Karna tidak mendapat jawaban dari Kinara, Enzo menarik tangan Kinara untuk pergi menuju mobil. Tentunya Kinara memberontak, ia takut jika pemerkosaan itu kembali terjadi.
"Lepaskan aku!" Teriak Kinara dengan kencang, ia menggigit lengan dari Enzo.Enzo berteriak kesakitan, kali ini ia berada dalam kesadaran yang nyata. Tentunya merasakan sakit, tidak seperti tadi malam.Enzo menatap tajam Kinara, wanita itu menunduk takut dengan perbuatan nya."Tatap aku!" Sentak Enzo, ia benci karna Kinara selalu memilih menatap lantai dari pada dirinya.Perlahan Kinara menatap kearah nya, mata yang sangat indah bagi Enzo. "Aku akan bertanggungjawab atas perbuatan ku, aku akan menikahi mu." kata dari Enzo membuat Kinara terkejut."Kau gila, kak!" Sentak Kinara, ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan Enzo. "Kau tahu sekali bukan, kita adalah kakak adik..""Tiri, kita kakak adik tiri! hubungan kita bisa berubah kapan pun, aku harus memastikan dirimu tetap berada di pengawasan ku." Jelas Enzo, mata nya menatap tajam Kinara yang lagi-lagi menangis.Karna takut dilihat oleh pekerja rumah, Enzo menarik tangan Kinara untuk masuk kedalam mobil. Sekalipun Kinara memberontak, ia tidak perduli.Setelah memastikan Kinara sudah aman, dengan cepat Enzo menyusul masuk. Enzo langsung mengunci pintu, dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kinara. "Diam, dan jangan banyak memberontak!"perintah itu membuat Kinara takut, ia memalingkan wajahnya kearah jendela mobil. Tangan nya meremas ujung dress nya, tatapan mata nya beralih menjadi buliran air mata.Enzo melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, pasti Yuda sudah menunggu nya di kantor pernikahan.Sambil menyetir, Enzo melirik sebentar kearah Kinara yang masih setia menatap kearah jalan."Cih.. dia selalu tak ingin menatap ku." gumam Enzo didalam hati.Enzo memiliki wajah yang tampan serta tubuh yang kekar, siapapun akan jatuh cinta kepada nya. Dan selalu suka menatap wajah nya, kali ini perlakuan Kinara berbeda. Kinara tak pernah mau menatap nya, selalu saja memalingkan wajahnya kearah lain kala bersama dengannya.Kini Enzo dan Kinara sudah sampai di KUA, ada Yuda yang menyambut kedatangan mereka. Enzo meraih tangan Kinara untuk masuk, karna penghulu sudah menunggu kedatangan mereka sedari tadi.Kinara tahu ini salah, mereka kakak adik. Tidak pantas melakukan hal ini, ia memerhatikan Enzo yang sudah berjabat tangan dengan wali hakim. Kinara ingin menolak semua ini, tapi ia tidak berani.Hingga dengan jelas Kinara mendengar Enzo mengucapkan kata ijab qabul dengan suara lantang, dan mendengar suara Sah dari semua orang yang ada. Air mata Kinara jatuh seketika, ia menatap kearah Enzo yang menandatangani buku nikah."Sekarang giliran mu, Nona." Ucap Yuda, membuat Kinara terkejut. Dengan tangan yang bergetar, ia menandatanganinya. Enzo menatap kearah nya dengan wajah misterius, Kinara hanya diam menunduk memikirkan semua nya."Aku telah sah menjadi istri dari, kakak ku?"Setelah acara ijab qabul selesai, Kini Kinara dan Enzo berada di luar KUA. Kinara menunggu Enzo yang sedang berbicara dengan Yuda, ia tidak terlalu mendengar apa yang mereka bicarakan.Kinara