Share

34. Kritis

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-04-17 08:17:46

Happy Reading

*****

"Sudah ... sudah. Jangan menangis. Tante nggak mau anak Tante makin sedih kalau melihat kamu seperti ini," ucap Yana.

Perempuan itu kembali mengusap pundak Haidar penuh kasih sayang. Lalu, melirik Aliyah yang berdiri di belakang kursi roda Haidar.

"Apa dia istrimu?" tanya Yana.

"Iya, Tan. Kenalkan, namanya Aliyah. Dia istriku." Haidar menoleh ke belakang dan menatap Aliyah. Tatapannya itu seperti mengisyaratkan supaya sang istri bersalaman dengan Yana.

"Salam kenal, Tan. Saya, Aliyah." Perempuan berjilbab itu menjulurkan tangannya, lalu mencium tangan Yana penuh hormat.

"Bahagia selalu bersama Haidar, ya, Nak. Dia, lelaki yang baik. Sama seperti anak Tante," doa perempuan paruh baya itu pada Aliyah. "Tante, pergi dulu. Kasihan Hazimah menunggu Zafran sendirian di ruangan itu."

Haidar dan Aliyah mengangguk bersamaan. Selepas itu, keduanya kembali berjalan ke ruang perawatan Haidar.

Menjelang tengah malam, mata haidar belum mau terpejam. Pikirannya terus dibayangi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri Warisan Sahabat   35. Ujaran Kebencian

    Happy Reading*****Semua orang yang sedang berada di tempat itu menatap Hazimah. Mereka sama sekali tidak menyangka, seorang perempuan yang pendiam bisa mengatakan kalimat yang sangat menyakitkan.Aliyah sendiri memegang kuat pundak suaminya. Lalu, berbisik, "Sabar, Mas."Sementara Sania, dia cuma bisa melongo tanpa tahu harus bagaimana karena perkataan Hazimah sungguh di luar dugaan."Sabar, Aza," ucap perempuan p[aruh baya yang telah melahirkan Zafran "Semua ini musibah, bukan salah Haidar jika suamimu seperti ini. Kamu lihat, keadaannya juga sama kayak Zafran. Haidar pasti kesakitan, cuma dia berusaha kuat. Perbanyak istigfar." Yana mengusap lembut pucuk kepala Hazimah. Sementara bundanya Haidar masih bertafakur dengan kejadian yang dialami putranya. "Maaf, ya, Mbak. Kami sekeluarga juga nggak nyangka jika ada kejadian yang seperti ini. Polisi kan sedang menyelidiki, jadi semoga masalah ini akan cepat terselesaikan. Siapa yang salah pasti kita akan segera mengetahuinya," ujar Sa

    Last Updated : 2025-04-18
  • Istri Warisan Sahabat   36. Perdebatan

    Happy Reading*****"Al," panggil si kakak ipar yang baru saja datang bersama suaminya. Tadi, Ruby bersama sang suami sempat pamit untuk mencari makanan karena belum mengisi perut sejak siang.Aliyah menoleh. "Kenapa, Kak?" tanyanya saat Haidar dan Sania masih berbincang-bincang dengan Hazimah dan Yana."Ada apa? Kenapa kalian semua ada di depan ruag ICU lagi?" bisik Ruby, takut menganggu ketenangan orang-orang disekitarnya. Bunda serta adiknya sudah diam."Kondisi Mas Zafran kembali kritis," jelas Aliyah."Terus, kenapa Ain dan istrinya Zafran tampak bersitegang?" Rupanya, si sulung sempat mendengar perdebatan antara Haidar dan Hazimah."Aku juga nggak tahu masalahnya apa, Kak. Istrinya Mas Zafran selalu menyalahkan Mas Haidar atas kejadian ini," jelas Aliyah tanpa bermaksud mengungkapkan apa-apa yang telah dia dengar tadi dan juga segala prasangkanya."Kok, bisa sih?" sesal Ruby.Aliyah memilih menggerakkan bahunya ke atas sebagai jawaban. Sungguh, dia kini tengah berperang dengan p

