Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, Elios baru saja selesai mandi. dia menuju lemari pakaian lalu mengambil baju dan celana tidurnya.Setelah selesai mengenakan pakaiannya, dia keluar dari kamar tanpa menyisir dulu rambutnya yang masih basah. Langkah kakinya membawa dia ke depan pintu kamar Lavender, dia mulai mengetuk pintu itu secara beraturan.Tok. Tok. Tok.Tiga kali Elios mengetuk pintu, namun belum juga ada jawaban dari Lavender."Apa dia masih tidur?" gumam Elios.Perlahan dia membuka pintu kamar istrinya, saat pintu terbuka dia melihat Lavender masih tidur dan memeluk Ezra yang juga ikut tertidur.Elios mendekati mereka berdua, senyum hangat muncul di wajah Elios. "Kamu pasti sangat lelah hari ini, Lav." monolog Elios.Tangannya terangkat membelai rambut Lavender yang tergerai, rambut Lavender terasa sangat halus dan lembut. seolah membius Elios agar menyentuhnya lebih lama.Dalam diam, dia menikmati momen yang sangat jarang terjadi di antara mereka berdua. gejolak rasa se
Malam semakin larut, suasana mansion Greyson pun sudah sepi. para pelayan sudah beristirahat di kamar masing-masing.Berbeda dengan semua orang yang sudah kembali istirahat, Lavender sang nyonya rumah justru sedang melamun di balkon kamarnya. tadi setelah acara makan malam, Ezra bermain sebentar dengannya lalu kembali tidur.Hembusan angin menerpa wajah polos Lavender, dia mengenakan piyama bergambar beruang berwarna biru. suasana hening yang ada di sekitarnya membawa Lavender larut pada kenangan masa lalu."Perjanjian yang kita buat, apa kamu ingin kembali melanggarnya, El?" gumam Lavender.Dia menatap lurus ke arah jalan raya di depan rumahnya, tujuh tahun sudah berlalu sejak dia menikah dengan Elios secara paksa."Apa pantas aku mendapatkan kasih sayang dari kamu?" monolog Lavender.Dia teringat kenangan di masa lalu, luka dari orang tuanya berhasil membuat dia tidak mempercayai cinta, baginya cinta hanya berlangsung sesaat dan bisa di campakan kapan saja kalau mereka sudah bosan.
Markas utama The Untouchable, terlihat beberapa anggotanya sedang santai. selama beberapa hari ini belum ada tawaran yang ingin menyewa jasa mereka.Namun berbeda dengan rekan-rekannya, Luca kini sedang sibuk memilah beberapa file yang akan dia kirim kepada Lavender.Empat tahun dia menjadi bawahan Lavender, tapi baru kali ini dia merasakan leadernya sangat dingin bak es yang membeku.Awal-awal saat Lavender menikah, Luca masih bisa memaklumi sikap Lavender yang berubah. tapi sekarang dia sulit memahami leadernya sendiri. Luca paham dengan luka yang Lavender rasakan, dia sendiri tidak bisa membayangkan berada di posisi Lavender."Hufz, kepalaku seperti mau pecah." gumam Luca sembari memijit dahinya.Tugas dari Lavender selalu membuatnya lelah hati dan pikiran, tapi di satu sisi dia merasa bangga karena menjadi orang kepercayaan Lavender.Beberapa saat kemudian Luca selesai mengirim file itu, dia merapikan laptopnya dan meja yang berserakan berkas-berkas yang tadi dia urus."Akhirnya b