tidak tahu harus apa sekarang, semua diluar kendali nya. Bahkan kini Kinara telah sah menjadi istri dari Enzo, yang merupakan kakak nya. sebenarnya Kinara tidak paham dengan alur pemikiran Enzo, ia tidak mengerti sama sekali.Tiba-tiba tangan Kinara dipaksa masuk kedalam mobil oleh Enzo, dengan Yuda yang menyupir. Kinara duduk dengan tangan meremas ujung dress nya, ia melihat Enzo yang sibuk dengan berkas di tangannya."Tanda tangani ini." kata Enzo sambil menyerahkan secarik kertas kepada Kinara.Dengan ragu-ragu Kinara menerima nya, ia membaca surat itu. Tangan nya gemetar kala membaca bahwa surat itu adalah perjanjian pernikahan nya, pernikahan kontrak yang mana Kinara hanya tahu dari cerita novel yang pernah ia baca.Perjanjian itu tertulis benar-benar hanya menguntungkan Enzo saja, tidak ada sama sekali keuntungan bagi Kinara."Apa aku harus setuju dengan peraturan yang hanya menguntungkan mu, kak?""Apa aku ada mengatakan kau bisa menolak nya?" tanya Enzo balik, ia menatap intens Kinara. "Kau hanya perlu menandatangani saja, tidak protes!"Kinara menahan amarah nya, ia tahu jika protes hanya membuat pria itu marah. Karna Kinara ingat dengan satu tulisan yang tertera di surat itu, "Pernikahan akan berlangsung selama tiga bulan, hanya untuk menentukan apakah pihak kedua hamil atau tidak."Setidaknya Kinara bisa mengharapkan sesuatu hal yang mungkin saja terjadi, dengan sedikit keraguan Kinara menandatangani surat itu. Membuat Enzo tersenyum puas, ia suka kala Kinara tidak terlalu repot.Melakukan hal yang ia perintahkan, tanpa banyak tanya dan mengomel terus.Enzo menyimpan surat perjanjian itu, "Pernikahan kita tersembunyi dari ayah ku dan juga ibu mu, kita harus bekerja sama untuk menyembunyikan nya." Ucap Enzo, Kinara mengangguk mengerti.Enzo menghela napas lega, setidaknya ayah dan ibu tirinya akan lama berada di Prancis. Ia tidak perlu melakukan hal yang pura-pura, setidaknya ia bisa menganggap nyata hubungan mereka."Cih.. apa yang kau pikirkan, Enzo?!" batin Enzo.Tangan Kinara ditarik oleh Enzo, ntah kemana pria itu mau membawa nya. Enzo terus membawa Kinara menuju kamar pribadi nya, tidak perduli dengan para pembantu yang melihat mereka. Kinara berusaha melepaskan tangannya, ia benci kala Enzo benar-benar menganggap nya selayaknya barang. Enzo menyuruh Kinara untuk duduk di sofa kamar nya, Kinara pun patuh saja. Baru kali dirinya masuk ke kamar kakak nya, kamar nya lebih luas dari kamar nya. Dengan nuansa yang lebih kelihatan manly dan banyak foto kecil Enzo yang menggemaskan. Kinara memerhatikan sekeliling nya, ia memikirkan Enzo yang sedang apa di ruang ganti pakaian. "Sedang apa dia? apa mau melakukan hal gila lagi?" batin Kinara. Kinara bangkit, ia tidak tahu kenapa memiliki jiwa yang patuh kepada pria itu. Sekalipun Enzo adalah suaminya, atau lebih tepat kakak nya menurut Kinara tetap lah sama. Tidak seharusnya ia sepatuh ini, perlahan Kinara bangkit dan ingin pergi dari kamar Enzo. "Mau kemana?" suara berat itu menghentikan langkah
