Pria itu merasakan tubuh Emily yang halus. Wanita ini memang berbeda, dari awal dia merasakan kulitnya yang mulus dengan jarinya, Noah tak bisa melupakannya. Wanita itu menggeliat saat merasakan sentuhannya. Ini gila, Noah tak pernah merasakan seperti ini terhadap seorang wanita. Tapi makhluk itu kini meringkuk dalam pelukannya dan rasanya sempurna. Noah memang biasa tak berpikir panjang, sepanjang hidupnya hanya bermain- main, namun kini saat merasakan Emily, dia ingin merasakannya saat ini juga. Walau gila, Noah tak segila itu seharusnya. Bagaimana bisa dia menginginkan Emily di tengah taman seperti ini. Namun aroma manis wanita itu benar- benar membuat si tampan Jaggy siap berperang. “Kamu membuatku gila Em,” erang Noah sambil melihat jagoannya di bawah sana. Jaggy sudah menuntut untuk beraksi, padahal mereka berada di tengah taman yang terbuka, di bawah sinar matahari terik. “Eh eh eh, kenapa ya aku buat kamu gila. Aku hanya makan sandwich buatan kamu. Aku ketagihan, sandwich
Noah terus berenang semakin dalam sambil membuka matanya lebar- lebar. Baru kali ini dalam seumur hidupnya, Noah merasa setakut itu. Bukan karena keberadaan Emily di kastilnya adalah tanggung jawabnya, namun, karena dia Emily. “Em … di mana kamu?” tanya Noah dalam hati sambil terus berenang tanpa takut kakinya juga terlilit. Kematian Clara waktu itu membuat danau itu benar- benar terlarang untuk di berenangi. Karena itu juga tanaman di bawah danau itu tak lagi diurus sehingga semakin lebat. Kini mau tak mau pikiran Noah terus tertuju pada tragedi itu. Noah tak akan bisa memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi pada Emily. Noah terus mencari, namun walau dia semakin jauh ke dalam mencari wanita itu, tak ada sekelebat bayangan Emily di dalam air yang gelap itu. “Apalagi dia mabuk,” erang Noah dalam hati sambil naik mencoba mengambil napas. Pria itu mengambil napas lagi untuk kembali masuk ke dalam air, namun sebelum dia sempat masuk ke dalam air ada bayangan putih yang ditangkap sud
Wanita itu duduk dengan senyuman lebar di wajahnya. Bianca adalah wanita yang sangat cantik, tapi kali ini karena suasana hatinya bahagia, wanita itu terlihat berseri-seri. Dia tersenyum saat menerima masakan mama Karen. Karena terlalu lama melukis dan mengajari Bianca, Papa Leon memaksa Mama Karen untuk memasak. Semua itu luar biasa di mata Bianca, kalau seorang yang sekaya Karen bisa melakukan hal remeh seperti memasak. Bianca mengatakan itu hal remeh karena, di rumahnya, Alice tak akan mau menyentuh dapur, tapi ternyata mama mertuanya walau sangan adikuasa tetap saja mau disuruh masak oleh Papa Leon. Ternyata di studio lukis Leon ada dapur kecil yang dilengkapi kulkas dan meja makan untuk empat orang sehingga tiba- tiba saja Leon meminta makan seenaknya pada istrinya. Awalnya Bianca mengira akan muncul beberapa pelayan membawa makanan dari pintu rahasia, karena biasanya memang terjadi seperti itu di kastil Noel, tapi kali ini tak ada pintu rahasia, Mama Karen benar-benar akan m
Ch. 61Begitu sampai rumah, wanita itu seakan lupa kalau kemarin Noel menguncinya di luar. Mereka bergandengan tangan dan Bianca dengan manja bergelayut dan bersandar penuh di pundak suaminya.Wanita itu bahkan bersenandung sambil berjalan di samping Noel. Walau sebenarnya Noel tak menyukai kedekatan seperti ini, tapi karena suasana hati Bianca sedang baik, Noel pun ikut senang. Kabar Emily sakit saja tak diambil pusing oleh Noel, padahal biasanya jika tak ada Emily, Noel seperti kehilangan pegangan. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah sambil tersenyum.Seharusnya setelah mengantarkan Bianca ke kamarnya, Nowela bisa kembali ke ruang perpustakaan yang sudah seperti itu di kamarnya itu. Namun anehnya pria itu bakal ikut bersama Bianca ke ruang baju untuk membersihkan diri lalu mengganti baju tidur. “Aku pasti bau bumbu,” kikik Bianca sambil mulai melucuti pakaiannya tanpa malu.Noel memperhatikan tubuh mulus istrinya sambil menelan ludah. Kali ini tidak hanya hasratnya yang ke mula