Tubuh Luca terhuyung ke belakang, dia menunduk melihat satu tembakan yang mengenai pergelangan tangannya."Aish, tanganku sudah tak mulus lagi." sesalnya menatap nanar tangannya yang bercucuran darah."Itulah akibatnya kalau kamu berani menolak tawaranku, Luca." ujar pria itu yang tak lain ialah Baskara.Luca kembali menatap Baskara, dia berdecih sinis. "Nyenyenye, ngomong doang gede kalo nggak ada bodyguard anda juga udah koit kali."Baskara menggeram marah, dia mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih."Kamu benar-benar keras kepala, Luca! kamu nggak takut mati hah?" sentak Baskara.Luca mengangkat jari tengahnya dan mengarahkan ke arah Baskara, dia tertawa sinis ke arah Baskara."Nggak, karena mati dan hidup itu di tangan tuhan bukan di tangan anda brengsek." sahut Luca enteng."Benar, sayangnya saya yang akan menjadi perantara untuk mencabut nyawamu." tegas Baskara seraya menampilkan smirk andalannya."Coba aja kalo bisa." sahut Luca sembari menatap remeh ke arah Ba
Apartemen milik Owen terlihat dua pemuda sedang duduk menikmati minuman bersoda dari kulkas, mereka Owen dan juga Levi yang sedang menunggu kedatangan Maya selama dua jam."Ck tuh anak kemana sih? masa dandan sampai dua jam gini." cetus Owen jengkel."Dia pakai dempul seribu lapis kali." sahut Levi acuh."Mungkin, biar nggak kasat mata." imbuh Owen.Mendengar celotehan absurd dari Owen, tawa Levi pecah. mereka berdua mendadak main tebak-tebakan seraya menunggu kedatangan Maya. "Lev, tebak nih kayu... kayu apa yang renyah?" Owen memberi tebakan pertama pada Levi.Levi menaruh telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir keras."A-ha Kayupuk, bener kan?" sahut Levi bangga."Yah, kok bener sih." sesal Owen tak terima.Levi terkekeh. "Jelas lah, Levi gitu loh.""Idih narsis amat jadi orang, Lev." Sinis Owen."Iri? bilang babi." ejek Levi.BUK.Seketika bantal sofa mendarat di kepala Levi, dia menoleh dan melihat Owen sedang tertawa ngakak di depannya."Haha mampus." Owen tertawa puas melih
Elios, Levi, serta Owen berjalan sedikit menjauh dari mobil Elios. rasa canggung menyelimuti perasaan masing-masing."Apa yang ingin kalian bicarakan denganku?" tanya Elios setelah menunggu beberapa menit tanpa ada yang bicara.Helaan nafas berat terdengar dari Owen dan juga Levi, mereka berdua menatap Elios rumit."Bagaimana kabarmu selama ini, El?" cetus Owen."Baik, tentunya lebih baik dari yang kalian pikirkan." sahut Elios datar."Kamu..." Owen ragu-ragu saat ingin bertanya. "Masih marah sama kita, El?"Elios enggan menjawab, dia memilih mengalihkan pandangannya dari kedua orang di samping dirinya."El, sampai kapan kita terus bermusuhan seperti ini? kejadian itu sudah lama berlalu. apa kamu nggak cape memendam semua seperti ini?" ujar Levi panjang lebar.Elios terkekeh. "Kalian yang memulai semuanya, Lev." dia menoleh ke arah Levi. "Jangankan cape, aku bahkan sudah muak melihat wajah kalian berdua."Degh. Levi terkejut, begitu juga dengan Owen. mereka tidak pernah menyangka Eli
Lavender sedang sibuk memilah satu persatu berkas yang ada di hadapannya, dia berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaan itu agar bisa pulang ke rumah lebih awal.Baru beberapa jam saja dia pergi, dia sudah merindukan putra tunggalnya."Ezra, sedang apa yah sekarang?" gumam Lavender.Tangannya masih sibuk di atas kertas, namun pikirannya sudah berada di rumah. hingga di tengah kesibukannya muncul Thomas serta Hanna di depan pintu yang terbuka secara kasar."LAVENDER." teriak Thomas melengking, membuat telinga Lavender berdengung.Dia mendongak menatap malas Thomas dan juga Hanna, merek berjalan mendekati meja kerja Lavender.BRAAAK.Thomas menggebrak meja itu hingga membuat pulpen yang Lavender pegang jatuh lalu menggelinding di atas meja."Tindakan tidak sopan macam apa ini?" ujar Lavender datar."Tidak tau diri! apa seperti ini kamu membalas kebaikan kami, Lavender." sentak Hanna.Mendengar hal tersebut, kedua alis Lavender terangkat. dia merasa lucu setiap kali mendengar Thom
Suasana mansion Greyson terlihat hangat, lontaran percakapan antara Lavender dan juga Ezra terlihat sangat akrab. beberapa kali Lavender tertawa saat putra semata wayangnya bercerita dengan antusias semua aktifitasnya tadi siang."Mah, tadi siang ada olang tua kesini. telus ngasih aku ini katanya buat, Mamah." Ujar Ezra menyodorkan amplop berwarna putih."Wah, kira-kira orangnya sudah pernah kesini belum?" tanya Lavender seraya mengambil amplop itu.Ezra menggeleng. "Belum, Mah. aku balu sekali ketemu sama olang itu."Kedua alis Lavender menukik tajam, dia penasaran siapa orang yang datang menemui putranya. Tak berbeda jauh dengan istrinya, Elios juga penasaran siapa sosok itu? terlebih dia datang di saat mereka berdua tidak ada di rumah."Coba buka, Lav. aku penasaran apa isinya." perintah Elios.Lavender mengangguk, dia membuka amplop itu saat dia mengeluarkan isi amplop itu seketika kedua bola matanya melebar.Tangannya bergetar, dia shock melihat foto yang ada di tangannya. meliha
Dua hari kemudian, Lavender dan juga Ezra serta Jasmine sudah kembali ke mansion Greyson. di sana juga sudah ada sang kakek yang sedang duduk di sofa. mereka semua menunggu pertanyaan yang akan di berikan tetua keluarga Greyson tersebut. "Jelaskan maksud dari berkas yang Kakek terima, El!" pinta Kakek Elios. Elios menghela nafas berat, dia sudah membaca isi map itu tempo hari. begitu juga dengan Lavender, mereka berdua juga sudah berdiskusi mengenai hal yang akan mereka lakukan setelah mendapat pertanyaan itu. "Maaf, kami sudah membohongi kalian semua." ujar Elios membuka pembicaraan. Kening Jasmine mengkerut, dia tidak memahami maksud ucapan putranya. "Ada apa, Nak? kenapa kamu meminta maaf?" "Kami.... sudah melakukan pernikahan kontrak, Bu." sahut Lavender. Sontak kedua pupil Jasmine membulat sempurna, dia tak menyangka putra dan juga menantunya akan melakukan hal itu. "Kalian bohong, kan? nggak mungkin kalian cuma nikah kontrak?" ujar Jasmine masih menolak fakta itu.
Lavender mengendap-endap menghampiri para pria tersebut, dia mengambil balok kayu yang tergeletak di sisi salah satu pria tersebut. untungnya mereka semua tengah mabuk berat, hal itu membantu Lavender untuk menyelematkan Ezra dan juga Jasmin. Lavender mengambil ancang-ancang, dia mengangkat balok tersebut dan mengarahkan pada leher salah satu pria di sana. Buugh. Sontak rekan-rekan pria itu menoleh begitu melihat teman mereka tersungkur di lantai. mereka mengernyit heran saat melihat wanita berpakaian seksi berada di depan mereka. "Wah, sepertinya si bos mengirimkan wanita pada kita haha." ujar salah orang tersebut. "Bos memang yang terbaik." sahut rekan pria itu. Tak ingin membuang waktu lebih lama, Lavender kembali melayangkan pukulan pada pria-pria itu. selang beberapa saat Lavender telah berhasil membuat mereka semua pingsan, dia menghela nafas kasar. Lavender turun memasuki area dalam kapal tersebut, dia bisa melihat Jasmine sedang duduk di lantai sambil memeluk Ezra.
