"Aiden, aku rasa pernikahan kalian lebih baik diadakan tepat sebelum masa kampanyeku dimulai," ujar Tony Burch kepada Aiden dan putrinya."Itu ide yang bagus, Ayah."Elsa sangat senang mendengarnya, dengan begitu dia akan segera memiliki Aiden Bradley sebagai suaminya. Elsa telah lama menantikan hari itu."Buatlah semeriah mungkin, dan kita akan membayar untuk pemberitaan khusus selama beberapa hari, agar pamorku meningkat."Aiden hanya mendengarkan dengan seksama, dan ekspresinya sangat datar dari pembicaraan itu dimulai. Aiden sebenarnya belum ingin terburu-buru menikah, jika bukan karena desakan Adam, Marta, dan juga Betsy. Marta lah yang bersikeras menjodohkannya dengan putri Tony Burch, Elsa.Aiden belum bisa membuka pintu hatinya kepada wanita lain selain Alena. Dia mencintainya meskipun setelah sekian lama kematiannya."Aku sudah membayangkan pernikahan kita Aiden. Pasti akan menjadi yang termeriah di tahun ini," ujar Elsa membayangkan nanti, akan banyak tatapan iri yang akan
"Brian, kamu usil sekali. Lagipula kalau Daniel bisa pacaran sama Bianca, pasti sangat keren. Yang satu dokter ahli kecantikan ternama di Jerman, yang lainnya adalah chef selebriti bintang Michelin.""Huh, Bian tidak suka pada pria seperti itu. Yah, tapi Daniel adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Bagaimana Bian?" tanya Brian padanya."Mama cuma mau Vince kan Ma? Mama enggak perlu pria lain," omel Vince."Hei, Vince. Mamamu perlu pasangan, dan kamu perlu seorang papa yang tampan dan baik," celoteh Mia sambil mencubit pelan pipi Vince."Vince bisa kok jaga Mama, Vince juga tampan. Pokoknya Mama enggak butuh pria lain selain Vince.""Ckckck..Brian, dia narsis sepertimu," ejek Mia.Bian hanya tertawa melihat kelucuan putranya."Aku mau ke toilet sebentar, makanlah lebih dulu tidak perlu menungguku," ujar Bian yang kemudian berlalu menuju toilet restoran itu.* * *"Aku akan pergi ke toilet," ujar Aiden dengan sopan kepada Tony dan Elsa.Aiden melangkah pergi dari ruang makan itu m
'Kenapa dia sangat mirip denganku?' batin Aiden."Siapa namamu?" tanya Aiden."Namaku Vince Hart Paman Tampan, aku harus pergi dulu. Mama pasti sudah lama menungguku. Sampai jumpa!" ujarnya sambil berlalu melambaikan tangan kecilnya.Aiden melambaikan tangannya juga kepada Vince, hatinya merasa hangat melihat tingkah bocah itu.Dia mengambil telepon selulernya, "Paman James, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?""Ada apa Aiden, tidak biasanya? Katakan, aku akan membantumu," ujar James di seberang telepon."Paman, bisakah kamu menyelidiki tentang Bianca Hart dan Vince Hart?""Hart? Apakah mereka ada hubungannya dengan Brian Hart?""Ya, katanya mereka adalah sepupu.""Aku akan mencari tahu untukmu, secepatnya akan aku kabari.""Terima kasih, Paman."Aiden menutup panggilan teleponnya.Setelah berpikir sejenak, Aiden kembali menekan tuts pada layar selulernya."Ya, Bos!""Jefri, pergilah di tengah malam ke Malta, gali kuburan Alena.""Apa, Bos? Apa yang harus kulakukan pada kuburan itu?
