“Dari mana Nona dapat benda norak ini?” ucapnya ketus. “Tentu saja dari Leon! Aku sempat meminta seseorang untuk mengambilnya dari kamar apartemen. Jadi, aku menyimpannya untuk waktu yang tepat!” Kayla menjelaskan dengan sabar. Beruntung dia melakukannya dengan cepat kalau tidak pasti akan repot sekali kalau harus pergi bolak-balik ke apartemen dulu. Nora sempat melongo sesaat karena tak percaya. Keningnya berkerut heran memperhatikan detail pada cincin itu. “Memangnya apa istimewanya cincin ini, Nona?” Kayla menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, Nora. Tapi, Leon meninggalkan ini untukku supaya bisa mencarinya,” jelasnya singkat. Nora memutar bola matanya malas. “Aishhh! Yang benar saja?!” gerutunya kesal. Bagaimana mungkin mencari seseorang dengan cincin? Begitu pikirnya. Kayla cuma senyum-senyum saja melihat ekspresi wanita itu dan yakin sebentar lagi dia akan mengerti. Sekarang mereka juga sudah sampai di hotel yang pernah disebut oleh Leon ketika sedang mengobrol di kamarnya.
Nora terkejut tak percaya melihat pria yang ada di depannya saat ini. Reflek ia langsung memeluknya. “Oh, Gio syukurlah kamu datang!” ucapnya senang. Gio awalnya kaget tapi ikut senang dan membalas memeluk wanita yang memang dirindukannya. Tersadar, Nora pun melepaskan diri dan terlihat canggung. “Eumm, ayo masuk dulu!” Gio pun mengangguk dan mengekori Nora ke dalam kamar. Setengah jam kemudian mereka selesai berkemas dan langsung pergi dari hotel dibawa oleh Gio menuju ke tempat yang lebih aman. Senyuman lebar tak pernah lepas dari wajah Kayla. Satu jam lebih perjalanan akhirnya mobil Gio sampai juga ke atas bukit yang mana ada sebuah villa bercat putih terlihat lumayan besar. Bangunan ini salah satu aset milik Leon. Ada dua orang pria yang menyambut mereka dan membawakan barang bawaan dua wanita itu. Kayla dan Nora mengekori Gio ke mana pun pria itu membawanya. “Ayo, Nona! Tuan Leon ada di kamar atas!” Kayla mengangguk cepat sebagai jawaban. Di lantai atas, salah satu ka
Nora pun berbalik lagi ke arah sofa dan terduduk di sana dengan perasaan kesal. Entah kenapa ia merasa malu kalau harus mengajak Gio bicara duluan, padahal tidak ada yang salah dalam hal itu. Hanya saja gengsinya terlalu tinggi. Lalu kedua matanya tak sengaja menangkap paper bag yang sudah dibawanya jauh dari kota mereka. “Ah, aku lupa kembalikan jaketnya!” desahnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Sebelum itu, sebuah mobil hitam yang mengikuti mobil Gio berhenti di tepi jalan tak jauh dari villa. Pria yang memakai kumis dan jenggot palsu itu memukul kemudi dengan keras. “Sial!” Selesai mengumpat, dia mengirimkan pesan pada seseorang. (Mereka aman dan sudah bertemu dengan pria itu. Aku tidak bisa mendekat sementara ini. Nanti aku beri kabar lagi, Bos.) *** Setelah mereka makan malam bersama, Leon dan Kayla kembali ke atas. Entah kenapa lelaki itu protes saat mendengar Kayla minta kamar terpisah. Dia bilang kali ini mereka akan tidur di atas ranjang yang sama. Bahkan s
