“Nyonya!” panggil Dion yang kembali menjadi Steven kala masuk ke kamar Venus. Emerson sudah ada di dekat Venus tapi ia hanya diam saja.“Ada apa, Em?” tanya Steven pada Emerson yang hanya bisa menggeleng lalu menoleh pada Venus. Venus sedang ada di balkon kamarnya menangis sendirian. Steven lalu berjalan mendekat hendak bertanya ada apa tapi Venus berbalik cepat. Dia seakan mengetahui jika Steven sudah datang.“Steve,” sebut Venus dengan nada lirih. Steven mendekat dan ingin bertanya. Namun, Venus langsung memeluknya. Steven perlahan menurunkan tangan dan memeluk Venus juga. Emerson yang ikut melihat saat Venus memeluk Steven jadi salah tingkah. Ia berbalik seraya mengusap bagian belakang kepalanya lalu bergegas menuju pintu. Lebih baik ia menjaga pintu saja jangan sampai ada yang masuk.“Apa yang terjadi, Venus?” tanya Steven pelan. Venus makin mengeratkan pelukan pada Steven dan terisak.“Kamu ke mana? Aku mencarimu dari tadi,” tanya Venus dengan nada terisak.“Aku ... Aku keluar se
Semalaman Rex Milan tidak keluar dari ruang kerjanya demi membaca seluruh file tentang Steven Alexander yang menjadi pengawal pribadi Venus. Foto terbaru Steven adalah ketika wajahnya memang sudah cacat karena ia kehilangan semua identitasnya pada sebuah kebakaran.“Pasti ada yang aneh dengan pria ini. tapi apa?” gumam Rex Milan yang sudah lelah membolak-balikkan dokumen tersebut tapi tak ada yang didapatkannya. Akhirnya, Rex Milan melemparkan dokumen yang diberikan oleh NLE Black dengan rasa dongkol.“Aku sudah bilang jika Steven itu hanya orang biasa. Memangnya apa yang kamu cari, Tuan?” tegur NLE Black mendekati meja kerja Rex Milan.“Jika Venus tertarik padanya, mungkin mereka saling mengenal di masa lalu.” NLE Black langsung berdecap dan menggeleng.“Itu tidak mungkin. Steven itu cuma pendatang dari Singapura. Dia mencari pekerjaan di New York dan bertahan hidup dengan menjadi penjaga toko sampai ia memiliki cukup modal untuk membuat usahanya sendiri. Dia menikah, punya anak lalu
“Aku akan kembali pagi-pagi sekali.” Steven pamit pada Emerson di depan rumah Wilson. Ia harus pulang untuk berganti pakaian lalu membawa perbekalan ke rumah itu lagi. Kali ini ia mungkin akan menginap lebih lama karena hubungannya dan Venus sudah kembali dekat.“Em, jangan lupa soal mobil itu,” ujar Steven mengulang lagi soal mobil Rex Milan yang dicuri oleh teman-teman Emerson sebelumnya. Emerson langsung mengangguk.“Aku akan memberikannya padamu besok. Pagi-pagi ... sebelum jam tujuh?” Steven mengangguk cepat lalu menyalakan mobilnya. Ia mengendarai mobilnya lewat tengah malam ke rumahnya. Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti, barulah Steven keluar dari mobilnya.“Dion!” Steven alias Dion berhenti. Ia menoleh pada Seth alias Arion yang tiba-tiba muncul dari kegelapan.“Apa yang kamu lakukan di situ? Kamu mengagetkanku, Arion!” sahut Dion dengan kening mengernyit.“Aku menunggumu. Ada yang harus aku bicarakan.” Arion tidak menunggu persetujuan Dion. Ia berbalik dan kembali k
“Kok Mas Dion berpikir seperti itu? Maksud Mas apa?” tanya Cindy dengan sikap yang jauh lebih gugup dari sebelumnya. Dion menarik napas sedikit panjang dan bersikap lebih santai. Ia tidak ingin Cindy merasa tertekan dengan pertanyaan yang diajukannya.“Begini, Cin. Mas lihat kamu dan Sebastian sudah sangat dekat. Mas tidak ingin kamu jadi terbawa suasana dan merasakan yang tidak seharusnya. Sebastian Arson dan Rex Milan Wilson bukan orang baik. Mereka sudah merusak rumah tangga Mas Dion dan Mbakmu. Mereka juga yang sudah membunuh Mas Brema hingga tewas,” ujar Dion mulai menjelaskan dengan nada intens.“Brema dan Mila meninggalkan seorang anak yang sudah jadi yatim piatu sebelum usia lima tahun, Cin. Sangkala itu seumuran Kale, Cindy. Tapi dia sudah kehilangan ayah dan ibunya,” imbuh Dion lagi. Cindy tampak seperti menyesal dengan menundukkan wajahnya.“Yang Mas lakukan sekarang adalah menuntut keadilan yang gak bisa Mas dapatkan dari tangan hukum. Kamu lihatkan seperti apa Mas menuntu
