Share

Malam Pertama 1

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-09 10:00:10

Ana melangkah dengan susah payah ke dalam rumah besar itu, menyeret koper besar dengan memakai gaun pengantin indah memang bukan hal yang lazim dilakukan, tapi mau bagaimana lagi, kenyataannya Ana memang harus melakukan itu sendiri, dia tak mungkin merengek supaya seseorang membantunya membawa barang bawaannya sendiri. Harga dirinya tidak mengijinkan itu.

Sebagai artis yang saat ini banyak menerima tawaran pekerjaan, tentu saja barang bawaan yang harus dia bawa tidak sedikit, meski Ana telah berusaha menyortir barang bawaannya seselektif mungkin. Dua buah koper besar itu tentu saja membuatnya harus beberapa kali hampir terjerembab, apalagi sepatu hak tinggi yang dia gunakan juga menyulitkan gerakannya.

Setelah perjuangan yang membuat Ana harus mandi keringat di malam ini, akhirnya gadis itu sampai juga ke ruang depan, sejenak diaturnya nafas yang memburu, tapi baru saja dia mengatur napas dan mendongak ingin melanjutkan langkahnya, Ana harus m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tak Dianggap   Malam Pertama 2

    “Bu, ini malam kami berdua lagi pula-“ “Ibu tahu, ibu juga pernah muda, hanya sebentar, jangan khawatir ayahmu ada di samping ibu, jadi ibu tidak akan iri dengan kemesraan kalian berdua.” Kenapa malam ini banyak sekali menguji kesabarannya, batin Raffael dengan geram. Sekali lagi, dia hanya anak yang tidak ingin membuat sang ibu kecewa, dengan tanpa suara dia memberi tahu Bella yang membuat istrinya itu tak terima.Bella langsung menyambar gaunnya dan memakainya asal, dia akan mengikuti Raffael ke kamar Ana, enak saja mereka mau berduaan. Tapi masalah mulai terlihat saat dia tak tahu, bibi menempatkan Ana di kamar yang mana, dari sekian banyak kamar yang ada di rumahnya. sial, dengan berbagai alasan Raffael lalu mematikan sambungan sebentar dan bergegas mencari kamar Ana. Ana menatap nyalang langit-langit ruangan yang mulai malam ini akan menjadi kamarnya entah sampai kapan, malam pengantin yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Istri Tak Dianggap   Kebencian 1

    Sekarang hanya ada mereka berdua di kamar ini. Ada rasa senang takut yang Ana rasakan. Dia mencintai Raffael. Sungguh, dan sangat senang ada di dekat laki-laki itu. Akan tetapi wajah marah itu membuat Ana sedikit takut, dia tak menyangka tindakannya yang ragu-ragu tadi akan mendatangkan masalah. Ana melihat Raffael menggelengkan kepalanya, lalu dengan langkah tegas laki-laki itu menarik baju tidur yang dia kenakan, Ana berusaha mempertahankan baju itu, bagaimanapun dia merasa tak nyaman dengan perlakuan Raffael. “Bukankah ini yang kamu inginkan, Jalang!” Ana tak dapat mengelak lagi, bagaimanapun dia hanya seorang perempuan dan jelas akan kalah jika adu tenaga dengan Raffael. Ana bisa merasakan bibir Raffael di sekujur tubuhnya, awalnya memang sangat kasar dan membuat Ana harus menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak menjerit kesakitan, dia yakin besok pagi bekasnya tidak akan hilang, tapi perla

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Istri Tak Dianggap   Kebencian 2

    “Mbak Ana memang sebaik yang saya lihat di sinetron,” kata si bibi. “Di sinetron saya hanya mengikuti skrip, bi.” “Iya tapi tetap saja bibi sejak dulu ngefans dengan Mbak Ana, aktingnya itu loh buat saya terpukau.” Ana langsung tertawa mendengarnya, berbicara dengan orang yang mengaku penggemarnya memang selalu mampu menaikkan kepercayaan dirinya. “Jadi boleh nggak nih saya bantu, Bi.” “Boleh saya malah senang, nanti bisa pamer ke medsos kalau masak bareng artis.” “Bibi bisa saja, kan memang kerja di rumah artis, ya sudah tentu masak bareng artis lah.” Bibi kembali tersenyum tapi tidak mengatakan apapun, tangan itu dengan terampil mengambil bumbu-bumbu yang akan dimasak, Ana yang memang berniat membantu langsung mengambil bahan itu dan membersihkannya dengan cekatan juga, membuat si bibi bengong melihatnya. “Kenapa, Bi?” tanyanya tak mengerti. “Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Istri Tak Dianggap   Dinding Kegelapan 1