Gio semakin membuat Nora kewalahan mengimbangi ciuman darinya. Karena wanita itu belum pernah seintens ini melakukannya apalagi saat sedang sadar begini. Lain hal waktu itu sedang mabuk jadi tidak bisa merasakan nikmatnya bibir pria itu saat mencumbunya. Gerakan mereka mulai tidak terkendali karena tangan Gio menekan tengkuk Nora untuk memperdalam ciuman mereka. Sekarang Nora melepaskan diri lebih dulu untuk mengatur napas karena oksigen terasa habis. Sedangkan pria itu tampak biasa saja. Pandangan Gio mulai menggelap karena menganggap Nora adalah wanita yang juga menginginkannya. “Nona, malam itu saat kamu mabuk. Kamu memintaku untuk jadi pacarmu. Apa itu masih berlaku?” Nora tersenyum miring sambil tangannya membuat gerakan abstrak di dada Gio. “Itu tergantung … seberapa hebat permainanmu!” jawabnya dengan kerlingan nakal. Kedua tangannya langsung mendorong tubuh Gio ke ranjang. Pria itu terduduk dengan menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan tertawa pelan. Gio pun tersenyu
Gio pun membenahi dress Nora kembali seperti semula dan mengancingkan lagi. Pria itu juga membetulkan posisinya dengan mengangkat tubuh wanita itu ke sampingnya.Sementara itu Nora diam saja tanpa protes dengan semua yang pria itu lakukan. Lebih tepatnya bingung dengan perasaannya sendiri.‘Dia benar-benar tidak mau tidur denganku? Manis sekali!’ Batinnya memuji.Nora pun berdehem sebentar. “Wah, aku tidak percaya kamu bisa menahan godaan. Hebat sekali!”Gio pun mengangguk singkat lalu menarik selimut dan memakaikan ke tubuh Nora dan meskipun sedikit ragu ia mengecup keningnya.“Istirahatlah!” ucapnya tersenyum lebar.Gio pun beralih mengambil kemejanya yang tergeletak di lantai dan memakainya lagi.Nora memperhatikan semuanya lalu membuka selimut dan beranjak untuk memeluk tubuh Gio dari belakang. Menyandarkan kepalanya di punggung lebar pria itu.“Terima kasih! Kamu begitu peduli padaku,” ujarnya tulus.Gio memegang tangan Nora dan mengelusnya pelan.“Maaf, aku kelepasan. Tidak muda
Napas Surya terasa tercekat di tenggorokan saat memperhatikan wajah Nora.“Selamat siang, Tuan. Saya Nora, anak dari Damar Salim!” sapa wanita itu lebih dulu dengan berani.Pria paruh baya itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.“Wah, benarkah? Pantas saja wajahmu begitu familiar bagiku, Nak. Kamu cantik dan pasti pintar seperti ayahmu!” akunya jujur.“Tentu saja, Tuan. Saya juga senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan ‘Black Mamba’ yang hebat!” ucap Nora dengan senyuman manis yang misterius.Mendengar itu baik Surya, Leon dan juga Gio sama-sama tersentak. Terutama Leon yang bingung dengan julukan ular yang diucapkan Nora pada papanya.“Black Mamba? Maksudmu itu julukan papaku?” tanya Leon dengan wajah polosnya.Nora mengangguk cepat. “Tentu saja, Tuan Muda!”Kayla memberikan senyuman penuh arti karena Nora begitu berani mengatakannya. Ia pikir wanita itu akan mencak-mencak ketika bertemu Surya, tapi ternyata bisa menekan emosinya dengan baik.Surya pun jadi
Gio berlari dengan cepat sambil bersenandung kecil dan tersenyum manis. Ia langsung menuju ke arah tepi balkon tempat Nora menunggunya.Namun tidak ada siapa-siapa di sana.“Nona?” panggilnya dengan kening yang berkerut heran.Gio celingak-celinguk mencari, tapi tidak ada orang lain di sana. Pria itu mulai panik saat melihat sebelah sepatu wanita yang tergeletak di lantai.“Nora!” teriaknya kencang dengan putus asa.Sementara itu di ruang keluarga, Surya dan asistennya sudah pergi meninggalkan perjamuan. Sekarang Leon dan Kayla sedang mengobrol santai sambil sesekali bercanda dan tertawa lepas. Lelaki itu terus menggodanya meskipun ada banyak anak buah yang sedang berjaga di dekat mereka.“Hentikan, Sayang! Kamu tidak malu dilihat oleh anggotamu?” ucapnya sambil menepuk pelan tangan pria itu yang melingkari perutnya sedang memeluknya erat dari belakang.“Hei! Biarkan saja, Honey. Anggap saja mereka sedang menonton pertunjukan romantis,” jawabnya cuek. Dagunya bersandar di pundak Kayla
Seluruh tubuh Nora meremang mendengar itu. Rupanya mereka semua sudah merencanakan ini dari awal. Seharusnya dia sudah sadar bahwa tidak mungkin orang seperti Surya tiba-tiba saja bersikap baik dan mau menerima Kayla jadi menantunya. Apalagi dengan kedatangannya kemari membuat pria itu semakin tidak senang.Surya pun melepaskan cengkramannya dengan kasar.“Kau tidak berubah, ya? Tetap saja licik dan pengkhianat paling busuk!” ucap Nora lagi dengan tatapan mengejek.Mendengar itu emosi Surya jadi tersulut.“Diam!” teriaknya murka. “Kau akan tahu apa akibat bermain denganku, Nora! Anak Damar sebentar lagi akan tinggal nama. Aku sangat benci dengan ayahmu yang sok pintar itu!” sambungnya lagi.Surya pun langsung memberi kode pada anak buahnya. Dua orang pria maju dan salah satunya langsung melayangkan tamparan keras pada pipinya.Plaakkkk!!!Nora langsung menoleh ke kanan dengan sudut bibirnya berdarah.Ctassss ctassssLalu kedua betisnya dicambuk bergantian membuat rasa pedih dan sakit
Surya pun diam tidak ingin meladeni putranya lagi. Dengan cepat dia berbalik pergi dan masuk kembali ke mobil.“Argghhhh! Sialan!” Leon berteriak lagi untuk melepaskan kekesalannya.Namun papanya tidak dapat mendengar lagi karena mobilnya sudah menjauh.“Ayo kita masuk, Tuan. Kita akan pikirkan jalan keluarnya nanti,” ajak Gio sambil menepuk pundak lelaki itu.Napas Leon masih naik turun lalu mengangguk lemah. Dia pun berjalan gontai mengikuti asistennya itu untuk kembali ke dalam villa. Entah apa yang harus mereka lakukan sekarang?Sementara itu di mobil, Surya sedang menatap keluar melalui jendela kaca. Karena ucapan putranya tadi, pikirannya kembali mengingat masa lalu saat masih begitu muda dan ambisius.Dulu, dia memang tangan kanan Kevin dan salah satu sahabat baiknya selain Damar. Namun karena perbedaan pendapat dan tujuan yang selalu bergejolak di antara mereka akhirnya mengambil keputusan yang membuat kelompok itu terpecah. Leon dan istrinya segera dikirim ke Kota Sahara. Se
Setelah sampai di villa milik Leon. Mereka semua langsung diobati oleh dokter yang dipanggil Gio. Awalnya Kayla menolak dan langsung ke bandara, tapi melihat kondisi Nora itu tidak mungkin.“Tenanglah, tempat ini aman. Mereka semua setia padaku!” jelas Leon saat melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya.“Keluar!”Hanya itu yang terucap di bibir Kayla. Kedua lelaki itu menurut dan pergi dari kamar.Setelah itu Kayla langsung membereskan barang-barang mereka dan memesan tiket pesawat untuk kembali ke Kota Green Leaf. Ia pun terduduk di pinggir ranjang menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis dengan keras.“Nona?”Suara Nora membuat Kayla tersadar dari lamunannya. “Ah, sudah bangun? Apa merasa lebih baik?” tanya Kayla sambil duduk di pinggir ranjang.Nora mengangguk lemah. “Maaf, Nona. Aku gagal melindungimu. Aku…,” lirihnya tak sanggup lagi.“Sudahlah, Nora. Ini di luar kendali kita. Ayo, bersiap! Kita pulang sekarang. Aku sudah memesan tiket.”Nora menghela napas berat. Pas
Gio berbalik dengan perlahan sambil mengangkat kedua tangannya. Ia langsung terkejut melihat pria yang sedang menatapnya dengan tajam dan tersenyum sinis.“Hendra? Apa ini semua ulahmu?!” tanya Gio langsung dengan ketus.“Tidak usah kaku begitu, Gio. Bukankah mereka musuh kita? Jadi, untuk apa kau buru-buru ke sini?”Gio mengeraskan rahangnya menahan semua gejolak emosi yang mulai tersulut.“Kau seharusnya lebih bisa berpikir jernih, Hendra! Tidak semua perintah Tuan harus kau turuti! Wanita itu tidak bersalah!” Benar, pria itu adalah asisten pribadi Surya. Dia sudah menunggu di sana karena tahu kalau Gio pasti akan datang untuk menyelamatkan Nora.Hendra mendengus mendengar itu. “Lalu bagaimana denganmu? Kau juga setia dengan Tuan Muda ‘kan? Begitu juga denganku!” sanggahnya tak mau kalah.Gio mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Berpikir cepat untuk segera lari dari sini lalu menyelamatkan Nora.“Aku tidak ada waktu untuk bertikam lidah denganmu! Jangan halangi aku!” teriaknya
Seluruh tubuh Nora meremang mendengar itu. Rupanya mereka semua sudah merencanakan ini dari awal. Seharusnya dia sudah sadar bahwa tidak mungkin orang seperti Surya tiba-tiba saja bersikap baik dan mau menerima Kayla jadi menantunya. Apalagi dengan kedatangannya kemari membuat pria itu semakin tidak senang.Surya pun melepaskan cengkramannya dengan kasar.“Kau tidak berubah, ya? Tetap saja licik dan pengkhianat paling busuk!” ucap Nora lagi dengan tatapan mengejek.Mendengar itu emosi Surya jadi tersulut.“Diam!” teriaknya murka. “Kau akan tahu apa akibat bermain denganku, Nora! Anak Damar sebentar lagi akan tinggal nama. Aku sangat benci dengan ayahmu yang sok pintar itu!” sambungnya lagi.Surya pun langsung memberi kode pada anak buahnya. Dua orang pria maju dan salah satunya langsung melayangkan tamparan keras pada pipinya.Plaakkkk!!!Nora langsung menoleh ke kanan dengan sudut bibirnya berdarah.Ctassss ctassssLalu kedua betisnya dicambuk bergantian membuat rasa pedih dan sakit
Gio berlari dengan cepat sambil bersenandung kecil dan tersenyum manis. Ia langsung menuju ke arah tepi balkon tempat Nora menunggunya.Namun tidak ada siapa-siapa di sana.“Nona?” panggilnya dengan kening yang berkerut heran.Gio celingak-celinguk mencari, tapi tidak ada orang lain di sana. Pria itu mulai panik saat melihat sebelah sepatu wanita yang tergeletak di lantai.“Nora!” teriaknya kencang dengan putus asa.Sementara itu di ruang keluarga, Surya dan asistennya sudah pergi meninggalkan perjamuan. Sekarang Leon dan Kayla sedang mengobrol santai sambil sesekali bercanda dan tertawa lepas. Lelaki itu terus menggodanya meskipun ada banyak anak buah yang sedang berjaga di dekat mereka.“Hentikan, Sayang! Kamu tidak malu dilihat oleh anggotamu?” ucapnya sambil menepuk pelan tangan pria itu yang melingkari perutnya sedang memeluknya erat dari belakang.“Hei! Biarkan saja, Honey. Anggap saja mereka sedang menonton pertunjukan romantis,” jawabnya cuek. Dagunya bersandar di pundak Kayla
Napas Surya terasa tercekat di tenggorokan saat memperhatikan wajah Nora.“Selamat siang, Tuan. Saya Nora, anak dari Damar Salim!” sapa wanita itu lebih dulu dengan berani.Pria paruh baya itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.“Wah, benarkah? Pantas saja wajahmu begitu familiar bagiku, Nak. Kamu cantik dan pasti pintar seperti ayahmu!” akunya jujur.“Tentu saja, Tuan. Saya juga senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan ‘Black Mamba’ yang hebat!” ucap Nora dengan senyuman manis yang misterius.Mendengar itu baik Surya, Leon dan juga Gio sama-sama tersentak. Terutama Leon yang bingung dengan julukan ular yang diucapkan Nora pada papanya.“Black Mamba? Maksudmu itu julukan papaku?” tanya Leon dengan wajah polosnya.Nora mengangguk cepat. “Tentu saja, Tuan Muda!”Kayla memberikan senyuman penuh arti karena Nora begitu berani mengatakannya. Ia pikir wanita itu akan mencak-mencak ketika bertemu Surya, tapi ternyata bisa menekan emosinya dengan baik.Surya pun jadi