    Last Updated : 2025-04-18
  • Istri Warisan Sahabat   37. Seperti Maling

    Happy Reading*****"Apa begini cara bunda mendidikmu untuk menghormati perempuan?" tanya Sania. Perempuan paruh baya itu memasang wajah marah. "Apa yang dikatakan istrimu itu benar. Kamu butuh waktu untuk istirahat. Jangan lagi menunggu di sana.""Tapi, Bun," protes Haidar."Nggak ada tapi-tapian. Kembali ke ruang rawatmu sekarang juga." "Al, berhenti. Aku mau menemani Zafran," pinta Haidar mengabaikan perkataan bundanya.Aliyah seakan tuli dengan perkataan Haidar dia terus mendorong kursi roda itu hingga memasuki ruangan. Biarlah kali ini dia tidak patuh pada suaminya. Dia, hanya ingin orang yang disayanginya segera kembali sehat."Maaf, Mas. Kali ini, aku nggak bisa menuruti permintaanmu." Aliyah makin keras mendorong kursi roda suaminya supaya cepat sampai di ruang perawatan. "Aliyah," teriak Haidar, "aku mohon.""Nggak usah dengarkan permintaannya, Al. Bunda mendukungmu," kata Sania, "Kamu nggak dengar apa yang dikatakan tante Yana tadi. Dia nggak mau kamu mengorbankan kesehata

    Last Updated : 2025-04-18
  • Istri Warisan Sahabat   38. Harus Bagaimana Lagi?

    Happy Reading*****"Mas, kamu ini kenapa sebenarnya?" tanya Aliyah dengan kening berkerut. Wajahnya makin menunjukkan ras penasaran. Jelas, suaminya sedang menyembunyikan sesuatu. Jika tidak, mana mungkin Haidar akan berkata demikian bahkan wajahnya terlihat jelas, ras bersalah. Haidar menggelengkan kepala. "Al, pokoknya. Kamu enggak boleh berprasangka negatif.""Mas," panggil Aliyah. Dia terpaksa berdiri dan mendekati sang suami. Menyentuh telapak tangan lelaki tersebut. "Al," panggil Haidar dengan suara bergetar. "Nggak usah banyak berpikir. Aku nggak pernah menuduh bahkan berpikir buruk tentang njenengan, Mas. Istirahatlah." Aliyah membenarkan letak selimut sang suami. Menunggu lelaki itu sampai memejamkan mata, barulah kembali ke sofa.Ternyata, Haidar cuma berbohong. Lelaki itu tidak benar-benar memejamkan mata, pikirannya masih terfokus pada Zafran dan kesehatannya.Lewat tengah malam, mata Haidar masih tak mampu terpejam. Bayangan kesakitan sahabatnya terus berkelebat dalam

    Last Updated : 2025-04-19
  • Istri Warisan Sahabat   39. Selamatkan Dia

    Happy Reading*****Walau kecewa dengan sikap Hazimah, tetapi Haidar tetap berusaha mengejar sosok perempuan itu demi mendapatkan kabar tentang Zafran."Ghaza, tunggu," panggil Haidar, "Aku cuma pengen tahu keadaan Zafran, itu saja."Mendengar nama suaminya disebut oleh lelaki yang dibenci, Hazimah menghentikan langkah. "Jangan lakukan ini jika nggak mau orang lain berpikiran negatif. Kita sudah memiliki jalan masing-masing. Nggak usah saling menganggu," peringat perempuan itu ketika Haidar sudah sejajar dengan posisinya saat ini."Baiklah, aku enggak akan mengikuti kamu lagi asal kamu mau menjawab pertanyaan tadi." Haidar memberanikan diri menatap perempuan itu. "Untuk apa aku memberitahukan keadaan suamiku?" kata Hazimah, sengit. "Kamu pasti sangat bahagia ketika melihatku menderita seperti sekarang, kan?""Bukan begitu maksudku?" kata Haidar, tetapi sepertinya tidak didengar oleh Hazimah. Perempuan itu sudah melanjutkan langkahnya menuju musala rumah sakit."Ya Allah, harus bagaim

    Last Updated : 2025-04-19
  • Istri Warisan Sahabat   40. Jaga Azza!