"Duduklah, diam dan jangan banyak protes." kata dari Enzo membuat Kinara pasrah. Ia tidak bisa pergi dari ruangan ini, dengan penuh kebencian Kinara duduk di sofa. Ia menatap ke arah jendela besar yang ada dibelakang Enzo, tatapan nya jauh sekali. Enzo menghela napas berat nya, ia duduk di kursi kerja nya sambil memerhatikan Kinara yang sudah diam tidak melakukan hal apapun lagi. "Jika lapar, ambil makanan di lemari itu." Ucap Enzo, Kinara mengangguk saja. Kinara memerhatikan ruangan kerja milik Enzo, ia bangkit untuk melihat lebih dekat lagi. Kinara melihat ada foto Enzo dengan mendiang ibu nya, Kinara ingat dengan kata dari Relga."Ibu Enzo meninggal karena kecelakaan bersama dengan Enzo, disaat kecelakaan itu nyawa nya hilang."Kinara menjadi kasihan, ia tahu rasanya kehilangan orang yang tersayang. Rasa sakit yang teramat saat ia kehilangan ayah nya, Kinara melihat senyum yang lebar terbit diwajah menggemaskan itu. Kinara tidak menyangka jika Enzo bisa tersenyum lebar seperti
"Kenapa?" tanya Enzo lagi, Kinara tidak mengerti dengan arah pemikiran Enzo. "Kenapa kau malah menanyakan hal itu, kak? ini soal hubungan kita, sudah cukup! jangan jalani hal gila ini lagi, mari melupakan semua nya." Jelas Kinara lebih terperinci lagi. "Aku tidak mau, tugas mu.. cukup diam. Dan serahkan semua urusan nya kepada ku, jangan pikirkan apapun." kata Enzo dengan wajah tenang nya, ia tidak mau mendengar bantahan apapun. Seketika tangan Kinara mengepal, ia kesal dan marah karena Enzo tidak mengerti dengan perasaan nya. Kinara berlalu pergi begitu saja, dan Enzo sudah membuka pintu itu. Karna Kinara kalau sudah marah tidak akan peduli dengan sekitar nya, hanya terus melangkah mengikuti naluri hatinya. Mata tajam Enzo menatap kepergian Kinara, terus hingga bayangan wanita itu tidak terlihat di matanya. "Dia hanya menatap ku, kala membahas perpisahan saja." Ucap nya, Enzo tidak suka itu. Enzo ingin Kinara terus menatap nya, memerhatikan dirinya dalam hal apapun. Tidak memal
Mata Kinara terpejam mendengar suara lantang itu, ia merasakan Enzo meremas kuat pergelangan tangannya. Pria itu selalu saja menyakiti nya, dari malam kelam itu hingga saat ini. "Sakit, kak..""Siapa yang kau panggil sayang itu? jawab!" Bentak Enzo lagi, kali ini tepat didepan wajah cantik Kinara. Air matanya jatuh seketika, hatinya terasa dicabik-cabik atas perlakuan Enzo kali ini. "Dia kekasih ku, sama seperti mu.. aku juga memiliki seorang kekasih, kak." Jawab Kinara, ia memberanikan diri menatap mata tajam Enzo yang menelisik nya. Enzo mendorong tubuh Kinara hingga terbentur oleh kepala ranjang, membuka kancing kemeja nya satu persatu. Kinara menggelengkan kepalanya, meminta permohonan ampun kepada kakak nya itu. "Kau adalah istri dari Enzo, bagaimana bisa kau memiliki seorang kekasih? hmm.." Perkataan itu keluar dengan suara berat Enzo yang menusuk di hatinya. Kinara mengadahkan tangannya, ia bahkan meminta ampun kepada Kakak tirinya itu. Dengan air mata yang mengalir deras,