Di sisi lain, Elios baru saja selesai mendapat pengobatan. dia keluar dari ruang rawat, begitu dia sampai di depan pintu dia melihat Luca sedang duduk di bangku sembari menundukkan kepalanya. Elios menepuk pelan pundak pemuda tersebut, Luca mendongak dia segera berdiri dan menanyakan kondisi Elios."Bagaimana kondisi anda, Tuan?" ujar Luca."Saya baik-baik saja, kemana istri dan anakku? apa mereka sudah pulang duluan?" Luca meneguk ludahnya kasar, dia bingung apa yang harus dia katakan saat ini. terlebih posisi Lavender dalam bahaya, Luca takut kalo Elios panik. Elios memperhatikan gelagat Luca yang aneh, dia merasakan firasat buruk sedang menimpa istri dan anaknya."Dimana Lavender? jawab, Luc, jangan membuatku bertanya dua kali." Tegas Elios, sorot matanya sangat tajam, seperti belati yang siap menancap di tubuh Luca jika dia berbohong. "Nona Lavender sedang mencari Tuan muda Ezra, Tuan." jawab Luca setengah bimbang.Sontak Elios langsung melotot, dia mencengkeram kedua pundak Luc
Di sisi lain, lebih tepatnya di sebuah dermaga. terlihat seorang pria sedang berdiskusi dengan beberapa orang. Namun di tengah percakapan mereka, salah satu bodyguard yang berjaga datang dengan tergopoh-gopoh, keringat nampak jelas di kening bodyguard tersebut."Hosh... hosh... T-Tuan gawat." ujar bodyguard itu terengah-engah."Ada apa?" sahut pria tersebut."Di depan, a-ada seorang wanita! dia mencari anda."Kening pria itu berkerut, dia tidak merasa memiliki janji dengan siapa pun di jam selarut ini. terlebih tidak ada yang tau bahwa dia berada di sana.Merasa ada yang tak beres, pria itu bergegas menuju tempat yang di sebut oleh bodyguardnya.Tap.Tap.Tap.Dari kejauhan, pria itu melihat siluet yang tak asing meski orng tersebut sedang memunggunginya. semakin dia mendekat tiba-tiba perempuan itu berbalik menatap ke arahnya, begitu wajah perempuan itu terlihat jelas pria tersebut langsung membeku di tempat."Bagaimana kabarmu..... Bara?" sapa Lavender seraya tersenyum smirk."L-Lav
Ucapan Lavender bukan sekedar gertakan, karena tak berselang lama muncul para polisi dari pintu depan. Mereka mulai mengepung ballroom itu sambil menodongkan senjata ke arah para bawahan Reynold.Lavender menarik sudut bibirnya ke atas, sebuah seringai muncul di wajah perempuan itu. Dia sudah bertekad untuk menghancurkan Reynold dan juga seluruh orang yang terlibat menyakiti dirinya."Tangkap pemuda itu! bawa juga pria bernama Baskaran dan istri keduanya. Semua berkas bukti kejahatan mereka sudah saya berikan ada asisten saya, dia akan menyusul ke kantor polisi nanti." Ucap Lavender memberi perintah.Para polisi mengangguk patuh, mereka menangkap Reynold, Baskara dan juga istrinya. lalu mereka di bawa keluar dari ballroom menuju kantor polisi untuk di mintai keterangan.Saat semua orang sudah pergi, Lavender pun berniat menyusul Elios menuju rumah sakit. namun baru saja dia keluar dari pintu, ponselnya tiba-tiba berdering menandakan adanya panggilan masuk.Lavender mengeluarkan ponsel
Lavender tak percaya dengan tindakan suaminya barusan, dia rela menjadi tameng menggantikan dirinya terkena tusukan belati."ELIOS." Teriak Lavender panik.Dia menghampiri suaminya, dia menunduk melihat darah yang keluar dari balik baju Elios."El, kita kerumah sakit sekarang." ujar Lavender.Elios mengangguk, bibirnya mulai terlihat pucat dan itu membuat Lavender semakin panik.Namun baru saja Lavender ingin memapah Elios dan membawanya keluar, tangan Reynold langsung menarik pergelangan tangan Lavender hingga membuat tubuhnya limbung dan melepas tubuh Elios hingga terjatuh ke lantai."Elios." Lavender hendak berlari namun tangannya masih di pegang oleh Reynold."Kamu mau kemana, Lav? sudah biarkan saja suamimu mati di sini." Ujar Reynold tanpa beban.Seketika amarah Lavender naik, dia berbalik menatap ke arah Reynold. "Lancang sekali mulutmu berbicara! kalau memang harus ada yang mati, itu bukan suami ku tapi kamu bajingan!"Degh.Raut terkejut nampak jelas di wajah Reynold, baru ka