    Happy Reading*****"Kita tunggu keajaiban dari Allah, Pak. Semoga masa kritis beliau segera terlampaui," doa sang dokter setelah kembali memeriksa keadaan Zafran. "Ya Allah." Seketika air mata Haidar keluar sangat deras. Sepanjang hari itu, semua orang menunggu di depan ruang ICU dengan cemas. Mereka berharap, Zafran bisa keluar dari masa kritisnya. Walau tatapan Hazimah tidak begitu menyenangkan, tetapi Haidar tetap bertahan.Para polisi pun ikut menjaga Zafran dan Haidar bahkan mereka meminta keterangan suami Aliyah di rumah sakit.Menjelang sore, para perawat dan dokter keluar dari ruangan tersebut. "Gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Yana. Dialah yang langsung berdiri demi mendapat kepastian kesehatan putranya. "Alhamdulillah. Saat ini, keadaan pasien jauh lebih stabil dari tadi pagi. Semoga, seterusnya begitu. Sekarang, kita tinggal menunggu beliau membuka mata," jelas sang dokter.Semua orang merasa lega, termasuk Aliyah karena dengan keadaan Zafran yang membaik. Maka,

    Last Updated : 2025-04-22
  • Istri Warisan Sahabat   41. Akhir Kehidupan

    Happy Reading*****"Jangan kamu, biar Tante saja," cegah Yana. Perempuan paruh baya itu berbalik."Sebaiknya, Tante tetap di sini menemani Mas Zafran bersama yang lain," sahut Aliyah. Perempuan itu sadar jika kehadirannya di ruangan itu tidak begitu berpengaruh dan dibutuhkan. Jadi, sebaiknya dialah yang memanggil dokter.Ketika Yana dan Aliyah masih berebut untuk memanggil dokter, Hazimah mengeraskan tangisnya. Perempuan itu merasa sangat bersalah. "Bi, nggak usah ngomong macam-macam. Fokus sama kesehatan Abi saja dan calon anak kita," kata Hazimah sambil sesenggukan. Tak ada jawaban dari Zafran, tetapi sorot mata lelaki yang tengah berbaring itu mulai meredup walau bibirnya terangkat sedikit."Bener kata istrimu, Sob. Enggak usah mikir macam-macam. Kamu pasti segera sehat dan kita bisa bersama-sama lagi seperti dulu. Bukankah itu yang kamu inginkan?" sahut Haidar.Hazimah menatap suami Aliyah itu dengan tatapan yang sulit diartikan seolah perempuan itu baru menyadari sesuatu."Tol

    Last Updated : 2025-04-23
  • Istri Warisan Sahabat   42. Suasana Duka

    Happy Reading*****Beberapa menit menunggu dokter dan seluruh tim medis lainnya di luar, salah satu perawat mengabarkan jika Zafran memang sudah berpulang."Kami turut berduka cita atas meninggalnya pasien. Mungkin, kesadaran beliau tadi malam, memang untuk menuntaskan hal yang menyangkut duniany," kata sang perawat."Enggak mungkin," teriak Hazimah histeris.Walau berat dengan kepergian sahabatnya, tetapi Haidar berusaha tegar. Dia selalu melihat sosok Yana dan Hazimah untuk menguatkan haatinya. Dua perempuan itu pasti jauh lebih kehilangan Zafran saat ini. "Al, tolong kabari Bunda mengenai kepergian Zafran," pinta Haidar, "temani Tante Yana dan Gaza. Aku mau mengurus segala administrasi untuk kepulangan jenazahnya." "Hati-hati, Mas." Hanya, kata itu yang keluar dari mulut Aliyah.***Suasana haru di pemakaman menyertai kepergian Zafran. Tempat peristirahatan terakhir lelaki itu telah tertutup sempurna dengan tanah. Di atasnya pusaranya, bertaburan bunga dan juga tetesan air mata