Brian tampaknya terlambat untuk mengantisipasi kecurigaan Aiden. Dia langsung menyelidiki hal itu malam itu juga, dan mendapatkan laporan dari Jefri."Bos, makam itu kosong, tidak ada mayat atau apapun disana.""Apa?!" BUKAiden dengan emosi meninju meja kerjanya."ARGH!" Aiden meraung dengan marah, hatinya sekali lagi hancur bertahun-tahun dengan kepalsuan."Brian..Alena..sekali lagi kalian mempermainkan hatiku.""Jadi..mungkinkah Bianca Hart adalah Alena? Dan kemungkinan anak kecil tadi adalah putraku? Kali ini kalau aku menangkap basah kalian, tidak akan aku biarkan!" geram Aiden.Seandainya dulu Alena menyerah dengan baik-baik pada hubungan mereka, mungkin Aiden akan memakluminya. Tapi dia lagi-lagi membuat sandiwara kematian, dan banyak pihak yang membantunya.Selama 4 tahun Aiden mengalami patah hati karena kematian istri dan putranya. Ternyata semua adalah penipuan. Aiden benar-benar merasa dipermainkan.* * *"Mama!"Bianca menyambut putranya yang keluar gerbang sekolah deng
Setelah beberapa hari berlalu, Brian dan Mia mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka. Dante Miller dan Clara juga telah datang ke Jerman."Maaf Ayah, Ibu, kami terlambat menjemput kalian," ujar Mia menghampiri kedua orang tua kandungnya itu seraya memeluknya."Tidak apa, kalian juga sibuk. Kami bisa saja naik taksi, kenapa harus merepotkan kalian," jawab Clara."Kalau mereka tidak bisa menjemput, aku juga bisa menjemput Ibu dan Ayah sendiri," ujar Bianca datang mendekati Dante dan Clara."Bian..sayangku," Clara memeluk Bianca dengan penuh kerinduan."Apa kabarmu Nak?" tanya Dante memegang puncak kepala Bian."Baik, Ayah.""Dimana Vince?" tanya Clara."Vince tadi kelelahan sepulang sekolah, dia tertidur," jawab Bian."Ayo, kita pulang!" ujar Brian sambil mengambil alih membawakan koper kedua calon mertuanya."Bagaimana kalau kita makan siang di restoran milikku?" tanya Brian sambil mengemudi."Hmmm, bagaimana Bianca? Apa kamu tidak merasa canggung bertemu Daniel?" ejek Mia.
Makan siang bersama berjalan dengan sangat menyenangkan. Mereka bercerita dan bernostalgia dengan masa lalu sambil menikmati makanan lezat yang tersaji."Makanan disini sangat enak," puji Clara."Iya Bu, Chef restoran ini bernama Daniel, dia sekarang sedang mengejar Bianca," ledek Mia."Apa..Bianca juga menyukainya?" tanya Clara."Sekarang aku tahu, darimana keusilan Mia itu dia peroleh," ledek Bianca menatap Clara dan Mia."Hahaha," mereka semua tertawa mendengar kata-kata Bianca.Sifat ibu dan anak itu semakin lama memang terlihat semakin mirip. Dan belakangan Bianca juga menyadari, bahwa wajah mereka sebenarnya sangat mirip.Mia melihat jam di pergelangan tangannya, "Ayah, Ibu, maafkan aku. Sepertinya aku harus segera kembali ke rumah sakit. Aku ada pasien yang harus dioperasi satu jam lagi.""Ayo, lagipula kita juga sudah selesai makan siang," ujar Dante setuju.Mereka kemudian beranjak pergi dari ruang VVIP restoran itu. Namun, di dekat pintu keluar sudah ada seorang pria tampan
"Mama, masakan nenek semuanya enak." "Iya dong, nenek memang hebat memasak," puji Dante. "Tante Mia, kenapa tidak jago masak seperti nenek?" gurau Vince. "Ih, kamu anak kecil, bibi cubit nanti pipinya!" ujar Mia gemas. Makan malam hari ini, hiruk pikuk dengan candaan mereka, namun Bianca terjebak dalam pikiran dan lamunannya. Dia sedari tadi lebih banyak diam. Bianca saat ini sedang berdiri termenung di balkon rumah, Brian menghampiri Bianca. "Ada apa? Kamu sepertinya sedang kepikiran sesuatu." Brian memperhatikan Bianca yang sedari tadi tidak fokus dengan obrolan mereka. "Kak, beberapa hari ini Aiden terlihat aneh. Apa mungkin dia mengetahui sesuatu?" "Benarkah? Aneh seperti apa maksudmu?" "Aku curiga kalau dia yang membuat ban mobilku bocor dan kata-katanya juga aneh." Sebenarnya Brian juga merasa kalau Aiden memang bersikap aneh, dia juga tiba-tiba memutuskan pertunangannya dengan Elsa Burch. Tapi dia tidak ingin menambah kekhawatiran Bianca, "Kamu tenanglah, aku akan meny