“Papa!” Dallas menepuk-nepuk pipi Dion sampai ia terbangun. Dion celingukan kaget lalu bangun dan menyengir senyum.“Papa!” sebut Dallas dengan bahasa cadelnya. Bocah yang belum genap dua tahun itu sudah bangun lebih awal dari ayahnya.“Dallas, kamu kok cepet banget bangunnya, Nak. Ini sudah jam berapa?” Dion mengecek jam meja dan masih terlalu pagi untuk Dallas bangun. Kakaknya Kale masih terlelap di tempat tidurnya.“Kamu kenapa, Sayang? Kamu haus atau mau pipis? Coba Papa periksa popoknya!” Dion pun bangun dan memeriksa popok Dallas yang sudah penuh dan membuatnya tidak nyaman. Dengan senang hati, Dion menggendong untuk mengganti popok Dallas yang memeluknya.“Kangen Papa gak? Kamu kangen Papa gak?” Dion menggelitiki Dallas yang terkekeh kecil lalu menepuk-nepuk pipinya. Setelah mengganti popok, Dion meletakkan Dallas kembali ke tempat tidurnya agar ia bisa meneruskan tidur.“Papa!” rengek Dallas tidak ingin berpisah. Ia mulai merengek dan membuat keributan.“Papa harus pergi, Saya
“Aku adalah suamimu, Venus. Aku ingin bermesraan denganmu, Sayang.” Rex Milan menyahuti Venus yang marah dengan perilakunya. Venus masih terus mendorong lengan Rex Milan melepaskan dari dekapannya.“Aku tidak mau, aku mau pergi!” Venus separuh memekik. Steven pun tidak menunggu waktu lama untuk memisahkan Venus dari Rex Milan. Pemandangan aneh langsung terjadi saat Steven menyembunyikan Venus di balik tubuhnya seolah Venus adalah miliknya.“Tolong menjauhlah dari Nyonya Venus, Tuan Wilson. Dia sudah ketakutan menghadapimu!” ucap Steven seraya merentangkan tangannya ke depan. Rex Milan ikut berdiri dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Jika mengamuk maka Venus akan semakin jauh darinya tapi perilaku yang ditunjukkan oleh Steven memang sangat memancing emosi.“Apa kau tahu siapa dirimu, Steven? Kau cuma seorang pengawal!” hardik Rex Milan.“Aku tahu. Tapi Nyonya Venus Harristian adalah subjek pengawalanku!”“Venus Wilson ... namanya Venus Wilson!” teriak Rex Milan mengamuk. Stev
Venus kembali ke ruang perawatannya setelah menjalani pemeriksaan. Steven tetap mendampinginya sampai dokter Jason Thorn menyelesaikan pemeriksaannya.“Aku sarankan agar Nyonya Venus tetap beristirahat di rumah sakit untuk dua sampai tiga hari. Setidaknya sampai pikiran dan tubuhmu tidak lagi stres,” ujar dr. Jason Thorn memberikan penjelasan dengan senyuman ramah pada Venus. Venus ikut tersenyum seraya berbaring di tempat tidurnya yang nyaman.“Aku rasa aku akan bosan jika di rumah sakit saja, Dokter.” Venus berkata ikut membalas senyuman. Jason tersenyum lalu melirik pada Steven.“Steven bisa menemanimu kurasa. Dia pria yang baik,” ujar Jason malah memuji Steven di depan Venus. Venus ikut tersenyum melirik pada Steven dan terkekeh kecil.“Kamu benar.”Kening Steven sedikit mengernyit tapi ia tampak malu-malu. Tak berapa lama, Jason pun keluar meninggalkan Steven dan Venus di ruangan itu berdua saja. Tangan Venus langsung meraba tangan Steven dan mengaitkan jemarinya.“Apa kamu akan
Rex Milan mondar-mandir di ruang kerjanya dengan perasaan dongkol sekaligus resah. Kehadiran Steven sebagai pengawal pribadi Venus tidaklah memberikan keamanan. Justru sebaliknya, ia merasa tidak aman.“Tuan?” panggil NLE Black yang masuk ke ruang kerja tersebut. Rex Milan masih menghadap ke arah balkon dengan sebelah tangan memegang kepalanya.“Nel, aku ingin kamu membatalkan kontrak Steven sebagai pengawal Venus. Aku mau mencari orang lain saja,” ujar Rex Milan memberikan perintahnya. NLE Black mengernyit tak mengerti.“Aku dihubungi oleh Nyonya Venus beberapa saat lalu tentang kontrak Steven dan Emerson. Dia meminta agar mereka berdua dikontrak dengan Nyonya Venus sebagai subjek pengawalan dan orang yang akan menggaji. Aku diminta mengubah kontrak lama,” jawab NLE Black menjelaskan situasi yang terjadi.Spontan Rex Milan berbalik. Ia tidak menyangka jika Venus bergerak lebih cepat. Rex Milan mengira jika Venus hanya mengertak saja.“Batalkan! Jangan menerimanya!” sahut Rex Milan ba