    Last Updated : 2025-04-23

Latest chapter

  • Istri Warisan Sahabat   44. Kenangan Terindah

    Happy Reading*****Sesampainya di rumah, Haidar langsung masuk dan menuju kamar. Menguncinya ruangan tersebut demi meluapkan semua kesedihannya. Lelaki itu seakan lupa jika ada pemilik lain yang menempati ruangan itu juga. "Ya Allah, mengapa ... mengapa? Harus Zafran yang Engkau panggil pulang terlebih dahulu. Apa sebenarnya rencanaMu? Sakit Ya Allah, sakit. Aku enggak bisa melihat semua ini," tangis Haidar pecah. Bukan cuma kematian Zafran yang menyebabkan, tetapi tangisan memilukan yang terlihat di wajah Hazimah. Di saat Haidar tengah menangis di kamar, Aliyah baru saja sampai di depan pintu ruangan tersebut. "Lho, kok dikunci?" gumam Aliyah begitu lirih. Dia sudah akan mengetuk pintu, tetapi urung ketika mendengar suara Haidar samar-samar dari dalam. "Apa aku biarkan Mas Haidar sendirian dulu di kamar, ya."Aliyah berbalik arah, berjalan ke ruang tamu. Dia memilih mengistirahatkan tubuhnya di sofa yang ada di sana. Menjelang magrib, Haidar masih belum membuka pintu, Aliyah mu

  • Istri Warisan Sahabat   43.

    Happy Reading*****Haidar tampak bingung harus menjelaskan bagaimana pada perempuan yang telah dihalalkannya itu. Tidak mungkin, dia mengatakan bahwa hatinya begitu terluka ketika melihat kesedihan Hazimah. Bukankah, perasaan Aliyah dan segala prasangka negatif tentang hubungannya dengan istri mendiang Zafran harus dijaga. Walau bagaimanapun, Aliyah adalah seorang perempuan biasa yang akan sangat terluka jika mengetahui suaminya memikirkan perempuan lain selain istrinya."Le, ada apa?" Sania mengulang pertanyaan sama seperti yang dilempar menantunya pada Haidar."Enggak ada apa-apa, Bun. Apa semuanya sudah selesai?" tanya Haidar."Bunda sama istrimu nggak ngerjain apa-apa, kok. Dari tadi, kami cuma duduk di sini dan sesekali menghibur Hazimah. Ada apa?" ulang Sania menanyakan pertanyaan sebelumnya.Sebelum menjawab, Haidar melirik ke arah Yana yang memejamkan mata di sofa sambil duduk, tak jauh dari tempatnya sekarang. "Kita pulang sekarang, ya, Bun," ucapnya lirih pada Sania."Nggak

  • Istri Warisan Sahabat   42. Suasana Duka

    Happy Reading*****Beberapa menit menunggu dokter dan seluruh tim medis lainnya di luar, salah satu perawat mengabarkan jika Zafran memang sudah berpulang."Kami turut berduka cita atas meninggalnya pasien. Mungkin, kesadaran beliau tadi malam, memang untuk menuntaskan hal yang menyangkut duniany," kata sang perawat."Enggak mungkin," teriak Hazimah histeris.Walau berat dengan kepergian sahabatnya, tetapi Haidar berusaha tegar. Dia selalu melihat sosok Yana dan Hazimah untuk menguatkan haatinya. Dua perempuan itu pasti jauh lebih kehilangan Zafran saat ini. "Al, tolong kabari Bunda mengenai kepergian Zafran," pinta Haidar, "temani Tante Yana dan Gaza. Aku mau mengurus segala administrasi untuk kepulangan jenazahnya." "Hati-hati, Mas." Hanya, kata itu yang keluar dari mulut Aliyah.***Suasana haru di pemakaman menyertai kepergian Zafran. Tempat peristirahatan terakhir lelaki itu telah tertutup sempurna dengan tanah. Di atasnya pusaranya, bertaburan bunga dan juga tetesan air mata