"Saya menerima Brian Hart sebagai suami saya, bersama dalam suka dan duka selamanya." Mia memasangkan cincin ke jari manis Brian."Saya menerima Mia Miller sebagai istri saya, bersama selamanya dalam suka dan duka." Brian memasangkan cincin ke jari manis Mia."YEYYY!!!" semua tamu yang hadir bersorak atas pengucapan sumpah janji pernikahan Mia dan Brian itu."CIUM, CIUM, CIUM! ARRRGGGHHH!"PLOK PLOK PLOKSemua bertepuk tangan dengan meriah ketika kedua pasangan itu kemudian berciuman."Oke, sekarang saatnya pelemparan bunga tangan dari pengantin wanita!" seru pembawa acara.Sontak para lajang berbaris di bawah panggung untuk menyambut lemparan bunga dari pengantin. Ada kepercayaan bahwa siapa saja lajang yang mampu menangkap karangan bunga pengantin itu, akan segera menikah."Satu_ dua_ ti_GA!" pembawa acara menghitung hingga saat pengantin melemparkan karangan bunga di tangannya."WAAAA!!!"Seorang pria tampan bertubuh tinggi berhasil menangkap karangan bunga itu. Dia kemudian berjal
"Siapkan ruang operasi!" Ujar Alena memerintahkan perawat yang bertugas. Kemudian Alena mengeluarkan jarum perak dari dalam tasnya. Dia menusukkan jarum-jarum itu di beberapa titik di tubuh Aiden. Alena berbisik ke telinga Aiden, "Bertahanlah, Aiden. Kumohon." Tit tit tit tit Pada layar monitor alat pengukur detak jantung, terlihat jantung Aiden kembali bereaksi. "Persiapkan pasien, aku akan mensterilkan diri." Alena bergegas membersihkan dirinya di ruang steril. Sekitar setengah jam kemudian Alena masuk kembali ke ruang operasi. Aiden telah dipersiapkan dan juga telah diberi anestesi. Alena membelah bagian dada Aiden dan membuka tulang bagian dadanya. "Benar dugaanku, tulang rusuknya patah dan mengenai paru-paru dan jantungnya." Gumamnya. Alena menusukkan lagi beberapa jarum akupuntur di beberapa titik yang mengalami pendarahan. Tangannya dengan terampil dan dia segera menemukan bagian-bagian vital Aiden yang terluka. Tiiiiiiittttt "Dokter, pasien kritis." Dokte
"Hari ini, Elsa Burch putri dari Tony Burch, pesaing ketat Eddy Caleman dalam pemilihan calon perdana menteri ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan terhadap dokter Bianca Hart dan putranya. Selain itu juga diadakan penyelidikan atas tuntutan 'penyalahgunaan kekuasaan' yang dilayangkan Bianca Hart terhadap Tony Burch. Jika Tony Burch terbukti bersalah, kemungkinan besar dia akan ditangkap dan masuk ke dalam tahanan menyusul putrinya. Dengan demikian, Eddy Caleman akan melenggang dengan pasti memjadi calon terpilih perdana menteri berikutnya." Berita ini ditayangkan di layar gedung tertinggi di pusat kota. Hampir setiap pejalan kaki yang lewat melihat dan mendengar pemberitaan itu. "Cih, dia layak mendapatkannya. Dia dan putrinya adalah orang yang sangat sombong. Mentang-mentang anggota parlemen, lalu seenaknya saja memaki dan menghina orang lain." "Benar, dia selalu berlagak setiap kali berbelanja di tokoku. Elsa selalu merasa seolah dia adalah orang paling hebat dari orang