Karen menatap suaminya yang masih saja tersenyum memandangi hasil lukisan Bianca tadi. Menurut mata Karen, lukisan itu biasa saja. Dia memang tak mengerti apapun tentang lukisan. Walau dia sudah mempelajari dunia suaminya sejak awal mereka menikah, tapi tetap saja Karen tak mengerti mana lukisan yang bagus, mana yang tidak. Semuanya tampak sama. Seperti hasil lukisan Bianca ini. Menurut Karen, lukisan itu biasa saja. Lukisan jarak dekat sebuah bunga di atas tanah. Warnanya pun biasa kuning. Masih banyak lukisan yang lebih bagus, tapi Leon masih saja termenung memandangi lukisan menantunya itu. “Aku dapat merasakan kesepiannya. Apa Noel jahat padanya?” tanya Leon tiba- tiba. Pria itu masih menatap lukisan, tapi karena hanya ada Karen di situ, jadi wanita itu tahu kalau suaminya berbicara padanya. Karen mendesah dan akhirnya menyerah sok sibuk membereskan segala sesuatu. Suaminya tak peduli dengan deretan piring bersih dan meja makan yang mengkilap. Yang dia pikirkan hanya lukisan Bian
Wanita itu entah mabuk atau bagaimana, tapi lebih berani malam itu. Noel memang mau menarik istrinya agar mendekat padanya, tapi tak menyangka juga kalau Bianca berani naik begitu saja ke atas pangkuannya. Jelas tidak mabuk, mereka tidak minum apa-apa dengan alkohol tadi. Tapi kenapa tiba- tiba wanita itu sudah mulai menggoyangkan pinggulnya. Setiap gesekan yang wanita itu berikan semakin membuat Noel menggila. “Aku suka vanila, wanginya manis dan segar.” ujar wanita itu sambil mengambil air dan menuangnya ke pipi Noeh. rasanya hangat sehangat hati Noel. Wanita itu sungguh cantik menggoda, sempurna duduk di atas pangkuannya. Wanita itu mendesah lalu merebahkan kepalanya di pundak Noel sehingga pria itu tak bisa melakukan apa- apa kecuali mulai mengelus punggung istrinya.“Iya … manis,” gumam Noel sambil berusaha menahan dirinya sendiri, namun dia tau kalau aliran darahnya semakin deras menuju sesuatu di bawah sana. “Apa akan terasa sama Bian ya?” tanyanya sambil berusaha agar ada jar
Sekujur tubuhnya seakan dialiri listrik yang menggelitik, keringat bermunculan. Tubuh Bianca terasa panas, padahal mereka belum mulai apa- apa.Pandangannya yang kabur lama- lama menjadi jelas kembali saat suaminya mengusap rambut Bianca dengan kasar. “Sekarang giliranku,” desahnya dengan suara serak lalu tanpa menunggu segera menyatukan tubuh mereka. Tangan Bianca memegang marmer meja tempat wastafel di sampingnya. Noel dengan senyum tipis di wajahnya mengangkat kaki Bianca dan mulai menyentuhnya lagi. “Uugh,” erang Bianca kaget saat merasakan jemari Noel lagi. Namun kali ini pria itu tiba- tiba menunduk dan mulai merasakan istrinya dengan lidahnya yang liar. Bianca menggeliat geli. Jemarinya masuk ke rambut suaminya, menariknya dengan kencang sambil mendesah parau. “Jangan, jorok di situ!” erang Bianca manja sambil menatap bola mata biru Noel yang menggelap. Walau sudah berulang kali pria itu merasakan dengan lidahnya, tetap saja Bianca merasa malu.“Kamu habis mandi, dan ini wan
Sepanjang menunggu agar wanita itu sadar, Noah merasa seakan dadanya ditimpa dengan batu besar. Rasa ketakutan yang tak pernah dia rasakan kini memenuhi hatinya.Lalu ketika wanita itu terbangun dan menatap pada Noah, itu juga tak dapat Noah mengerti. Kelegaan yang dia rasakan juga membuatnya bingung sendiri. Seumur hidup Noah, dia tak pernah peduli terhadap seseorang, dan kalau diingat-ingat apa yang terjadi, Noah melompat ke dalam danau tanpa berpikir panjang. Begitu menyadari kalau wanita itu terlilit, Noah begitu takut sampai tak lagi memikirkan keselamatan dirinya lagi dan segera terjun begitu saja untuk menyelamatkan Emily. “Apa yang terjadi padaku?” geram pria itu dengan kesal sambil memukul kepalanya sendiri. Kini wanita itu tidur dengan nyamannya di tempat tidur Noah. Tempat di mana tak pernah ada wanita lain pernah menjejakkan kakinya. Begitu wanita itu sadar di tepi danau tadi, Noah juga tanpa berpikir membawanya ke kamarnya. Dengan sengaja pula Noah memanggil dokter da
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d