  • Istri Warisan Sahabat   41. Akhir Kehidupan

    Happy Reading*****"Jangan kamu, biar Tante saja," cegah Yana. Perempuan paruh baya itu berbalik."Sebaiknya, Tante tetap di sini menemani Mas Zafran bersama yang lain," sahut Aliyah. Perempuan itu sadar jika kehadirannya di ruangan itu tidak begitu berpengaruh dan dibutuhkan. Jadi, sebaiknya dialah yang memanggil dokter.Ketika Yana dan Aliyah masih berebut untuk memanggil dokter, Hazimah mengeraskan tangisnya. Perempuan itu merasa sangat bersalah. "Bi, nggak usah ngomong macam-macam. Fokus sama kesehatan Abi saja dan calon anak kita," kata Hazimah sambil sesenggukan. Tak ada jawaban dari Zafran, tetapi sorot mata lelaki yang tengah berbaring itu mulai meredup walau bibirnya terangkat sedikit."Bener kata istrimu, Sob. Enggak usah mikir macam-macam. Kamu pasti segera sehat dan kita bisa bersama-sama lagi seperti dulu. Bukankah itu yang kamu inginkan?" sahut Haidar.Hazimah menatap suami Aliyah itu dengan tatapan yang sulit diartikan seolah perempuan itu baru menyadari sesuatu."Tol

  • Istri Warisan Sahabat   40. Jaga Azza!

    Happy Reading*****"Kita tunggu keajaiban dari Allah, Pak. Semoga masa kritis beliau segera terlampaui," doa sang dokter setelah kembali memeriksa keadaan Zafran. "Ya Allah." Seketika air mata Haidar keluar sangat deras. Sepanjang hari itu, semua orang menunggu di depan ruang ICU dengan cemas. Mereka berharap, Zafran bisa keluar dari masa kritisnya. Walau tatapan Hazimah tidak begitu menyenangkan, tetapi Haidar tetap bertahan.Para polisi pun ikut menjaga Zafran dan Haidar bahkan mereka meminta keterangan suami Aliyah di rumah sakit.Menjelang sore, para perawat dan dokter keluar dari ruangan tersebut. "Gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Yana. Dialah yang langsung berdiri demi mendapat kepastian kesehatan putranya. "Alhamdulillah. Saat ini, keadaan pasien jauh lebih stabil dari tadi pagi. Semoga, seterusnya begitu. Sekarang, kita tinggal menunggu beliau membuka mata," jelas sang dokter.Semua orang merasa lega, termasuk Aliyah karena dengan keadaan Zafran yang membaik. Maka,

  • Istri Warisan Sahabat   39. Selamatkan Dia

    Happy Reading*****Walau kecewa dengan sikap Hazimah, tetapi Haidar tetap berusaha mengejar sosok perempuan itu demi mendapatkan kabar tentang Zafran."Ghaza, tunggu," panggil Haidar, "Aku cuma pengen tahu keadaan Zafran, itu saja."Mendengar nama suaminya disebut oleh lelaki yang dibenci, Hazimah menghentikan langkah. "Jangan lakukan ini jika nggak mau orang lain berpikiran negatif. Kita sudah memiliki jalan masing-masing. Nggak usah saling menganggu," peringat perempuan itu ketika Haidar sudah sejajar dengan posisinya saat ini."Baiklah, aku enggak akan mengikuti kamu lagi asal kamu mau menjawab pertanyaan tadi." Haidar memberanikan diri menatap perempuan itu. "Untuk apa aku memberitahukan keadaan suamiku?" kata Hazimah, sengit. "Kamu pasti sangat bahagia ketika melihatku menderita seperti sekarang, kan?""Bukan begitu maksudku?" kata Haidar, tetapi sepertinya tidak didengar oleh Hazimah. Perempuan itu sudah melanjutkan langkahnya menuju musala rumah sakit."Ya Allah, harus bagaim

  • Istri Warisan Sahabat   38. Harus Bagaimana Lagi?

