Wanita paruh baya yang masih cantik itu duduk di kursi favoritnya. Dekat piano sambil menyesap teh dalam cangkirnya. Duduknya tegak bak seperti sedang dilakukan sesi pemotretan untuk majalah. Namun ada sesuatu yang aneh. Wanita itu terlihat bahagia, mungkin karena itu wajah Mama Karen terlihat jauh lebih muda 10 tahun. Dengan resah Bianca mengikuti suaminya. Tangan pria itu menggandengnya, bagaikan dalam mimpi, jika pria itu terus memperlakukannya seperti ini, Bianca tak akan mau bangun lagi dalam mimpinya. “Siang mama,” ucap Noel untuk menandakan kedatangannya. Wanita itu menoleh dan Noel menyadari kenapa wanita itu terlihat begitu bahagia. Ada papanya di sana. “Liat dia, cantik kan?” ujar Karen sambil menyentuh lengan suaminya. Bianca tiba-tiba ditarik oleh Karen agar seorang pria bisa menilainya. Pria itu pernah dia lihat sekilas di upacara pernikahan mereka, pria itu adalah papa mertuanya. Sudah sangat jelas dari mana Noel dan Noah mendapatkan ketampanannya. Walau sudah
“Aku mencintaimu,” ucapan Bian kembali terngiang dalam benak Noel. Apa wanita itu sudah gila? Tak mungkin Bianca mencintai dirinya, bagaimana bisa? Mereka bukannya hanya dua orang asing yang terperangkap dalam pernikahan? Wanita itu duduk diam saat duduk di kursi penumpang sementara papa dan mama Noel duduk di bagian depan. Wajahnya yang cantik tampak memperlihatkan pemandangan jalan dengan tenang, sedangkan perasaan Noel berkecamuk. Mereka tak boleh saling mencintai. Bukannya hal itu terlarang dalam dunia mereka? Bagaimana kalau dalam beberapa tahun ke depan, keluarga mereka tidak lagi saling membutuhkan dan mereka harus berpisah? Cinta itu terlarang di kalangan mereka. Contohnya tentu saja papa mama Noel sendiri. Mama Karen yang sangat memuja suaminya, sedangkan papa Leon yang bahkan tak menyadari kalau dari tadi Karen mengajaknya berbicara. Melihatnya begitu menyedihkan. Karen mengatakan pada Noel dan Bianca kalau papa telah memesan meja di sebuah restoran terkenal, yang bahk
Bianca menatap gugup ke arah suaminya dan ke arah mertua laki -lakinya. Entah apa yang mereka bicarakan tadi saat Bianca ke kamar kecil bersama Karen. Sekarang kedua pria itu memandangnya seakan ada sisa makanan di wajahnya.“Nah … kalau sudah selesai, ayo kita ke studio!” ujar Leon sambil berdiri. Bianca segera ke arah suaminya dengan bingung.Di mobil, Noel tak banyak bicara sehingga Bianca semakin gugup. Ketika mobil masuk ke sebuah mansion putih, Bianca tak bisa menahan perasaannya. Wanita itu tiba-tiba menyentuh tangan Noel sehingga pria itu terkejut. “Kenapa kamu bilang tadi aku pintar membuat mozaik dari telur,” ujar Bianca dengan suara pelan. Awal menoleh ke arahnya dengan kaget. “Oh … bukannya kamu memang bisa buat?” tanya pria itu dengan bingung. Tanpa sadar pria itu menatap tangannya yang disentuh oleh Bianca. Hanya dengan sentuhan yang sesederhana itu, jantungnya segera berdebar dengan kencang. Pertanyaan dari ayahnya tadi tidak bisa Noel jawab, tapi kalau dilihat dari
Noah menatap kedip yang ada di tabletnya. Setiap kedipan lampu di layar itu memperjelas di mana keberadaan kakaknya. Pria tampan itu mendengus melihat lokasi yang sudah dia hapal itu. “Cih, sepertinya ada pertemuan anak dan ayah nih. Sungguh keluarga bahagia,” ujar Noah mencibir dengan penuh kebencian. Pria itu bangun dan menatap wajahnya yang dia benci.Walau sering dipuja akan ketampanannya oleh berbagai wanita yang menemaninya tidur, tapi sejujurnya Noah selalu membenci wajahnya yang sangat mirip dengan pria yang meninggalkannya begitu saja di kastil. Membuangnya, bukan meninggalkanya. Noah diasingkan tumbuh sendirian di kastil yang bagaikan sangkar emas. Semua dapat Noah miliki kecuali keluarga. Dia dididik oleh tutor pribadi dan dibesarkan oleh para pelayan tanpa sedikit pun bisa melihat ayahnya. Pria yang seharusnya menjadi keluarganya. Tidak, Noah sama sekali tak suka melihat wajah papanya terpampang di wajahnya sendiri. Dia tak suka sedikit pun kemiripan mereka. Saat meliha