    Ana takut sendiri. Sejak kecil dia sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya, mereka pergi menghadap Tuhan tanpa mengajaknya untuk ikut serta, tapi tetap saja sendiri tak pernah menjadi hal yang dapat ditolerir, apalagi di tempat gelap seperti ini.Waktu itu Ana masih duduk di bangku kelas lima SD, karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil, Ana memutuskan untuk menuju toilet setelah pulang sekolah, tapi sialnya pintu kamar mandi yang dia gunakan tiba-tiba tak bisa terbuka, Ana panik padahal sekolah sudah sepi, bukan hanya itu karena keadaan di dalam toilet agak gelap Ana tak sengaja menginjak kalajengking dan bisa dipastikan kalajengking itu marah dan menggigit Ana. Meski akhirnya seseorang berhasil menemukannya dan membawanya ke rumah sakit, tapi bayangan mengerikan itu tak pernah hilang. Sekarang dia ada di ruangan gelap dan kotor ini, tempat berbagai macam binatang berkumpul dan dia ... sendiri. Padahal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Istri Tak Dianggap   Dinding Kegelapan 2

    Adam hanya tersenyum kecut, andai saja dia punya sedikit saja keberanian, pasti sekarang dia sudah punya hubungan spesial dengan Ana.“Sudahlah jangan mengasihani dirimu sendiri, aku bisa membantumu mengenalkan pada wanita yang tepat.” “Saya baik-baik saja dan bisa mencari sendiri,” kata Adam sedikit kesal dengan ejekan atasannya. “Baiklah... baiklah, terserah kamu saja, sekarang kamu terpaksa harus mengganggu pengantin baru kita sekedar untuk mencocokkan jadwal.” “Apa boleh buat, kita tak mungkin menerima semua pekerjaan ini tanpa persetujuan Ana.” Adam mengangguk sebentar,  lalu keluar setelah menerima daftar panjang permintaan kerja sama itu. Sejenak dia ragu tapi tak bisa mundur, dia harus segera mendapatkan persetujuan Ana, dia menghubungi Ana melalui ponselnya, tapi sudah sepuluh panggilan dia lakukan dan puluhan pesan singkat dia kirimkan tapi tak ada satu pun yang dibalas, padahal ponselnya aktif. 

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Istri Tak Dianggap   Pilihan Sulit 1

    Jarak yang tadi dilaluinya tak lebih dari lima menit sekarang terasa sangat panjang dan menyiksa, Adam membelokkan mobilnya dengan serampangan dan melajukannya secepat yang dia bisa ke rumah itu kembali. Gerbang rumah yang kokoh menjulang itu seolah mengejeknya yang tak sanggup melindungi Ana, ingin rasanya Adam menabrak pintu gerbang itu langsung dengan mobilnya, tapi syukurlah akal sehat kembali pada saat yang tepat dan proses itu terulang lagi, perdebatan dan ancaman tak bisa lagi dihindarkan, meski sekarang agak lebih lunak karena tadi terbukti laki-laki di depannya itu tidak membuat keributan... belum. Lolos dari satpam di pintu gerbang, kembali Adam memacu mobilnya dan memarkirkannya asal sebelum berlari ke arah rumah megah itu, dipencetnya bel pintu dengan brutal. “Sudah saya bilang Mbak Ana tidak ada- eh anda mau kemana? Anda tidak bisa masuk rumah orang seenaknya.” Cegah pelayan yang membukakan pintu itu, tapi mana mau Adam menuruti omongannya, rasa marah dan juga cemas

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Istri Tak Dianggap   Pilihan Sulit 2

    Tidak masuk akal, bagaimana mungkin wanita itu akan mati hanya kerena dikunci di gudang? Memangnya dia selemah itu, batin Raffael. Dilihatnya lagi foto-foto itu, memang wajah Ana terlihat sangat pucat, apa dia sudah keterlaluan? Bagaimanapun dia tidak bermaksud membunuh Ana, dia hanya ingin memberikan pelajaran saja pada wanita itu.“Ada apa, Raf?” tanya Bella yang melihat Raffael memandang ponselnya dengan wajah tegang. “Aku harus pulang sebentar, sepertinya Ana hampir mati di gudang, aku akan kembali setelah mengurus semuanya.” “Itu pasti akal-akalannya saja untuk menarik simpatimu,” kata bella ta suka dengan ide Raffael itu. “Ini sudah hampir lewat jam makan siang, kita sudah terlalu lama mengurungnya di gudang memang, akan sangat merepotkan kalau terjadi sesuatu padanya.” Dengan berat hati Bella membiarkan Raffael pergi. “Cepat kembali setelah semua beres, aku membutuhkanmu di sini,” katanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Istri Tak Dianggap   Yang Terlupa 1

    “Saya tidak yakin Mbak Ana memang berniat mencelakai Nyonya, Tuan,” kata sang bibi saatRaffael duduk menunggu Ana yang masih saja tertidur pulas itu.Rasa bersalah pada Ana dan juga masih adanya rasa kemanusiaan yang dibilang Adammembuat Rafael duduk diam di sofa kamar Ana ini, dia tahu Ana sudah baik-baik saja, tapihatinya tak tenang mengingat ini terjadi karena kecerobohannya, dan tentu saja dia inginbertanya pada Ana apa tujuannya melakukan semua ini, tapi ucapan koki rumahnya inimembuat Raffael terusik.“Apa maksudmu, aku tahu dari Bella kalau kalian mulai akrab, jangan mentang-mentang diamau membantumu di dapur kamu membelanya.”“Bukan begitu, saya hanya mengatakan fakta yang ada, coba tuan pikir dari mana Mbak Anatahu kalau Nyonya alergi udang. Wartawan tidak pernah mengetahui itu semua, bahkan ibuanda sendiri juga tidak tahu, hanya keluarga nyonya, anda, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10

Bab terbaru

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Indah pada Waktunya

    “Jangan cepat-cepat jalannya, asistenku sudah mengurus semuanya.” Sofi tidak pernah membayangkan akan berada di posisi ini, jika ada orang yang mengatakan hal ini satu tahun yang lalu Sofi pasti langsung mengatakan orang itu sedang mabuk. Operasi tangannya emang berhasil dengan baik, dia bisa bermain biola lagi dengan baik, beberapa event baik di dalam dan di luar negeri telah dia ikuti, seperti impiannya. Dan bagi Sofi itu sudah cukup, bahkan tidak ada penyesalan di hatinya saat tiga bulan yang lalu dia memutuskan pansiun dini dan hanya akan menerima permintaan bermain biola saat event itu tak jauh dari kediaman mereka. Dia memang memutuskan memberi kesempatan pada dirinya dan Romeo untuk bisa bersama. Laki-laki itu memang telah membuktikan ucapannya, perhatian yang Sofi inginkaan dari sang suami sekarang bukan hanya impian, bahkan Romeo sangat protektif padanya, apalagi sejak sebulan yang lalu Sofi dinyatakan hamil. Laki-laki itu bahkan mekad menyetir dari Bandung setelah syuti

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kesempatan

    “Kamu apa kabar?” Deg. Rasanya seperti mimpi mereka jalan berdua melintasi pematang sawah dan Romeo berbicara lembut padanya. Ingat ya lembut bukan kasar seperti biasanya dan tanpa senyum sinis yang menghiasi bibirnya. Ah mungkin karena Ara sudah menjelaskan semuanya dan hubungan mereka toh akan berakhir setelah dia menandatangani surat cerai itu. “Ehm ba.. baik.” Sofi merutuki dirinya sendiri kenapa harus gagap sih. Mereka kembali diam menyusuri pematang sawah sambil sesekali Sofi membantu Romeo yang hampir jatuh karena tak biasa berjalan di sawah, sebelum sampai ke rumah orang tua Sofi Romeo mencekap tangan sang istri lalu berkata. “Kita harus bicara.” Inilah saatnya. Sofi mengangguk. “Iya, tapi ibu sudah memanggil, makanlah dulu meski menunya mungkin tak sesuai seleramu.” Sejujurnya Sofi belum siap mendengar kata cerai dari mulut Romeo, dia sudah berusaha menguatkan hati sejak kembali ke rumah orang tuanya tapi saat berhadapan dengan Romeo langsung nyalinya menjadi ciut.

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kunjungan

    Sudah satu bulan Sofi tinggal di rumah orang tuanya. Kota kecil yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Dan Sofi merasa hidupnya lebih tentram dan damai meski rasa rindu pada sosok sang suami yang tak pernah mengharapkannya kian meninggi. Romeo sudah sadar dan sudah kembali beraktifitas. Dari mana Sofi tahu tentu saja mama mertunya yang setiap hari menghubunginya, dan mengatakan kabar Romeo pada Sofi, beliau bukannya tidak meminta Sofi untuk kembali tapi dengan halus Sofi menolak apalagi saat infoteiment mengabarkan kalau Ara sudah ditemukan dan beberapa kali Ara juga terlihat bersama Romeo. Sofi ikut bahagia jika mereka bersama, bukankah itu yang seharusnya terjadi, sejak awal dia hanya orang luar yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya, meski tak bisa dipungkiri hatinya begitu sakit. Dia hanya harus lebih menguatkan hati jika sewaktu-waktu menerima kiriman surat cerai dari Romeo. “Bagaimana persiapan penampilan anak-anak bu Sofi... b

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    Hal pertama yang dilihat Sofi saat membuka mata adalah semua putih dan bau tajam obat-obatan menusuk hidungnya. “Kamu sudah sadar, Nak?” Sofi menoleh dan mendapati mama Ara ada di sana, Sofi berusaha bangun tapi saat tak sengaja dia bertumpu pada tangannya dia mengernyit kesakitan. “Hati-hati tanganmu terluka parah.” Sofi ingat tusukan itu dan darah yang merembes keluar, begitu deras bercampur dengan ... darah Romeo. “Romeo bagaimana dia tante?” tanya Sofi begitu ingat kejadian malam itu, Romeo yang tak bergerak meski dia berteriak memanggil namanya. “Dia baik-baik saja kan?” “Tenanglah, dia sudah ditangani dokter, sekarang operasinya masih berlangsung,” kata wanita itu dengan senyum menenangkan. “Dimana?” Mama Ara langsung menggeleng dan menatap luka di tangan Sofi. Sofi mengikuti pandangan itu dan tangannya berdenyut begitu sakit sampai dia menyadari sesuatu... tapi sebelum dia bertanya pintu ruangan terbuka dan beberapa orang berpakaian dokter melangkah masuk. “Apa yang terj

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Awas

    Ternyata ke pesta bersama Romeo tak sehoror yang Sofi bayangkan. Paling tidak laki-laki itu memperlakukannya dengan baik meski Sofi tahu kalau itu hanya pencitraan saja. Yup tentu saja Romeo sang bintang yang tengah bersinar tidak akan sudi kalau nama baiknya akan tercemar lagi, apalagi perusahaan papanya juga pasti terkena dampaknya. “Jangan salah paham aku hanya tidak ingin nama baikku dan keluargaku hancur.” Tuhkan benar dugaan Sofi. Saat ini mereka memang sudah kembali berkendara meninggalkan pesta, dengan Romeo sendiri yang menyetir mobilnya, tanpa didampingi asisten atau bodyguard seperti b iasanya. Hal yang tadi sempat menjadi perdebatan dengan orang tua laki-laki itu di telepon. Sofi baru menyadari kalau menjadi orang kaya itu tidak selalu menyenangkan, bayangkan saja kalau hanya ingin pergi sebentar harus dikawal beberapa orang. Hah! “Aku tahu,” jawab Sofi sambil menunduk menatap kuku jarinya yang entah kenapa jadi lebih menarik. Tak dipungkiri ada sedikit rasa bahag

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Puas

    “Siapkan dirimu untuk menghadiri undangan ini besok.” Sofi menatap kertas undangan mewah yang dilemparkan Romeo padanya, dia baru saja mandi dan akan naik ke tempat tidur saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan sosok Romeo masuk tanpa perlu repot-repot mengetuk pintu atau mengucap salam. Untung saja aku tidak sedang ganti baju, batin Sofi. Status mereka memang suami istri tapi Sofi seperti masih berada di kamar kosnya yang dulu, serba tak peduli. “Apa aku harus ikut?” tanya Sofi nekad saar Romeo sudah membalikkan badannya, bukan apa-apa sih dia sangat mau memang untuk mendampingi laki-laki itu ke sebuah pesta, tapi masalahnya Romeo terlihat sangat membencinya, dan terlihat tak sudi bercakap-cakap dengannya bisa mati gaya dia datang terus dicuekin semua orang. “Mama yang minta,” kata Romeo seolah menjelaskan segalanya. “Apa beliau juga datang?” Mata Romeo langsung menyipit curiga membuat Sofi kesal. Segitunya dia hanya memastikan nanti ada orang yang dia kenal. “Aku tidak tah

  • Istri Tak Dianggap   Sesi2: Talak?

    “Kemasi semua barang-barangmu.” Mata Sofi langsung melebar saat mendengar perintah Romeo, dia hanya menatap laki-laki itu dengan pias. Apa lagi salahnya sekarang? Apa Romeo akan menceraikannya sekarang? Padahal baru saja dia berniat mengikuti saran mama mertuanya. “Kenapa? Apa Ara sudah kamu temukan?” tanya Sofi dengan dada bergemuruh kencang. “Bukan urusanmu.” Dan laki-laki itu langsung keluar kamar, Sofi terdiam ditempat benarkah ini akhir dari pernikahan mereka, dan sebentar lagi dia akan menyandang predikat janda. Sofi sudah memegang handle pintu, apa dia harus bercerita pada mama mertuanya? Tapi... Sofi menggeleng pelan, apa enaknya memiliki orang yang jelas-jelas tak mau kita miliki apalagi alasan pernikahan mereka sudah tidak ada lagi jika Ara sudah kembali. Dia bukan Ana yang mau saja menjadi istri kedua meski bukan keinginannya. Sofi menghela napas panjang dan membuka lemari pakaian, mengambil baju-bajunya yang beberapa hari lalu baru saja menjadi penghuni lemari ini d

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    “Dimana?” Mata Sofi membulat saar mendengar suara di ujung sana, tentu saja dia mengenali suara Romeo dengan baik, dia tadi sempat tak percaya nomer Romeo yang sudah lama dia simpan tiba-tiba menghubunginya. “Ehm.... ini siapa?” rasa marah membuat Sofi tidak ingin langsung menjawab. “Kamu tahu siapa aku,” kata orang diujung sana. Sofi menghela napas. “Baiklah aku matikan jika bukan hal penting.” Sofi menatap ponselnya, ada godaan untuk menonaktifkan ponselnya, tapi ada juga rasa penasaran kenapa laki-laki itu tiba-tiba mencarinya, apakah dia sedang ada masalah? Ah sial kenapa dia masih peduli padanya? Bukankah Romeo sama sekali tidak menginginkannya, bahkan laki-laki itu juga menghinanya padahal dia hanya berniat membantu. Tak lama ponselnya kembali berdering dan nomer yang sama kembali menghubungi, Sofi hanya menatap layar ponselnya, hatinya masih bimbang lalu meletakkan ponsel itu lagi, tak lama panggilan itu berhenti. Sofi menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya di r

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kecewa

    Air mata Sofi menetes membasahi pipinya. Bukan hanya karena dagunya yang dicengkeram erat oleh Romeo tapi juga kata-kata kasar penuh hinaan dari laki-laki itu. Sampai kapan dia harus seperti ini. “Sudah aku bilang bukan jangan pedulikan aku, jangan pernah berharap menjadi istriku yang sebenarnya.” Setelah berkata begitu Romeo menyambar kemeja yang tadi malam dia pakai dan memakainya dengan cepat sebelum pergi dari kamar itu tak lupa membanting pintu kamar. Sofi langsung tersenyum begitu pintu kamar dibanting, meski air matanya menetes dengan deras. “Memangnya apa yang kamu harapkan, Sof. Menoleh padamu saja dia tidak sudi,” gumam Sofi.Dengan kasar Sofi mengusap air matanya, dia lalu beranjak dari atas ranjang. Sudah tak ada gunanya di sini. Orang yang ingin dia lindungi malah menuduhnya dengan keji. Sejenak Sofi menatap bayangan wajahnya di dalam cermin dan yang menatap balik di sana hanya wanita menyediihkan dengan mata bengkak dan dagu memerah juga rambut yang awut-awutan

DMCA.com Protection Status