    Happy Reading*****"Mas, kamu ini kenapa sebenarnya?" tanya Aliyah dengan kening berkerut. Wajahnya makin menunjukkan ras penasaran. Jelas, suaminya sedang menyembunyikan sesuatu. Jika tidak, mana mungkin Haidar akan berkata demikian bahkan wajahnya terlihat jelas, ras bersalah. Haidar menggelengkan kepala. "Al, pokoknya. Kamu enggak boleh berprasangka negatif.""Mas," panggil Aliyah. Dia terpaksa berdiri dan mendekati sang suami. Menyentuh telapak tangan lelaki tersebut. "Al," panggil Haidar dengan suara bergetar. "Nggak usah banyak berpikir. Aku nggak pernah menuduh bahkan berpikir buruk tentang njenengan, Mas. Istirahatlah." Aliyah membenarkan letak selimut sang suami. Menunggu lelaki itu sampai memejamkan mata, barulah kembali ke sofa.Ternyata, Haidar cuma berbohong. Lelaki itu tidak benar-benar memejamkan mata, pikirannya masih terfokus pada Zafran dan kesehatannya.Lewat tengah malam, mata Haidar masih tak mampu terpejam. Bayangan kesakitan sahabatnya terus berkelebat dalam

  • Istri Warisan Sahabat   37. Seperti Maling

    Happy Reading*****"Apa begini cara bunda mendidikmu untuk menghormati perempuan?" tanya Sania. Perempuan paruh baya itu memasang wajah marah. "Apa yang dikatakan istrimu itu benar. Kamu butuh waktu untuk istirahat. Jangan lagi menunggu di sana.""Tapi, Bun," protes Haidar."Nggak ada tapi-tapian. Kembali ke ruang rawatmu sekarang juga." "Al, berhenti. Aku mau menemani Zafran," pinta Haidar mengabaikan perkataan bundanya.Aliyah seakan tuli dengan perkataan Haidar dia terus mendorong kursi roda itu hingga memasuki ruangan. Biarlah kali ini dia tidak patuh pada suaminya. Dia, hanya ingin orang yang disayanginya segera kembali sehat."Maaf, Mas. Kali ini, aku nggak bisa menuruti permintaanmu." Aliyah makin keras mendorong kursi roda suaminya supaya cepat sampai di ruang perawatan. "Aliyah," teriak Haidar, "aku mohon.""Nggak usah dengarkan permintaannya, Al. Bunda mendukungmu," kata Sania, "Kamu nggak dengar apa yang dikatakan tante Yana tadi. Dia nggak mau kamu mengorbankan kesehata

  • Istri Warisan Sahabat   36. Perdebatan

    Happy Reading*****"Al," panggil si kakak ipar yang baru saja datang bersama suaminya. Tadi, Ruby bersama sang suami sempat pamit untuk mencari makanan karena belum mengisi perut sejak siang.Aliyah menoleh. "Kenapa, Kak?" tanyanya saat Haidar dan Sania masih berbincang-bincang dengan Hazimah dan Yana."Ada apa? Kenapa kalian semua ada di depan ruag ICU lagi?" bisik Ruby, takut menganggu ketenangan orang-orang disekitarnya. Bunda serta adiknya sudah diam."Kondisi Mas Zafran kembali kritis," jelas Aliyah."Terus, kenapa Ain dan istrinya Zafran tampak bersitegang?" Rupanya, si sulung sempat mendengar perdebatan antara Haidar dan Hazimah."Aku juga nggak tahu masalahnya apa, Kak. Istrinya Mas Zafran selalu menyalahkan Mas Haidar atas kejadian ini," jelas Aliyah tanpa bermaksud mengungkapkan apa-apa yang telah dia dengar tadi dan juga segala prasangkanya."Kok, bisa sih?" sesal Ruby.Aliyah memilih menggerakkan bahunya ke atas sebagai jawaban. Sungguh, dia kini tengah berperang dengan p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status