Jika tadi Emily yang menarik Noah masuk, begitu pintu tertutup Noah segera mendorong tubuh Emily dan menekannya ke salah satu sisi lift. “Selamat pagi cintaku,” ujar pria tampan itu sambil menatap bola mata Emily yang terkejut.“Lepasin nggak!” “Kalau nggak apa?” kekeh Noah dengan geli. Lagi-lagi, mengganggu Emily sungguh menyenangkan. Bahkan, tanpa sadar begitu mengingat Emily, Noah segera menuju kantor kakaknya daripada mengganggu pertemuan keluarga mereka di studio. Emily tak menjawab tapi malah ingin menampar Noa, tapi sayangnya Noah sudah hapal dengan apa yang ada dipikiran wanita garang itu. Satu, dua tangan Emily ditangkapnya sehingga wanita itu tak berdaya. Bahkan, saat Emily mau menendang Noah, pria itu dengan tepat waktu menyingkir dan menekan Emily ke dinding lift. Wanita itu terkesiap saat merasakan sesuatu yang menonjol di bawah sana. Wanita itu juga sangat membenci pikiran kotornya yang segera mengingat kembali malam panas mereka. “Jangan galak- galak sayang, kamu m
Walau menyebalkan, tapi memang Noah seorang Klein. Pria itu sangat tampan dan juga kaya. Saat berada di atas helikopter mewahnya, pria itu dengan santai menawarkan segelas champagne yang segera Emily tolak. Wanita itu tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Pria itu tertawa lalu menenggak segelas penuh champagne lalu mengecap dengan berisik.“Rugi, ini enak sekali, aaah segar,” ujar Noah sambil terkekeh mengejek.Emily mendengus lalu duduk bersandar dan memakai sabuk pengaman lalu melipat kedua tangannya di depan.“Begitu kita sampai nanti, kita akan segera pergi,” ujar wanita itu tak menanggapi apa yang Noah katakan.“Hmm kalau dipikir- pikir, tadi aku belum sarapan, dan sekarang jam makan siang pun sudah mau lewat. Clark, aku mau makan,” ujar Noah sambil menatap ke arah pilot.“Rumah atau … ?” Pria berkacamata hitam menoleh ke arah Noah. Senyuman miring yang muncul di wajah Noah membuat Emily merinding karena tanpa bertanya lebih lanjut, sang pilot sudah tahu Noah mau kemana.“Kita
Pria itu menggandeng Emily dengan lembut lalu segera memberikan semacam tur dari tempat tinggalnya dengan semangat. Pria itu menceritakan tentang apa saja yang terjadi di tiap sudut kastil cantik itu.Awalnya Noah menceritakan semuanya dengan gaya mengejek. Sesungguhnya bagi pria itu, masa kecilnya sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan.Namun seiring dengan melihat antusiasme dari Emily, Noah menjadi sangat semangat untuk menjawab tiap pertanyaan dari wanita itu.“Tangga ini kalau aku nggak salah ingat sudah dari tahun 1800-an,” ujar Noah sambil memamerkan ukiran kayu yang berwarna coklat kehitaman. Pria itu kembali terpesona pada bola mata Emily yang melebar karena melihat keindahan ukiran kayu tangga. Wanita yang pernah dia ajak dulu, tak akan peduli dengan semua keindahan ini. Mereka hanyalah wanita berpikiran dangkal yang tak ada kemampuan memikirkan semua ini. Mereka hanya memikirkan tubuh dan ketampanan Noah dan juga tentunya kekayaan Noah.Mereka semua sangat berbeda dib
Pria itu hanya memotong roti tawar secara diagonal menjadi dua bagian. Tentunya dia melepas jas dan hanya mengenakan kemeja putih dibalik celemeknya. Lengan kemejanya dia gulung sampai siku secara asal. Tapi mengapa itu tampak sangat seksi di mata Emily? Wanita itu terus memperhatikan pria itu bekerja sambil bersiul membuat makan siang mereka. Sambil memberikan lirikan kepada Emily di bawah alisnya yang tebal, Noah tersenyum miring ketika mulai memberikan mayonaise di atas daun lettuce.“Daun ini segar sekali,” ucapnya sambil mencomot sedikit dan memasukkan daun hijau itu ke mulutnya ketika ada yang terjatuh. Perhatian Emily segera tertuju pada bibirnya yang tebal. Hal yang lazim tentunya, untuk mencomot makanan jika terjatuh tapi entah kenapa hal itu begitu sensual buat Emily.“Kamu mau coba?” tanya Noah tiba- tiba sambil menyodorkan daun lettuce itu ke mulut Emily. Otomatis Emily membuka mulutnya dan pria itu menyuapi sambil tersenyum. “Enak kan, seger banget!” Pria itu kembal
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d