Lea menatap rumah yang masih sangat asing baginya, rumah itu penuh dengan banyak penjaga di sekitarnya. Lius menatap istrinya, ia tahu jika Lea saat ini merasa tak nyaman.
“Kita turun?”
“Rumah siapa ini? Kau bilang kita akan pulang ke rumah?” menatap sinis Lius.
Lius bukannya marah malah tersenyum pada Lea, ia bahkan membelai puncak kepala Lea. Sesuatu hal yang tak pernah ia lakukan selama mereka menikah.
“Turunlah, kau akan tahu ini rumah siapa.”
“Jangan macam-macam, Lius. Kau berniat mengurungku lagi?”
Lius pada akhirnya merasa kesal dengan semua ucapan istrinya, ia pun berinisiatif keluar lebih dulu dan membuka pintu mobil untuk Lea.
“Turun.” Serunya dengan nada tak ingin di bantah.
Dengan terpaksa Lea menuruti suaminya, ia turun dan berjalan berdampingan dengan suaminya masuk ke dalam rumah.
Sekar sedang berdebat dengan Rania saat seseorang memanggilnya.
Pagi-pagi sekali Lea sudah menyelesaikan masakan untuk warung makan, terlihat beberapa anak buah Lius juga tengah mengangkat beberapa menu masakan untuk di pindahkan ke mobil.“Tolong hati-hati, ini berkuah.” Pesannya pada seorang anak buah.Lea menatap kepergian mobil yang membawa masakannya, tak lupa ia juga mengirim pesan pada Sania jika masakan sudah di antar.Selanjutnya Lea segera menyiapkan makanan untuk sarapan keluarganya, tak banyak yang disiapkan sebab mereka semua hanya menyantap roti di pagi hari.“Lea, sedang apa?”Sekar turun dengan wajah fresnya, nampak cantik walau tanpa polesan make up.“Pagi, Mommy.”Sekar memeluk dan mencium Lea dengan penuh sayang, “ Pagi juga menantuku sayang.”Semua orang nampak menikmati makanan masing-masing, namun tidak dengan Lea. Wanita itu nampak murung tak seceria biasanya.“Mom, aku harus pergi sekarang. Aku mungkin akan
Sekar menunggu obat dengan gelisah, ia takut Lea sadar dan mencarinya. Berkali-kali Sekar terlihat menggoyangkan kakinya. "Kenapa lama sekali," gerutunya. Dan tak lama ia pun mendengar nama Lea di panggil. Buru-buru Sekar kembali ke UGD, ia takut Lea mencarinya. "Habis ini mau langsung pulang?" Sekar menghentikan langkah kakinya, ia mengenal betul suara itu. Ia mencari ke kanan dan ke kiri, dan kini matanya terkunci pada dua orang yang ada di sebrangnya. "Boleh aku makan dulu, sepertinya dia menginginkan seafood." dengan suara manja. "Adelius," gumam Sekar menahan emosi. Lius tersenyum sambil membelai kepala Lisa, nampak ia begitu menyayangi wanitanya. "Bagaimana bisa dia berbuat seperti ini?" Sekar hendak mendekati keduanya, namun ia berhenti saat Lius berbincang dengan seorang dokter laki-laki. Nampak Lius juga dokter tersebut saling mengenal, keduanya mengobrol dengan begitu santai. "Dijagain istrinya, anak pertama kan bro ini." Lius tersenyum malu, ia menatap Lisa yan
Rania duduk termenung seorang diri di ruang kerjanya, rasa bersalah membuatnya tak leluasa dalam bertindak. Ia memikirkan adiknya, Lio. Ia memikirkan bagaimana reaksinya saat tahu jika Lea kembali lagi dengan Lius.“Bagaimana kalau dia tahu, aku yang ada di belakang Lius?”Rania menjambak rambutnya frustasi, ia tak memiliki alasan dibalik tindakannya.Raisa benar-benar merasa bersalah, ia telah mengkhianati kepercayaan Lio yang juga adalah adiknya. Sudah tiga hari ini Lio tak menghubunginya, ada rasa lega juga cemas datang secara bersamaan.Raisa takut, alasan Lio tak menghubunginya adalah karena ia sudah tahu dengan apa yang diperbuatnya.“Kenapa jadi rumit gini sih,” kesalnya.-Lio tengah menikmati suasana sore kota dari tempatnya menginap, begitu damai juga sejuk udara. Namun tiba-tiba bayangan wajah Lea menari-nari dalam ingatannya.“Suasana disini cocok untuk ibu hamil,” gumamnya.
