Mattew memberi banyak kejutan mengagumkan dalam kehidupan Geena, salah satunya adalah bisa merawat Cole dengan baik. Anak itu dengan cepat dekat dengan papanya, membuat Geena harus mengakui jika mereka benar-benar sedarah dengan genetik yang sama pula.Kejutan berikutnya ketika Mattew mengajak Geena ke pantai saat hampir tengah malam. Udara saat itu terasa dingin dengan angin cukup kencang. Tadinya Geena ingin menolak ajakan pria itu, tetapi mengingat bagaimana Mattew sudah menolongnya menjaga Cole dan hal itu tidak mudah, Geena akhirnya setuju untuk pergi.Dengan memakai jaket tebal, dia pergi ke pantai bersama Mattew, bergandengan tangan dengan bertelanjang kaki menikmati lembutnya pasir yang menggelitik telapak kaki.Laut begitu gelap dan tak terlihat rupanya, yang terdengar hanya debur ombak yang memecah di pantai. Beruntung bintang di langit bertaburan sangat banyak dan terlihat begitu indah menemani perjalanan mereka sehingga suasana menjadi romantis.Langkah Geena terhenti keti
Geena menggenggam tangan Mattew ketika mereka tiba di depan kediaman Jackson. Cole berada di dalam gendongan papanya, mengoceh riang seakan tahu jika sebentar lagi dia akan bertemu dengan keluarga besarnya.“Aku pernah berada di posisimu yang terasa berat bertemu dengan keluargaku sendiri. Tenanglah! aku akan selalu bersamamu,” ucap Geena menguatkan Mattew.Pria itu tersenyum lalu mengecup puncak kepala Geena. “Bagaimana jika kita masuk sekarang? mungkin keluargamu sudah menunggu kedatanganmu.”Geena mengangguk lalu membawa Cole dan pria yang dicintainya masuk ke rumah besar yang kadang membuatnya terasa asing. Mereka berjalan ke ruang tengah rumah itu dimana semua orang berkumpul di sana.Dari kejauhan terdengar gelak tawa dari ruangan tersebut. Geena melirik ke arah Mattew yang terlihat tegang dengan rahang yang terus mengeras.“Kita akan segera pulang jika mereka tidak menerimamu disini,” Geena berusaha menenangkan Mattew.“Aku mampu menghadapi mereka, kita akan menyelesaikan acara
Arlo membuang kunci mobil sport mahal dan ponselnya ke dalam kolam ikan yang ada di taman depan rumah yang dia lewati, berjalan kaki menjauh dari kediaman Jackson tanpa keraguan sekaligus tanpa pikir panjang.Sebelum keluar dari gerbang, dia menoleh menatap ke belakang. Tekadnya sudah bulat, dia harus meninggalkan rumah mewah yang memberi kenyamanan selama ini demi mendapatkan kebebasan.Hanya karena dia satu-satunya cucu laki-laki dalam keluarga Jackson, bukan berarti orang tuanya terutama papanya bisa memaksanya menjadi apa yang mereka mau yaitu menjadi penerus keluarga Jackson.Arlo sangat tahu bagaimana papanya bekerja keras untuk menjadi penerus Jackson, bahkan pria itu sampai harus salah paham terhadap grandma-nya dan berselisih selama bertahun-tahun. Namun dirinya bukan Richard Jackson, dia punya kehendak bebas.“Kenapa semua orang di rumah itu tidak pernah belajar dari kesalahan? Apakah mereka lupa dengan penderitaan yang harus Geena dan Britne jalani demi ambisi mereka?” gum
Allie mengira jika pria yang dia tolong akan segera pergi setelah memakan roti dan menghabiskan coklat panas yang diberikan, tetapi ternyata pria itu masih terus duduk hingga tokonya hampir tutup.Sengaja tidak menegur pria itu, Allie menyibukkan diri dengan membersihkan semua peralatan yang digunakan untuk membuat roti, lalu merapikan daftar pembelian serta menginput data penjualan, berharap pria itu akan sadar diri jika ini sudah larut malam dan seharusnya dia pergi dari toko.Helaan nafas kesal lolos dari mulutnya ketika apa yang diharapkan tidak terjadi, pria yang mengaku bernama Arlo itu malah semakin nyaman berada di tokonya, tidak ada tanda-tanda jika pria itu akan meninggalkan tempatnya.Tidak ingin pulang terlalu malam, Allie menghilangkan rasa sungkan yang dirasakan lalu berjalan mendekati pria itu. “Aku sudah mau tutup, apakah kamu bisa pergi sekarang?”“Tutup? Tidakkah ini masih terlalu pagi untuk menutup toko?” kata Arlo.“Tokoku hanya toko yang menjual roti, bukan bar ya