Bianca pagi ini tiba di depan kliniknya untuk bekerja seperti biasa, namun sayang sekali pintu kliniknya disegel. "Dokter, Anda akhirnya tiba?" Dona terlihat agak panik."Ada apa ini Dona?" Bianca sedikit bingung melihat kliniknya yang diberi garis polisi."Tony Burch melaporkan kita ke polisi, katanya Anda melakukan malapraktik sehingga Elsa Burch cacat. Anda diduga melakukan metode kecantikan yang tidak seharusnya."Bianca tersenyum sinis di wajahnya, "Benarkah?""Bagaimana ini Dokter?" tanya Dona."Aku akan mengatasinya, kalian bersantailah hari ini. Anggap ini sebagai hari libur. Oke?" Bianca tidak ingin Dona dan stafnya yang lain berdiri dengan sia-sia disini."Baiklah, Dokter."Kemudian para stafnya memilih pergi dan membubarkan diri di sana.Bianca mengambil ponselnya menekan tuts di layarnya.Tidak lama terdengar suara tawa dari seberang telepon, "Hahaha, Ayahku benar. Dia berkata kamu akan segera menghubungi dan memohon. Kenapa? Kamu takut dipenjara dan klinik kecantikan mil
"Dimana Bianca?!" Tony masuk ke dalam klinik kecantikan milik Bianca dengan wajah yang terangkat tinggi, seolah setiap orang harus tunduk dan hormat padanya. "Tuan, Anda tidak boleh masuk ke ruang praktek dokter begitu saja. Dokter Bianca sedang ada pasien!" Dona mencoba menghalangi Tony Burch yang memaksa masuk ke ruang praktek Bianca. Tony Burch merasa kesal karena wanita yang sepertinya adalah asisten pribadi Bianca, terus berusaha menghalanginya. "Minggir kamu!" Dia sudah tidak sabar dan mendorong tubuh Dona hingga terhuyung. Ceklek Sosok Tony Burch yang angkuh terlihat di pintu ruang praktek yang terbuka. Dan dia masuk begitu saja ke dalam ruang praktek Bianca. Bianca saat ini sedang melakukan metode perawatan laser pada pasiennya. Dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Tony Burch yang lancang. "Maafkan aku Dokter, Tuan ini memaksa masuk." Dona merasa tidak enak karena Bianca mengalami gangguan saat bekerja. "Tidak mengapa Dona, tolong arahka
Aiden segera menuju ke titik lokasi tanda SOS yang dikirim oleh Vince melalui jam tangannya. Dia sampai pada sebuah gudang barang yang tidak dipergunakan lagi. Beberapa pria lari terbirit-birit dari dalam gudang, seperti sangat takut akan sesuatu. Aiden menghalangi salah satu dari pria itu. "Mengapa kalian begitu terburu-buru? Ada apa?" "Minggir, jangan halangi jalanku!" pria itu melotot kepada Aiden. "Apa kamu melihat anak ini?" Aiden menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Apa kamu tidak mengerti? MINGGIR!" pria itu berteriak kepada Aiden yang bersikeras menghalangi jalannya. "Baiklah, jika kamu tidak ingin dengan cara yang baik-baik!" Aiden mengekang tangan pria itu dibelakang punggungnya dan mendorong wajahnya ke tembok dalam sekejap. "Aku akan menelepon polisi, dan pasti kamu lah orang yang akan dicurigai pertama kali!" Aiden mengancam. Tentu saja pria itu takut dan gemetar. Jika dilaporkan ke polisi, dia pasti akan ditangkap atas percobaan penculikan seorang
"Halo, putraku yang tampan. Mengapa wajahmu cemberut?" Bianca menjemput putranya di taman kanak-kanak. "Mama, mulai besok aku tidak mau masuk ke sekolah. Kecuali Mama memindahkan aku ke sekolah dasar." "Apa kamu yakin mau lompat kelas Vince?" "Iya Ma. Pleaseeeee!" Bianca membukakan pintu mobil untuk Vince, agar dia masuk ke dalam mobil. "Baiklah, nanti mama urus ya Vince. Sudah, jangan cemberut lagi Sayang. Sekarang kita mau kema_ hmmmfff!" Mulut Bianca tiba-tiba dibekap, sama halnya dengan Vince. Mereka dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil Van oleh tiga orang pria asing. Bianca bersikeras memberontak, namun tangannya dipegang dengan kuat oleh dua orang pria tersebut, dan seorang lagi terlihat memegang Vince. "Siapa yang menyuruh kalian menculik kami?" tanya Bianca. "Nanti kamu akan bertemu dengan Bos kami ketika ajalmu akan menjemput. Tenang saja, kami tidak akan membuat kalian berdua mati penasaran." "Benarkah?" Bak Buk Bak Buk "Hei, ada apa dengan kalian? Men
"Alena, kamu sudah sadar?" Bianca terlihat membuka matanya perlahan sambil menyesuaikan cahaya di dalam ruangan yang semua dekorasinya serba berwarna putih. "Dimana ini?" tanyanya bingung. "Ini di rumah sakit. Kamu tadi jatuh pingsan. Kamu sepertinya terkena flu dan demam tinggi. Sekarang demammu sudah menurun." "Sekarang sudah pukul berapa?" Bianca teringat Vince di rumah. "Sekarang sudah lewat tengah malam." "Apa? Aku harus pulang." Bianca bangun dari ranjang perawatan dan akan menarik jarum infus yang menempel di tangannya. Aiden cukup gesit, dia tepat waktu mencegah tangan Bianca sehingga dia gagal menarik jarum infus itu keluar. "Aiden, aku harus cepat pulang. Kasian Vince sendirian dirumah. Dia pasti khawatir karena aku belum pulang sampai sekarang." "Vince anak yang cerdas. Dia pasti memahami kondisimu. Aku sudah menelepon dan memberitahunya tadi." "Tapi_" "Tenang saja, besok pagi kalau kondisimu sudah membaik sepenuhnya, kamu sudah boleh pulang dan beristirahat di
"Dona, apa masih ada pasien lagi?" tanya Bianca yang saat ini sedang mencuci tangannya setelah melakukan prosedur tarik benang di wajah pasien. "Ada satu pasien lagi, Dok." Jawab asisten Bianca. "Syukurlah, aku mau cepat pulang hari ini." Bianca hari ini sedang merasa tidak enak badan, dia ingin segera pulang. Lagipula, Vince hanya bersama pengasuh di rumah. Dante dan Clara telah kembali ke Amerika. Sedangkan Brian dan Mia masih sibuk berbulan madu. "Apa pasiennya dipersilahkan masuk kemari sekarang, Dok?" tanya Dona. "Ya, persilahkan saja." Bianca tengah mencatat riwayat pemeriksaan pasiennya, dia masih sibuk menunduk ketika pasien sudah duduk di hadapannya. "Halo, ada yang bisa saya_ hmmhh, Aiden." Bianca mengangkat wajahnya untuk melihat pasiennya dan kalimatnya berubah seketika. "Kenapa kamu tidak ramah terhadap pasienmu?" protes Aiden. "Emm, yah. Kamu mau perawatan?" tanya Bianca. Dia mengubah nadanya lebih ramah. "Tidak, aku hanya ingin melihatmu." "Kalau begitu lebih
"Bian, ada apa? Kamu mengenalnya?" bisik Daniel kepada Bianca yang memberikan tatapan kesal kepada pria di sebelahnya."Tidak, aku tidak mengenalnya!" jawab Bianca dengan nada dingin."Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengenali suaminya?" jawab Aiden dengan nada sedikit nyaring, membuat semua mata yang mendengar menatap ke arah Bianca dengan tatapan aneh."Suami? Jika kamu pernah melihatnya di televisi bertunangan dengan seseorang baru-baru ini, mungkinkah dia mengakui istrinya?"Ya, orang-orang kemudian menatap ke arah Aiden. Beberapa orang langsung mengenalinya dan berbisik, "Iya benar, dia bertunangan dengan Elsa Burch beberapa bulan yang lalu, dan baru-baru ini membatalkan pertunangan.""Benar, aku melihat dia di televisi bersama Elsa Burch," terdengar suara bisikkan orang di sekitar mereka."Aku tidak akan melakukannya, jika istriku tidak berpura-pura mati dan mengoperasi wajahnya." Aiden berkata sambil menatap sinis ke arah Bianca.Daniel memegang tangan Bianca, dan berkata