Kala Kinara selesai membersihkan diri, dengan memakai jubah mandi nya ia memasuki ruang ganti. Kamarnya sudah sepi karna sudah tidak ada Enzo, ntah kemana perginya pria itu. Bahkan tempat tidur Kinara yang berantakan tadi, kini sudah rapi kembali. Sambil menahan tangis nya, Kinara memakai piyama tidur nya. Sebenarnya sudah terlalu malam untuk nya mandi, tapi rasanya Kinara tidak tahan membiarkan bekas sentuhan Enzo lama-lama ditubuh nya. "Aku benci, kenapa dia tidak mati saja?!" Makian itu selalu saja Kinara ucapkan kepada Kakak tirinya itu. Awal nya Kinara sangat senang melihat ibu nya yang menikah lagi dengan Relga, pria itu dengan mudah membuat hilang rasa trauma Arumi kepada mendiang suaminya. Ayah dari Kinara selalu saja menyiksa Arumi, tapi ibu nya tetap bersikukuh mempertahankan Ayah Kinara. Hingga mendapatkan buah dari kesabaran nya, menikah dengan duda kaya raya yang memiliki hati yang sangat baik. Kinara merangkak naik keatas kasur, berusaha memejamkan matanya yang tidak
Fero langsung berlari menghampiri Kinara, ia meraih tangan Kinara dan membawa nya masuk kedalam Kampus. Mata tajam Enzo terus memerhatikan nya, hal yang ingin ia lakukan adalah menghabisi Fero sekarang juga. "Beraninya dia menyentuh milikku?!" Saat ini Enzo ingin merebut Kinara dari Fero. Tapi, kala ingin keluar dari mobil.. "Kita ada meeting pagi ini, Tuan. Sebaiknya kita harus cepat, karna Tuan besar akan menghubungi soal pekerjaan di Perusahaan hari ini." Ucapan Yuda membuat niat Enzo terhenti, ia tidak bisa apa-apa kecuali harus ke Perusahaan. "Soal Nona Nara, orang kita yang akan mengurus nya, melihat bodyguard kita.. pasti Nona Nara akan menyadari posisi nya." Saran Yuda diterima oleh Enzo, padahal ia ingin sendiri melakukan suatu hal kepada Fero. "Lakukan!"Yuda mengangguk, sebelum ia melanjutkan perjalanan nya Yuda menyempatkan menghubungi bodyguard untuk menjaga Kinara dari pria asing yang berusaha mendekatinya. Enzo tidak suka ini, dimana ia ingin melakukan suatu hal..
Kinara terus berlari hingga kini sudah sampai didepan pagar yang tidak terlalu tinggi, dengan niat yang penuh akhirnya ia bisa memanjat pagar itu. Kala sudah berhasil, Kinara menghela napas lega. Ia mencari keberadaan Fero, kebetulan kekasihnya itu sudah menunggu didepan pintu mobil nya. Tanpa banyak berpikir lagi, Kinara berlari menyusul Fero. "Fero!" panggil nya, sang pemilik nama menatap kearah nya. Kinara takut sekali, kalau Bodyguard itu menemukan nya disini. Tapi, nasib baik lagi berpihak pada Nara. Ia bisa bertemu dengan Fero tanpa diketahui oleh Bodyguard itu, dan Nara berniat akan mengucapkan kata terimakasih yang banyak pada sahabat nya itu. "Kenapa harus dari pagar si?" Tanya Fero, menurutnya bisa meminta izin secara baik-baik dengan Bodyguard dari ayah tiri nya itu. Kinara tersenyum tipis, tidak mungkin ia mengatakan alasan yang sebenarnya. "Sudahlah jangan dipikirkan, sekarang aku ingin pergi dengan mu." Ucap Kinara, ia masuk kedalam mobil karena takut bodyguard itu ti
Fero dan Kinara menikmati waktu bersama-sama hingga Kinara seperti lupa waktu, ia nyaman seperti ini. Rasanya sudah lama sekali Kinara tidak hidup bebas seperti dulu, semuanya hilang kala sang ibu menikah dengan Relga. Segala sikap Kinara harus diperhatikan sebagai anak tiri dari Relga Morelli, hal itu membuat Arumi membatasi segala hal dalam diri Kinara. Kinara kelelahan setelah bermain lempar bola, ia duduk di bangku yang ada di pasar malam. Matanya penuh memandang Fero yang sedang antri membeli minuman dingin, kekasihnya itu sangat tampan. "Tampan sekali kekasih ku.." Puji nya, ia tersenyum sambil menatap Fero yang kini sedang menuju kearah nya. Fero membawa dua gelas jus alpukat, buah yang sangat disukai Nara. "Satu untuk pacar ku yang cantik, satu untuk..""Pacar ku yang tampan." Potong Kinara, lalu mereka tertawa bersama. Kinara meminum jus alpukat itu, rasanya sangat enak hingga tubuh nya bergoyang-goyang karna sangat enak. Fero tertawa melihat nya, ia tersenyum senang kar
Menurut Kinara Enzo sangat ngawur, jika memanggil nya sayang didepan orang tua pasti akan terjadi masalah besar. Dan Nara tidak mau itu terjadi, ia masih ingin hidup. “Jangan aneh-aneh deh, Kak. Manggil sayang didepan ibu dan ayah..”“Siapa yang mengatakan kalau manggil sayang nya didepan mereka, hmm?” Tanya Enzo dengan kedua alis naik turun, ia gemas sekali melihat Nara yang salah tanggap itu. “Ah atau kau mau segera aku panggil sayang didepan umum, begitu?” Tanya Enzo lagi, kali ini sambil menarik gemas hidung mancung Nara. “Ihhh apaan si?! Ngeselin amat!”Nara memukul lengan Enzo, membuat pria itu tertawa. Bahkan Enzo tertawa kencang, baru kali ini Nara melihat nya. Ternyata Enzo sangat tampan kala tertawa, Nara baru menyadari itu. Tangan Enzo meraih tangan Nara untuk duduk dipangkuan nya, kali ini Nara mode pasrah saja. Mood Enzo yang marah-marah tadi telah hilang, dan Nara tidak mau memancing nya lagi. Enzo memeluk Nara erat, mencium aroma Nara yang membuat nya tenang. “Kak
Nara langsung menyingkirkan tangan Enzo dari wajahnya, ia benci sekali dengan pria yang telah berani menguasai hidupnya. “Aku benci pada mu!” Teriak Nara, ia menatap nyalang Enzo yang hanya tersenyum saja dengan cacian nya. Malah Enzo menarik tengkuk Nara, melakukan lumatan bibir ya sekalipun Nara tidak mau membuka bibirnya sedikitpun. Enzo menggigit bibir bagian bawah Nara, hingga terbukalah bibir itu. Enzo mengesap bibir Nara bagaikan mesin penyedot debu, dihisap terus menerus hingga suara pintu terdengar terbuka. Barulah Enzo menyudahi kelakuan nya, ia tersenyum saja kala melihat Nara yang meneteskan air mata sambil menatap nya. “Sayang, maaf ya lama..” Ucap Bella, ia tidak menyadari apapun yang baru saja terjadi. Didalam kediaman nya, Nara menatap Enzo yang hanya diam mendengar kan celotehan Bella. Ia tahu, pria itu hanya menjadikan nya budak nafsu saja. Tapi, bahkan Nara tidak tahu harus melakukan apa sekarang. ~~Diperjalanan pulang, Nara hanya diam menatap jalanan yang me
Masih di posisi yang sama, bahkan tangan Enzo kini sudah berlalih menuju perut Nara. mengelus nya dengan lembut, membuat Nara langsung menatap nya tajam. "Kak, hentikan.." Nara menjauhkan tangan Enzo dari perut nya. "Malu tahu, nanti ada orang lihat!"Enzo tertawa saja, ia memerhatikan sekeliling nya, semua pada sibuk dengan kekasih mereka. Bahkan ada yang sedang berciuman, Enzo harus melakukan hal yang sama bukan? iya dong! Enzo mendekatkan diri kepada Nara, menatap Nara intens dan penuh kekaguman. Mata bulat itu yang selalu saja berkilau kala menatap nya, Enzo benar-benar mengagumi nya. Perlahan-lahan bibir Enzo mendekat pada bibir Nara, bukannya marah atau apa.. Nara hanya pasrah saja. Ia malah memejamkan mata seolah tahu hal apa yang akan terjadi sebentar lagi. Enzo melakukan lumatan bibir dengan gerakan lembut membuat Nara merasa kan kenikmatan dalam ciuman itu. Terus bertukar saliva dan menikmati serangan bibir satu sama lain, kali ini Nara sudah lihai membalasnya. Karna Enz