Arlo merasa baru saja tidur tetapi harus kembali terbangun ketika mendengar bunyi berisik di dapur toko. Dirinya yang tidur di ruang istirahat yang letaknya ada di samping dapur merasa terganggu.Dengan kesal dia menutup telinga dengan bantal, berharap bunyi berisik itu akan berkurang agar dia bisa tidur kembali, sayangnya apa yang diharapkan tidak terjadi karena bunyi itu masih saja mengganggu tidurnya.Sambil mengumpat keras, dia terduduk dan membuka mata, baru saja ingin berteriak marah, Arlo tersadar jika dirinya saat ini tidak berada di kamarnya sendiri.Sisa efek minuman beralkohol yang dia minum semalam membuat kepalanya berpikir lebih lambat saat mengingat apa yang terjadi.“Ah ya ... aku bukan seorang Jackson lagi,” gumam Arlo setelah ingat apa yang semalam dia lakukan, entah harus merasa senang atau menyesal karena pergi dari rumah nyamannya, dimana dia biasa bangun siang dan dilayani.Sambil menyeret kakinya malas, Arlo pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang sebenarnya ter
Allie baru saja sampai rumah ketika mamanya masuk ke kamar untuk bicara dengan putrinya. “Bagaimana dengan toko rotimu?” tanya Alfina basa-basi.“Semua baik-baik saja, aku sedang mengembangkan rasa dan jenis baru karena yang terakhir laku keras,” jawab Allie.“Apakah kamu tidak berpikir untuk bekerja di sebuah perusahaan? Daripada bertahan dengan toko roti yang tidak seberapa itu?”“Maksud mama apa?” Allie memastikan arah pertanyaan mamanya.“Jika kamu bekerja di perusahaan, gajimu akan lebih pasti dan lebih besar dari apa yang kamu dapatkan sekarang, relasimu juga akan bertambah banyak dan kamu bisa mendapatkan calon suami dengan keuangan yang baik. Mama bisa bicara dengan Besse agar mencarikanmu tempat di perusahaan dia bekerja,” terang Alfina.“Aku punya impian sendiri dan impianku berbeda dengan impian Besse. Jangan membandingkan aku dengan putri tirimu itu.”“Allie! Jaga perkataanmu! Jangan sampai papamu mendengarnya,” tegur Alfina.“Papa dan Besse seringkali memprovokasi dengan
Allie menutup mata ketika sesuatu yang panas dan lembab bergerak di permukaan bibirnya. Ini adalah pertama kali baginya berciuman dengan seorang pria. Desiran menggetarkan merayap ke dalam hatinya. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Allie membungkam mulutnya canggung.Mengerti akan kecanggungan tersebut, tangan Arlo meraih dagu Allie dan menekannya, membantu untuk membuka mulutnya. Desahan lembut lolos dari mulut Allie ketika Arlo menelusup masuk dan menjelajahinya.Bibir mereka menyatu alami dan bergerak dengan naluri, lembut tanpa menggebu namun mampu membangunkan semua indera.Ciuman tersebut membuat oksigen di paru-paru keduanya menipis, otak pun kekurangan pasokan oksigen hingga membuat kepala Allie yang tadinya sudah berputar, semakin berdenyut.“Arlo, aku ...” perkataan Allie tidak terselesaikan ketika kesadarannya menghilang.Arlo tersenyum menatap Allie yang jatuh di pelukannya. “Sangat manis, kenapa aku tidak menyadarinya saat melihatmu pertama kali?” gumamnya yang kemud
Arlo terjaga di tengah malam ketika mendengar suara aneh di dapur toko. Curiga ada pencuri yang masuk, dia mengambil pemukul bisbol yang tersandar di ujung kamar dan bergerak tanpa suara menuju dapur.Sesampainya di sana, terlihat seseorang sedang berjongkok mencari sesuatu. Arlo mengangkat pemukul bisbolnya hendak memukul orang tersebut, sedetik sebelum mengayunkannya, orang tersebut berbalik dan mengangkat mukanya, membuat Arlo mengumpat keras.“Apa yang kamu lakukan disini?” tegur Arlo dengan jantung hampir copot karena hampir saja dia memukul Allie dengan pemukul bisbol yang dia pegang.Tak langsung menjawab, Allie melirik ke benda tang Arlo pegang lalu mengambil loyang yang dia cari dan menaruhnya di meja. “Ini tokoku, aku tidak punya kewajiban memberitahumu untuk apa yang akan aku lakukan disini,” jawab Allie dingin.“Paling tidak kabari aku sebelumnya jika kamu ingin kesini tengah malam seperti ini. Aku hampir saja memukulmu dengan benda ini,” geram Arlo sambil memperlihatkan p
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak