Share

Umur Bukan Masalah

Penulis: Koran Meikarta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satu minggu berlalu.

"Apa belum ada kabar soal Elena?"

Darryl meletakkan gelas whisky miliknya tanpa minat dan menatap lekat Mike. Dia sekarang sedang berada di kasino. Tepatnya di ruangan miliknya. Sudah hampir satu minggu sejak Elena pergi meninggalkan rumah sampai dengan hari ini, kabar baik belum kunjung datang. Darryl tidak tahu ke mana wanita itu pergi.

"Belum, sulit mencarinya. Sepertinya ada yang menyembunyikannya."

Darryl mendesah kesal mendengar jawaban dari Mike. Seseorang yang menyembunyikannya? Siapa? Apakah itu Kathleen? Tapi tidak mungkin, wanita itu tidak mungkin menyembunyikannya setelah mencoba membunuh Elena. Darryl berpikir keras tentang siapa yang menyembunyikan Elena, sampai dia kemudian menyadari sesuatu. Sebuah nama yang hampir dilupakannya. "Marcell. Sialan!"

"Marcell? Ada apa dengannya?" tanya Mike yang penasaran.

"Aku melupakan dia. Aku baru ingat kalau sebelumnya orang yang kuperintahkan mengikutinya diserang seseorang dan terluka. Aku belum menyelidiki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Interogasi

    Darryl sedang duduk di meja kerjanya. Namun hari ini, dia tidak bisa fokus bekerja sejak tadi pagi. Darryl banyak melamun sambil sesekali menghela napas kasar memikirkan soal Elena. Wanita yang menghilang dan membuatnya resah bukan main. Darryl pikir, dia akan lebih baik, tapi ternyata semakin hari, dia semakin tidak tenang. Apalagi memikirkan Elena yang mungkin saja bersama dengan Marcell. Pria itu pasti mengatakan hal-hal buruk tentangnya. Bagaimana jika Elena berhasil dirayunya? "Sialan, tidak, tenanglah. Aku bukan orang yang seperti ini." Darryl mencoba menenangkan diri. Meski dia mencintai Elena, tapi tidak seharusnya perasaannya itu mengalahkan akal sehatnya. Saat kematian istrinya saja, dia masih bisa berpikir tenang. Walau dia benar-benar berduka. Darryl mencoba melakukan hal yang sama dan fokus pada pekerjaannya. Dia meyakinkan dirinya jika Mike akan mengatasi semuanya tanpa masalah dan menemukan keberadaan Elena secepatnya. Namun saat dia mencoba sekuat tenaga untuk fokus,

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Tidak Ada Kesempatan

    "Sialan, sialan. Kak Darryl benar-benar menjauhiku."Kathleen mengumpat saat mobilnya tiba di rumah. Dia keluar sambil membanting pintu mobilnya dengan emosi. Meluapkan rasa kesalnya karena Darryl tidak mengangkat panggilannya. Di rumah, Kathleen juga menyadari mobil milik pria itu tidak ada. Sepertinya Darryl belum pulang. Kathleen hanya berdecak dan masuk ke dalam dengan sedikit menghentakkan kakinya. Dia berusaha sabar, walau wajahnya tampak ditekuk. Pun begitu dirinya melewati ruang tengah di mana terlihat Ezekiel yang duduk. Dia ingin mengabaikan anak itu, tapi karena penasaran soal Darryl, Kathleen pun berhenti sejenak dan menghampiri Ezekiel. Dia duduk di sebelahnya. "Hei, sedang apa, Ezekiel?" tanyanya dengan ramah. "Ayahmu belum pulang, ya?""Belum, Tante. Kayaknya Ayah pulang terlambat. Kenapa memangnya?""Tidak, Tante hanya bertanya. Tadinya Tante mau ajak kamu jalan-jalan sama sekalian Ayahmu juga.""Jalan-jalan?" Ezekiel menatap Kathleen dengan alis berkerut. "Ya, sepe

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Ditangkap

    "Sialan! Kenapa aku mengatakan itu? Dasar bodoh!"Kathleen berjalan mondar-mandir di kamarnya. Dia mengutuk mulutnya yang asal bicara di depan Darryl. Gara-gara panik hendak diusir, dia sampai meluapkan semua perasaannya, termasuk perasaan bencinya pada saudaranya sendiri. Sekarang, bukannya mendapatkan Darryl, pria itu akan lebih sulit didekati. Kathleen kesal dan marah pada dirinya sendiri. Namun saat dia sedang sibuk menyalahkan dirinya sendiri, ponselnya tiba-tiba berdering. Sebuah nomor tak dikenal, membuatnya terdiam dan mengernyit. Dia tidak langsung mengangkatnya dan memikirkan siapa yang menghubunginya. "Siapa ini? Marcell?" tebak Kathleen sambil mengerutkan keningnya. Beberapa hari lalu dia mendapat protes dari Marcell soal niatnya membunuh Elena, tapi dia langsung memblokir nomor pria itu. Apa sekarang Marcell mencoba menghubunginya lagi? Kathleen yang penasaran, akhirnya mengangkat panggil tersebut. "Marcell? Apa lagi yang kau—""Bos, ini saya."Kalimat Kathleen terhenti

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Merindukan Darryl

    "Kak Darryl, apa-apaan ini! Kenapa Kakak melakukan ini padaku!"Kathleen melotot. Dia berteriak dan memprotes Darryl karena telah membawanya ke kantor polisi. Hingga kini, dia diinterogasi atas semua kejahatan yang dilakukannya. Kathleen merasa dijebak. Dia merasa semua ini telah direncanakan oleh Darryl. Pria itu ingin dia diadili. "Aku salah apa denganmu!""Kau tidak melakukan kesalahan padaku, tapi pada Elena. Kau merencanakan pembunuhan dan terus menyakitinya. Aku hanya memberimu pelajaran."Darryl menatap datar Kathleen. Dia menunjukkan rasa muaknya terhadap adik iparnya. Jika ditanya apakah dia menyayangi Kathleen? Tentu saja iya, tapi itu dulu sebelum Kathleen mengusik kehidupan pribadinya dan mengganggu urusannya. Seandainya wanita itu bukanlah adik mantan istrinya, dia mungkin sudah melenyapkannya. Darryl tidak akan segan-segan menghabisi orang seperti Kathleen. "Elena lagi, Elena lagi! Kenapa lagi-lagi Kakak membahas dia! Apa kurangnya aku, Kak?" Kathleen menjerit. Tak pedu

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Jebakan Darryl

    "Lepaskan aku! Tolong biarkan aku bebas! Tuan!"Suara rintihan terdengar di sebuah penjara bawah tanah milik Darryl. Seorang pria tua tampak duduk menyedihkan dengan beberapa luka di tubuhnya. Matanya juga tidak bisa melihat. Entah apa yang terjadi, tapi darah terlihat di kedua matanya. Dia benar-benar tampak sangat menyedihkan. Sampai suara langkah tiba-tiba terdengar di penjara bawah tanah. Mendekat ke arah pria tua itu. "Tuan? Apa itu Anda? Jika iya, tolong bebaskan saya. Saya ingin pulang. Saya janji, saya akan membayar utangnya.""Kau tidak akan bisa membayar utang.""Apa? Tidak! Saya bisa melakukannya! Anak saya—""Anakmu sudah pergi, membawa Elena," ucapnya dengan suara penuh kemarahan. Dia menggenggam besi yang memisahkannya dengan pria tua yang menyedihkan. "Anakmu itu lebih memilih Elena dibanding kau, Ayahnya sendiri.""M-mustahil. Tidak mungkin! Marcell tidak mungkin seperti itu!"Tubuh tua dan kurus itu bergerak. Tampak ketakutan mendengar berita tersebut. Tentu saja, it

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Rencana yang Berhasil

    "Ayah!"Darryl baru saja membuka pintu rumah, ketika suara cempreng Ezekiel menyambutnya. Membuatnya terkejut untuk sesaat ketika mendapat pelukan erat putranya. "Ezekiel, kenapa?""Ayah, kenapa Tante Kathleen tidak ada? Ke mana Tante?"Pelukan terlepas. Ezekiel menjauh, tapi tetap memegangi jas kantor milik Darryl. Mata bulatnya menatap ayahnya dengan penasaran. Dia ingin tahu keberadaan Kathleen karena sejak kemarin hingga hari ini, Ezekiel belum bertemu dengannya. Padahal harusnya Kathleen ada.Sementara Darryl yang mendapatkan pertanyaan tiba-tiba itu, sontak terdiam sesaat. Dia memang belum memberitahu Ezekiel jika Kathleen sedang diinterogasi penyidik dan akan segera dipenjarakan olehnya. Darryl pun hanya bisa menarik tangan Ezekiel dan mengajaknya duduk di sofa. Dia mengusap kepala putranya dengan lembut."Ezekiel, Tantemu sudah pergi dari rumah ini. Mungkin tidak akan kembali untuk waktu yang lama.""Huh? Pergi? Kok tidak bilang-bilang?""Mungkin Kathleen lupa memberitahumu. D

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Bertemu Kembali

    Keesokan harinya. Darryl diam di mobil dengan perasaan gugup. Untuk pertama kalinya, dia merasa perasaannya tidak tenang, memikirkan dia akan bertemu kembali dengan Elena. Semua rencananya berhasil. Setelah lebih dari sebulan dia mencari keberadaan Elena, akhirnya dia menemukannya. Di dalam mobilnya, Darryl bisa melihat sebuah rumah yang begitu sederhana. Tidak ada banyak rumah di sekitarnya. Ada perasaan miris dalam hatinya ketika memikirkan jika Elena tinggal di tempat ini setelah kabur dari rumah. Wanita keras kepala dan tidak tahu diuntung. Jika saja Elena mau tinggal bersamanya, kehidupan wanita itu akan tercukupi. Tidak akan mungkin tinggal di rumah kecil seperti ini. Rasa kesal merayap di dada. Darryl sedikit emosi. Namun dia berusaha mengendalikan dirinya. Mengingatkan jika niatnya datang untuk menjemput Elena tanpa adanya paksaan. Darryl menekan mati-matian emosi serta egonya yang terluka akibat Elena. Dia pun akhirnya keluar dari mobil dan merapikan penampilannya. Darryl

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Keputusan yang Sulit

    'Kathleen yang mengatakannya!'"Sialan!" umpat Darryl sambil memukul stir mobilnya dengan keras saat dia teringat dengan perkataan Elena. Kathleen lagi. Apa yang dikatakan wanita itu, sampai Elena begitu marah padanya? Lalu apa maksudnya bercumbu? Darryl tidak bisa menemukan jawabannya, karena dia tidak pernah merasa demikian. Satu-satunya cara untuk mendapat jawaban adalah menemui Kathleen. Saat lampu di perempatan jalan berubah menjadi warna hijau, saat itu juga Darryl langsung melajukan mobilnya kembali menuju ke tempat di mana Kathleen berada. Setelah beberapa hari ditahan, Kathleen pasti masih menjalani pemeriksaan polisi, mengingat sidangnya juga belum diadakan atau belum dijadwalkan. Namun satu hal yang Darryl tahu, polisi telah menghubungi keluarga Kathleen di luar negeri. Darryl sebagai orang yang dekat dengan Kathleen, tentu saja dia mendapat telepon atas pertanyaan dan kebingungan keluarga Kathleen. Akan tetapi, dia tidak menjawab banyak dan meminta janji temu antara mere

Bab terbaru

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Cinta Terakhir (END)

    Beberapa bulan kemudian. Perut Elena sudah semakin besar dan hari ini, dia sudah bersiap untuk melahirkan. Elena sudah berada di rumah sakit, tepatnya di kamar persalinan karena sejak kemarin, dia terus mengalami kontraksi. Darryl pun berada di sana untuk menemaninya. Darryl kalut dan khawatir. Dia bahkan memilih untuk tidak masuk kantor hari ini karena ingin menemani Elena melahirkan. Ezekiel sendiri berada di rumah dan tidak dia izinkan ikut, meski anak itu terus merengek dari semalam. “Makanlah! Aku tahu kau khawatir.”Sebuah suara terdengar. Mengalihkan perhatian Darryl dari lamunannya. Dia mendongak, menatap seorang lelaki yang tidak lain adalah Marcell. Ya, lelaki itu memang ada di sana dan menemaninya sejak semalam. Semua karena dia yang kalut, langsung menghubungi Marcell tanpa pikir panjang. Tentu saja Marcell mengomel dan membentaknya, tapi saat dia mengatakan Elena akan melahirkan, lelaki itu langsung datang dan membantunya membawa ke rumah sakit.Darryl pun sontak melir

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Menahan Diri

    Satu minggu kemudian. Elena melenguh dalam tidurnya. Dia menguap sebelum akhirnya membuka mata. Elena berkedip menatap langit-langit kamar. Dia masih mengumpulkan semua kesadarannya, sebelum kemudian melirik jam di sebelahnya yang menunjukkan pukul empat sore. Elena terdiam, sampai matanya membulat dan dia langsung duduk. Dia menyadari kalau dirinya sekarang berada di kamar, padahal seingatnya dia tadi sedang duduk menonton film di ruang tengah. Apa yang terjadi? Siapa yang memindahkannya? Elena kembali melirik jam dan matanya sontak membulat ketika dia teringat jika ini sudah sore. Suaminya sudah pasti pulang. "Darryl?"Elena berpikir Darryl mungkin sudah pulang, seketika dia langsung memanggil. Elena juga akhirnya bangun dan berjalan keluar kamar dengan hati-hati. Perutnya yang sudah semakin besar, membuat dia menjadi cepat lelah dan jalannya jadi lebih lambat. Untunglah, rumah ini memiliki lift, jadi dia tidak perlu kelelahan naik turun tangga ke lantai bawah. "Darryl?" Elena k

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Hari Pernikahan

    Hari pernikahan tiba. Setelah menunggu selama seminggu, akhirnya hari pernikahan Elena dan Darryl terjadi hari ini. Sebuah gaun indah telah dipakainya. Gaun itu membungkus tubuh dan perutnya yang besar dengan sempurna. Kehamilan Elena terlihat, tapi tentu saja gaun itu tidak membuatnya sesak. Riasan sederhana dengan rambut yang ditata sedemikian rupa, membuatnya terlihat sangat sempurna. Dia berdiri di depan pintu masuk aula pernikahan. Elena tidak sendirian, ada Marcell yang telah bersamanya dengan pakaian yang sangat rapi. Lelaki itu tampak menunjukkan kesedihan yang mendalam. Matanya memerah seperti habis menangis. Penampilannya yang rupawan, tidak menutupi wajahnya yang berantakan. "Kau siap?" Marcell menoleh ke arah Elena. Dia berusaha untuk tidak menangis dan memerhatikan betapa cantiknya wanita itu. Sayangnya, wanita itu akan segera menjadi milik orang lain. "Ya, Kak." Senyum Elena tampak merah. Dia seolah menjadi orang paling bahagia saat ini. Meski ekspresinya telah m

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Hati yang Hancur

    Setelah pembicaraan panjang dan penuh keseriusan, akhirnya Marcell mengizinkan Darryl untuk menikahi Elena. Meski dia sendiri harus hancur. Namun walau begitu, kesepakatan di antara mereka terjadi. Elena akan tetap tinggal bersama dengan Marcell, sampai hari pernikahan. Marcell juga yang akan menjadi walinya. Dia yang akan memastikan Elena baik-baik saja sampai ke tangan Darryl. Darryl pun tidak punya alasan untuk menolak. Dia menyetujui syarat yang diberikan Marcell. "Tante, di perut ini, ada dedeknya Iel, ya?" tanya Ezekiel yang duduk di samping Elena. Keduanya kini berada di ruang tengah saat Darryl dan Marcell sedang bicara. Camilan kesukaan Elena pun terlihat di atas meja. Menemaninya berdua dengan Ezekiel. "Iya, Sayang, ini adalah adikmu. Coba kamu elus." Elena meraih tangan Ezekiel dan meletakkannya di perutnya. "Wah, gerak, Tante!"Mata Ezekiel tampak berbinar senang ketika melihatnya. Dia senang karena dia akhirnya akan memiliki adik. "Iel mau lihat dedeknya Iel. Kapan di

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Merelakan

    Elena mengetuk pintu rumahnya dengan gugup. Dia baru pulang saat hari sudah sore dan pasti Marcell telah pulang. Elena takut bertatap muka dengan sepupunya, apalagi tadi dia sudah meninggalkan Marcell begitu saja dan mengikuti Ezekiel. Namun, tetap saja, ini adalah hal yang harus dihadapinya. Dia harus pergi menemui lelaki itu dan mengatakan semuanya. Tak berapa lama setelah dia mengetuk pintu, pintu pun terbuka dan menampilkan Marcell dengan wajah datar. Elena tidak melihat tatapan senang di wajah sepupunya. "Kakak.""Masuklah, ini sudah sore.""Baik." Elena mengangguk. Dia mengikuti langkah Marcell yang mengajaknya masuk ke dalam. Pintu pun ditutupnya dengan cepat. Elena berusaha menyusul langkah Marcell yang tampak terburu-buru. "Kakak, tunggu! Aku ingin bicara sesuatu denganmu."Marcell yang awalnya berjalan lebih dulu, berhenti dan langsung berbalik ke arah Elena. Dia menghela napas kasar. "Aku juga. Ayo duduk!"Tanpa banyak kata, Elena segera duduk di kursi. Berhadapan langsung

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Jadi Ayah Anakku

    "Aku harap Ezekiel suka." Elena berjalan bersama dengan Siena menuju ke arah kamar di mana Darryl dirawat. Tangannya menenteng makanan yang dipesannya untuk Ezekiel. Lalu dia menoleh ke arah Siena. "Terima kasih, ya, kamu sudah mau mendengarkan ceritaku.""Ya, Elena, santai saja. Aku mengerti perasaanmu, yang penting sekarang semuanya aman. Lalu, apa kau mau kembali pada Darryl?"Elena terdiam sesaat, tanpa menghentikan langkahnya. Pipinya tampak memerah dan dia mengangguk malu-malu. "Aku tidak bisa melupakannya. Aku sangat mencintainya.""Syukurlah, Elena, aku harap Darryl segera pulih dan kalian bisa bersama lagi.""Terima kasih, Siena."Tidak ada lagi percakapan setelah itu, Elena terus melangkah di lorong rumah sakit sambil memikirkan, bagaimana caranya dia memberitahu Marcell soal keputusannya ini. Dia berharap, kakak sepupunya itu tidak akan marah. Saat berjalan bersama, Elena melihat kamar Darryl ada di depannya. Dia segera mempercepat langkahnya untuk melihat keadaan pria itu

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Luluh

    "Jadi begitulah ceritanya. Darryl sangat stress dan menderita ketika kau pergi, Elena. Sebagai temannya, aku merasa tidak sanggup mengatakan ini. Dia memang agak bodoh dalam memahami perasaannya, tapi dia sangat mencintaimu. Aku berani bersumpah."Elena terdiam saat mendengar perkataan Mike soal Darryl. Dia melihat pria yang mengatakan sebagai teman Darryl itu menangis tersedu-sedu. Bahkan mengusap air matanya dengan tisu. Tak dipungkiri dia merasa terkejut mendengar penuturannya. "Dia sakit karena memikirkanmu dan sepertinya dia hilang fokus saat berkendara. Aku sangat mengkhawatirkannya. Tolong kembalilah padanya. Dia itu tidak mencintai Kathleen, dia mencintaimu.""Iya, Tante ..., tolong kembali pada Ayah. Iel selalu lihat Ayah tiap malam cium baju Tante. Ayah rindu Tante," ucap Ezekiel sambil ikut menangis. Dia terisak dan mencoba membujuk Elena agar iba pada kondisi Darryl. "A-apa? Benarkah itu?"Elena yang mendengar pengakuan Ezekiel dan perkataan Mike, tentu saja langsung ter

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Jatuh Sakit

    Ezekiel tidak datang lagi. Elena sedang menikmati waktunya sendirian di teras. Dia terus melihat jalanan sejak tadi siang. Menunggu kehadiran anak kecil dan ayahnya yang sudah terhitung hampir setiap hari selalu ke sini. Ezekiel hanya satu hari menginap dan dua hari bermain dengannya sambil diantar Darryl pagi-pagi sekali. Namun hari ini keduanya tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya hingga sore tiba. Elena yang sudah agak terbiasa dengan kehadiran dua orang itu, tidak bisa menampik perasaan tidak nyamannya. Dia menjadi gelisah. Terlintas bayangan Darryl tiba-tiba di kepalanya. Apa dia merindukan pria itu? Ataukah anak dalam kandungannya yang merindukannya? Elena merasakan firasat tidak enak tentang pria itu. Perasaan cemas itu, membuat Elena terdiam beberapa saat. Dia melamun di teras sampai tak menyadari suara motor Marcell yang pulang. Pikirannya hanya tertuju pada Darryl dan Ezekiel saja. "Elena, apa yang kau lakukan di sini?" "Darryl—eh, Kakak." Elena menoleh dan menata

  • Istri Tawanan Duda Tampan   Kecelakaan

    "Apa? Apa kau gila, Elena? Kau mau anak itu menginap di rumah ini? Anak bajingan itu?""Jangan keras-keras! Dia punya nama, namanya Ezekiel." Elena berusaha sabar menjelaskan pada Marcell soal keputusannya untuk membiarkan Ezekiel menginap. Mereka berdua saat ini sedang berada di ruang tamu dan Marcell menentang keras idenya. "Lagi pula, ini hanya sehari. Besok Ayahnya akan menjemputnya.""Tidak bisa! Aku tidak suka! Bocah itu bagaimana pun adalah anak bajingan! Aku tidak mau dia tidur di sini!"Elena memejamkan matanya dan mencoba bersabar. "Dia hanya anak kecil yang tidak bersalah. Tolong izinkan, Kak. Ini juga keinginan bayiku. Dia ingin tidur dengan Ezekiel."Rahang Marcell mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat. Dia semakin kesal pada Elena yang tampaknya tidak bisa mengabaikan Darryl. Padahal wanita itu sudah berjanji tidak akan kembali. "Aku tidak tetap setuju!""Baiklah! Kalau Kakak tidak setuju, aku pergi saja dari sini! Aku akan tidur di luar!" seru Elena yang mulai jengkel

DMCA.com Protection Status