Bukannya panik atau apa, Enzo kelihatan tenang dan tidak berekspresi apapun. Terkadang Nara bingung, kenapa Enzo mudah sekali bersikap seperti itu. "Kebetulan tadi bertemu dengan Nara dijalan, Ayah. Apa salah nya kami jalan bersama, hemat waktu." Jelas Enzo. Relga mengangguk saja mendengar nya, ia tidak curiga sedikitpun. Nara melirik kearah Enzo yang berjalan terlebih dahulu bersama dengan Relga, dari bekalang seperti ini.. mereka benar-benar sangat mirip. Nara mengikuti mereka dari belakang, bahkan Relga baru menyadari satu hal. Ia menghentikan langkah nya, berbalik arah untuk melihat Nara. "Sayang, kemarilah.." panggil nya, Nara menatap Enzo yang juga menatap nya dengan datar. Nara berjalan menghampiri Relga, mereka berjalan bersama-sama dengan Nara ditengah di antara Enzo dan Relga. Enzo mendengar kan saja cerita Nara pada ayah nya, ia tersenyum tipis kala Nara menceritakan hal yang lucu. Hingga mereka sampai di ruangan VVIP, ruangan yang telah di reservasi oleh Relga sedari
Enzo menarik tangan Nara hingga kini berdiri berhadapan dengannya, tanpa banyak berkata lagi.. Enzo menggendong Nara bagaikan karung beras. Membawa Nara menuju ruang istirahat yang ada di ruang kerja nya, hanya orang tertentu yang tahu tempat itu. Nara memberontak, dalam posisi itu ia terus memukul punggung Enzo sekuat tenaga. Berharap agar pria itu kesakitan, karna Nara tidak mau hal itu terjadi lagi. Tapi, Enzo tidak merasakan sakit sedikitpun. Ia malah merebahkan Nara di atas kasur. Menatap Nara dengan tatapan yang penuh kabut gairah, dengan susah payah Nara melindungi dirinya dari tatapan itu. Enzo merangkak naik keatas kasur, Nara berusaha menghindar. Ia terus mundur kala Enzo ingin mendekati nya, hingga mentok dikepala ranjang. "Mau kemana, hmm?" Suara deep voice itu membuat Nara semakin gugup. "Kak, jangan lakukan ini lagi.""Kenapa? apa salah seorang suami meminta itu dengan istri nya?" Pertanyaan Enzo membuat Nara kebingungan harus menjawab apa. Memang secara logika merek
"Kenapa kau tidak menjaga dengan baik milikku ini, hmm?" Perkataan itu membuat Nara mengerjap pelan, semua hal yang ada dalam dirinya selalu dikatakan milik pria itu. Nara semakin membenarkan satu hal, bahwa Enzo adalah pria yang paling egois yang pernah ia temui. "Apa kakak tidak lihat kemesraan orang tua kita tadi?" Tanya Nara, siapa tahu Enzo akan sadar. Tapi, Enzo malah menjawab nya dengan senyuman manis nya. "Lihat, hanya saja itu tidak urusan ku. Kita ya kita, mereka ya mereka. " Penjelasan yang sangat logis, tapi tidak masuk akal untuk Nara. Lengan kekar Enzo masih memenjarakan Nara, ia terus menatap bibir Nara yang masih menggigit bibir nya sendiri. Tangan Enzo menyentuh pipi Nara yang tirus, lalu beralih menarik tengkuknya hingga sangat dekat dengan Enzo. Enzo melakukan pergulatan bibir yang lembut, bahkan Nara sampai terbuai dengan lumatan bibir itu. Enzo menghisap bibir nya selayak nya vacum cleaner, Nara kewalahan membalas nya. Tok.. Tok.. TokSeketika Nara langsung
Kinara tidak semangat sama sekali dengan kelas nya di pagi ini, tentunya membuat Reni heran. Biasanya sahabat nya itu selalu bersemangat untuk belajar, kenapa kali ini tidak? "Nara, kau kenapa?" Muncul juga pertanyaan yang sadari tadi ditahan Reni. "Aku? kenapa?" Ayolah, Nara malah bertanya balik. Nara dalam posisi kepala tertidur di meja. Ia langsung bangkit, tangannya menopang wajah cantik nya yang sedang cemberut. Reni tidak sengaja melihat sesuatu, ada bekas percintaan di leher Nara. "Eh, apa ini?" Reni menunjuk kearah bekas itu, membuat Kinara menjadi geli. "Apa?""Hahaha, aku tidak menyangka jika Fero dan dirimu bisa melakukan hal seperti ini." Ejek Reni, yang ia pikirkan selama ini jika Nara dan Fero pacaran sehat tidak seperti para remaja pada umum nya. "Apa si?"Karna Nara tidak kunjung mengerti, Reni memberikan cermin kecil nya yang selalu saja ia simpan di tas selempang nya. Nara melihat ada bekas kebiruan di leher nya, seketika ia langsung terkejut. "Astaga!""Seper
Kinara berusaha melepaskan tangan Enzo dari atas paha nya, ia takut dilihat oleh Relga atau Arumi nanti. Enzo tetap bersikukuh memegang paha nya, mengelus nya dengan gerakan perlahan yang membuat Nara merasa geli. "Cepat selesai kan makan mu, Nara. Teman mu sudah menunggu, tidak baik seperti itu." Ucap Arumi, kebetulan juga makanan Nara sudah habis tidak tersisa lagi. Nara mengangguk mantap, ia berlalu pergi meninggalkan Enzo yang menatap nya tajam. Setelah bayangan Nara tidak terlihat lagi, Enzo menyudahi makannya. Ia memerhatikan Relga yang tertawa dengan Arumi, membicarakan hal yang tidak Enzo mengerti. Arumi berlalu pergi membantu Bi Surti membereskan sisa pekerjaan yang ada, tinggallah Enzo dan Relga di meja makan. "Kenapa tatapan mu sangat dingin dengan Ibu Arumi, Nak?" Tanya Relga, ia tahu pasti putra nya tidak akan mudah menerima keluarga barunya. "Biasa aja, Ayah. Tidak ada yang beda, dan aku tidak bisa semudah itu menerima orang asing." Jawaban ketus ala Enzo hanya men
"Ma-maaf Tuan.." Suara itu membuat Enzo menghentikan aktivitas nya, ia dan Kinara saling tatap satu sama lain. Apa lagi Kinara yang melotot sempurna kearah Enzo, ia mengenali suara itu. Kinara mendorong tubuh Enzo yang berada diatas nya, hingga terlihat lah Bi Surti yang masih terdiam berdiri didepan pintu. "Ada apa, Bi?" Tanya Enzo dengan ekspresi wajah yang tenang, hal itu mengejutkan Nara. Bi Surti susah payah menelan saliva nya, ia tahu seperti apa Enzo dalam bersikap. "Saya ingin memberi tahu, kalau Tuan besar akan pulang besok." Ucap Bi Surti, dari tatapan Enzo ia sudah mengerti hal apa yang harus ia lakukan. "Sepertinya bukan itu yang membuat mu, mengikuti kami.. atau mengintip aktivitas kami bukan?" Pertanyaan Enzo membuat Bi Surti semakin takut, kedua mata nya mengerjap pelan. "Maafkan saya, Tuan muda. Saya telah lancang ikut campur dengan urusan, Tuan..""Berjanjilah untuk merahasiakan apa yang kau lihat dan apa yang sudah kau ketahui, jika tidak.." Enzo bangkit dari t