“Dari mana kau tadi pagi sampai siang?” Lius panik, ia tak ingin seorangpun tahu apa yang sudah dilakukannya. Ia pun dibuat gelagapan ketika menjawab pertanyaan ibunya. “Ten-tu aja kerja, Mom.” Sekar menangis, ia menangis mendengar jawaban putranya. Lius terkejut, ia segera bangkit dan berusaha memeluk ibunya. Namun Sekar malah menghindar, ia menepis tangan Lius yang ingin merengkuhnya. “Mom?” Lius panik, ia menatap ibunya yang kini tengah memunggunginya. Ia mencoba mendekat namun selalu saja menghindar. “Katakan, apa salah istrimu? Mommy salah apa juga ?” Lius semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan ibunya, ia hanya mendengarkan ibunya. Sekar marah besar, ia tak terima di bohongi di depan mata. Ia tak tahu harus bagaimana, ia takut Lea tahu dan kembali pergi seperti dulu. Namun ia terlanjut kecewa dengan sikap putranya. Sekar mengatakan semua yang mengganjal di hatinya sedari tadi, ia meluapkan semua emosi yang dipendamnya. Lius terkejut, ia tak menyangka ibunya akan
Rania menarik adiknya masuk ke dalam kamarnya, ia mendorong Lius hingga terjungkal. Rania marah, ia tidak terima dengan apa yang adiknya lakukan. “Bagaimana bisa kau sebodoh ini, Lius!” Rania mengusap kasar wajahnya, ia begitu kesal dengan tingkah adiknya. “Aku membantumu menemukan Lea bukan untuk kau siksa lagi.” “Aku tidak menyiksanya, aku hanya memberinya perlajaran.” “Pelajaran katamu, kau memukulnya barusan dan aku melihatnya dengan kedua mataku.” Teriaknya. “Aku memang memukulnya, tapi aku punya alasan.” “Katakan.” Lius menceritakan jika ia merasa marah ketika mengetahui istrinya memiliki teman laki-laki tanpa sepengetahuannya. Ia marah dan tak terima dengan hal itu. Rania benar-benar tak habis pikir dengan adiknya, bagaimana ia bisa berbuat kasar untuk suatu alasan yang tak masuk akal. Tak bisa berkata-kata, Rania memilih untuk duduk menenangkan dirinya. Namun sesaat ia teringat dengan cerita ibunya, tentang apa yang dilakukan Lius di belakang istrinya. “Kau masih be
Lio kembali, ia sudah tiba kembali di negaranya. Laki-laki itu begitu bahagia hingga senyum tak luntur dari wajah tampannya.Toni memandangi tuannya dengan begitu lega, pada akhirnya ia bisa membuktikan jika tuannya itu laki-laki normal.“Kita langsung ke rumah besar, atau mau ke suatu tempat dulu,Tuan?”“Tidak, kita langsung pulang dulu. Aku merindukan, Mommy.”Hening tak lagi ada percakapan, dalam sisa perjalanan itu semua nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.Hari sudah beranjak siang, sinar mentari begitu terik menyilaukan mata. Lio nampak begitu bersemangat kali ini, seakan semua berjalan dengan semestinya.“Kita sudah tiba, Tuan Muda.”Lio tersenyum, rumah itu nampak sepi. Dengan begitu riang, ia turun dan melangkah masuk ke dalam rumah.Seorang pelayan menyambutnya dengan begitu hangat, mengambil alih semua buah tangan yang ada di tangan Lio.“Dimana, Mommy?”
Setelah bertengkar dengan Rania, Lius memutuskan untuk segera pergi dari rumah. Ia tak bisa kembali ke kamarnya dan bertemu dengan Lea, ia tak ingin lepas kendali dan menyakitinya lagi. Namun selama di kantor, sama sekali ia tak bisa mengerjakan apapun. Pikirannya terus berputar pada Lea, istrinya. Lius memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan dan menemui Lea. Saat di tengah jalan, ia melihat toko bunga. “Sebaiknya aku beli bunga, hitung-hitung membayar kesalahanku pagi tadi.” Gumamnya. Lius pun segera menepikan mobil dan turun menemui penjualnya. Rangkaian mawar merah menjadi pilihan Lius, ia sudah begitu tak sabar memberikan bunga yang cantik itu pada istri cantiknya. “Lius?” Lisa tiba-tiba muncul dan mengejutkan Lius, wanita itu berdiri tepat di depan Lius. “Lisa? Kau dengan siapa kesini?” menatap kesekitarnya. Lisa tersenyum, matanya mengikuti arah pandang Lius. “Aku sendiri, entah kenapa aku ingin sekali membe
Sekar mendengar teriakan dari kamar putranya, itu adalah suara Lea. Ini kali pertama ia mendengar teriakan itu.“Apa aku egois kalau menginginkan Lea menjadi menantuku,” sendunya.Tak berapa lama ia kembali mendengar teriakan, namun kini bukan Lea melainkan Lius putranya. Lius berteriak meminta tolong, hal itu membuat Sekar teringat dengan kandungan menantunya.“Lea,” serunya, berlari menaiki anak tangga dengan begitu tergesa-gesa.Lio mendengar teriakan itu, kakinya ingin sekali berlari menghampiri namun logika menahannya untuk tetap diam.“AKh!” amuknya.Lea jatuh tak sadarkan diri, wajahnya tiba-tiba berubah pucat dengan air mata terus mengalir di pipi. Sekar masuk , ia terkejut melihat Lea sudah lemas tak sadarkan diri.“Apa yang kau lakukan padanya, Lius!” Sekar mendorong tubuh putranya dengan begitu kasar.Sekar menepuk pipi Lea dengan begitu pelan, ia menghapus jejak air ma