Gio pun membenahi dress Nora kembali seperti semula dan mengancingkan lagi. Pria itu juga membetulkan posisinya dengan mengangkat tubuh wanita itu ke sampingnya.Sementara itu Nora diam saja tanpa protes dengan semua yang pria itu lakukan. Lebih tepatnya bingung dengan perasaannya sendiri.‘Dia benar-benar tidak mau tidur denganku? Manis sekali!’ Batinnya memuji.Nora pun berdehem sebentar. “Wah, aku tidak percaya kamu bisa menahan godaan. Hebat sekali!”Gio pun mengangguk singkat lalu menarik selimut dan memakaikan ke tubuh Nora dan meskipun sedikit ragu ia mengecup keningnya.“Istirahatlah!” ucapnya tersenyum lebar.Gio pun beralih mengambil kemejanya yang tergeletak di lantai dan memakainya lagi.Nora memperhatikan semuanya lalu membuka selimut dan beranjak untuk memeluk tubuh Gio dari belakang. Menyandarkan kepalanya di punggung lebar pria itu.“Terima kasih! Kamu begitu peduli padaku,” ujarnya tulus.Gio memegang tangan Nora dan mengelusnya pelan.“Maaf, aku kelepasan. Tidak muda
Gio semakin membuat Nora kewalahan mengimbangi ciuman darinya. Karena wanita itu belum pernah seintens ini melakukannya apalagi saat sedang sadar begini. Lain hal waktu itu sedang mabuk jadi tidak bisa merasakan nikmatnya bibir pria itu saat mencumbunya. Gerakan mereka mulai tidak terkendali karena tangan Gio menekan tengkuk Nora untuk memperdalam ciuman mereka. Sekarang Nora melepaskan diri lebih dulu untuk mengatur napas karena oksigen terasa habis. Sedangkan pria itu tampak biasa saja. Pandangan Gio mulai menggelap karena menganggap Nora adalah wanita yang juga menginginkannya. “Nona, malam itu saat kamu mabuk. Kamu memintaku untuk jadi pacarmu. Apa itu masih berlaku?” Nora tersenyum miring sambil tangannya membuat gerakan abstrak di dada Gio. “Itu tergantung … seberapa hebat permainanmu!” jawabnya dengan kerlingan nakal. Kedua tangannya langsung mendorong tubuh Gio ke ranjang. Pria itu terduduk dengan menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan tertawa pelan. Gio pun tersenyu
Nora pun berbalik lagi ke arah sofa dan terduduk di sana dengan perasaan kesal. Entah kenapa ia merasa malu kalau harus mengajak Gio bicara duluan, padahal tidak ada yang salah dalam hal itu. Hanya saja gengsinya terlalu tinggi. Lalu kedua matanya tak sengaja menangkap paper bag yang sudah dibawanya jauh dari kota mereka. “Ah, aku lupa kembalikan jaketnya!” desahnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Sebelum itu, sebuah mobil hitam yang mengikuti mobil Gio berhenti di tepi jalan tak jauh dari villa. Pria yang memakai kumis dan jenggot palsu itu memukul kemudi dengan keras. “Sial!” Selesai mengumpat, dia mengirimkan pesan pada seseorang. (Mereka aman dan sudah bertemu dengan pria itu. Aku tidak bisa mendekat sementara ini. Nanti aku beri kabar lagi, Bos.) *** Setelah mereka makan malam bersama, Leon dan Kayla kembali ke atas. Entah kenapa lelaki itu protes saat mendengar Kayla minta kamar terpisah. Dia bilang kali ini mereka akan tidur di atas ranjang yang sama. Bahkan s