecil yang kami tumpangi. Hingga pecah dan menenggelamkan penumpangnya. Kayu untuk mengayuh sampan ini tidak kuasa melawan arus. Meski dua tenaga orang dewasa sudah dikerahkan. Ustaz Rahman dan nelayan akhirnya harus menyerah. Membiarkan sampan terbawa arus dan pecah. Kami semua panik, terutama aku yang baru pertama kali menyeberang di lautan luas. Terbiasa hidup di darat membuatku tidak nyaman dalam situasi ini.Aku ingat Tuhan pada Sang Pencipta. Aku juga ingat pada masa laluku yang suram. Ketika hidupku bersama Anan. Aku berdoa di dalam hati, mudah-mudahan akan dikabulkan hingga doaku bisa menembus langit ketujuh. Sebelum ajal menjemputku, aku ingin melihat anak dan cucu. "Jangan panik, Ay. Aku akan menolongmu." Ustaz Rahman menggapai tanganku. Dia menggenggam y

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 95 Perjalanan

    "Bunda jadi berangkat ke Aceh?""Jadi, Nak. Ini kan kegiatan sekolah untuk study tour. Semua ustaz dan para guru akan menemani santri. Hanya murid kelas sembilan saja yang berangkat. Semuanya berjumlah enam puluh orang." Aku menjawab sambil menyusun pakaian ke tas ransel. Habib hanya terdengar menarik napas panjang ketika dia melihatku. Seolah sedang ada pikiran yang mengganggu jiwanya. "Aku tidak setuju sebenarnya melihat Bunda pergi ke sana." "Loh kenapa? Bunda kan pergi karena tugas. Bukan karena ingin jalan-jalan. Ini adalah kegiatan perpisahan murid-murid kelas sembilan. Tidak tiap bulan kita pergi.""Perasaan Habib kali ini tidak enak, Bun.""Sepertinya kamu harus banyak- banyak istigfar, Nak. Bunda tidak ingin kamu berburuk sangka dengan yang di atas."Habib hanya diam tak ingin melanjutkan debat lagi denganku. Alasan apa pun tidak akan bisa mencegahku untuk berangkat. Bagaimana mungkin aku mengabaikan anak-anak. Mereka sudah menyelesaikan pendidikan tiga tahun di pondok pes

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 94 Malaikat Penolong

    "Astagfirullah!" Aku menjerit ketika sebuah mobil sedan menyerempet dari samping. Motorku langsung jatuh dan menabrak trotoar. Darah segar langsung mengalir dari kaki. Seorang pria dan wanita langsung turun menghampiri. Tapi yang membuatku terkejut adalah perempuan yang ada di sampingnya. Tak lain adalah Nurul. Dia dengan sombongnya melangkah mendekat, dan mencecar dengan kata-kata kasar."Hei kalau jalan pakai mata! Sudah tahu ini tempat umum, masih jalan pakai melamun." Cibirnya dengan nada tinggi."Maaf, ya? Aku sudah jalan di pinggir. Tapi mobil yang kalian kemudikan telah menyalip jalanku.""Tuh kalau orang miskin pasti cari-cari alasan untuk memeras orang kaya.""Ma, sudahlah. Jangan bertengkar di jalan. Ini tempat umum. Malu dilihat orang.""Perempuan miskin seperti dia memang harus diberi pelajaran, Pa. Biar gak kurang ajar minta biaya pengobatan dan biaya kecelakaan.""Aku rasa di sini aku yang jadi korbannya. Tapi kamu bukannya meminta maaf malah mencela.""Ha!" Nurul menc

DMCA.com Protection Status