Reynold mengernyitkan kedua alisnya, dia menunggu kejutan apa yang akan di berikan oleh wanita cantik di depannya."Apa kamu sedang menunggu kejutan dariku, Rey?" ujar Lavender setelah beberapa diam dan saling pandang.Sudut bibir Reynold naik, dia melangkah maju ke arah Lavender hingga jarak di antara mereka terkikis. Reynold berhenti tepat di depan Lavender, senyum tipis dia berikan pada Lavender."Tentu saja, aku sangat penasaran seperti apa kejutan yang akan kamu berikan." sahut Reynold enteng."Bagus, karena ini akan menjadi kejutan terakhir bagimu." Jawaban Lavender membuat Reynold kebingungan, namun belum sempat dia kembali bertanya tiba-tiba dari arah pintu belakang muncul beberapa orang berpakaian serba hitam dan satu orang pemuda yang memimpin orang-orang itu."Hay Reynold." sapa Luca yang berdiri di samping Lavender."Kalian siapa?" raut bingung terlihat jelas di wajah Reynold."Kamu nggak perlu tau siapa kami, yang perlu kamu tau cuma jangan belagu! itu aja cukup." sahut
Suasana ballroom yang tadinya ramai, seketika berubah sepi setelah kedatangan pria paruh baya sekaligus pemilik utama Greyson Group. pria itu bernama Jonathan Greyson, kakek Elios sekaligus ayah Baskara.Semua para tamu yang hadir di acara itu, berdiri dan bertepuk tangan saat Jonathan mulai menaiki podium. suara jepretan kamera terdengar memenuhi ruangan tersebut.Lavender terdiam membisu melihat sosok Jonathan yang baru pertama kali dia temui."El, apa itu kakekmu?" bisik Lavender sedikit mendekatkan wajahnya."Ya, dia kakekku. kenapa kamu terlihat sangat terkejut melihatnya, Lav?" heran Elios.Dia merasa aneh dengan respon Lavender, seolah-olah Lavender sudah pernah bertemu dengan kakeknya sebelumnya."Nggak, aku hanya tidak percaya bahwa dia kakekmu."Elios menaikan satu alisnya. "Kenapa?"Lavender menoleh, dia hanya tersenyum tipis tanpa memberi jawaban pada pertanyaan suaminya.Selang beberapa menit, Lavender serta para tamu mendengarkan beberapa kata sambutan dari Jonathan. hin
Hari yang di tunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba, hari ini merupakan hari perayaan ulang tahun perusahaan Greyson. Sejak kepulangan Lavender yang babak belur, Elios sebagai suami semakin memperhatikannya bahkan dia terus menempel Pada Lavender layaknya perangko.Seperti pagi ini, Lavender yang berniat ke salon menjadi kesal sendiri karena Elios terus merengek ingin ikut dengannya."Lav, ayolah aku harus pastiin kamu baik-baik aja." ucap Elios yang berdiri di belakang tubuh Lavender.Mereka sedang berada di dapur, Lavender sedang sibuk menyiapkan makanan untuk putra kecilnya."Aku bukan anak kecil, El. lagi pula kamu perlu mengecek ulang persiapan untuk nanti malam, Kan?" sahut Lavender tanpa menoleh sedikit pun."Itu bisa nanti, aku takut kejadian seperti kemarin terulang lagi, Lav."Melihat suaminya terus merengek, Lavender menjadi jengah. dia berbalik lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada."El, meski pun kamu ikut belum tentu juga kamu bisa melindungiku. Musuh yan