“Saksi pembunuhan? Tidak. Dia tidak pernah menjadi saksi pembunuhan,” ujar Rex Milan dengan kening mengernyit. Dokter itu mengangguk.“Bisa jadi dia sedang kebingungan sehingga banyak hal yang ia paksa ingat dalam waktu yang bersamaan.” Dokter itu mencoba memberikan analisisnya.“Apa ingatannya sudah kembali, Dokter?” Rex Milan kembali bertanya untuk meyakinkan.“Belum sepenuhnya. Mungkin yang muncul adalah potongan-potongan ingatan saja. Tidak ada yang mengetahui pasti kapan semua ingatan akan kembali.” Rex Milan diam memperhatikan dengan wajah gusar.“Tuan Wilson, alasanku memanggilmu kemari adalah untuk memintamu bersabar dengan kondisi Istrimu. Jangan memaksanya melakukan apa pun yang bisa membuatnya tertekan. Jika tidak hati-hati, ingatannya bisa tidak kembali,” ujar dokter itu menjelaskan. Rex Milan hanya diam dan mengangguk.“Terima kasih, Dokter.”Sepulang dari rumah sakit, Venus langsung masuk ke kamar untuk beristirahat. Ia tidak mempermasalahkan lagi tasnya yang dijambret.
“Awasi Venus. Jika ada yang mendekat dan mencurigakan langsung hajar dia. Urusan dengan Polisi belakangan,” ujar Rex Milan memberikan perintah pertamanya pada regu pengawal pribadi Venus. Pemimpin regu tetaplah NEL Black. Ia memimpin lima orang yang terdiri dari Ortega, Keith, Seth, Emerson dan Steven.“Bagaimana dengan paparazi?” tanya NLE Black pada Rex Milan.“Mereka juga. Jangan biarkan mereka mendekat.”NLE Black tidak mengangguk tapi juga tidak menolak. Ia menoleh pada Ortega dan Seth yang menjadi pendamping Venus. Sedangkan Keith, Emerson serta Steven yang akan mengawal di luar sekaligus sebagai sopir.Rex Milan memastikan pengawalan untuk Venus berjalan dengan baik. Ia berdiri di depan lobi utama untuk menyaksikan seperti apa para pengawal akan ‘mengurung’ Venus.Di dalam mobilnya, Venus jadi cemas serta gundah. Ia di awasi oleh lima orang pria dengan salah satunya berwajah jelek. Jika salah bertindak bukan tidak mungkin seluruh rencananya gagal.“Apa kalian suka minum kopi?”
Steven menarik lembut tangan Venus untuk mengecek keadaannya. Venus mungkin terluka dan Steven merasa harus melindunginya. Namun, Seth spontan memarahi Steven.“Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangannya!” perintah Seth pada Steven. Venus kaget dengan hardikan yang diberikan oleh Seth pada Steven.“Aku hanya memeriksanya─”“Itu bukan alasan. Lepaskan dia, jangan sentuh apa pun!” bentak Seth lagi dengan wajah tegang. Steven melirik pada Venus sebelum kemudian melepaskan tangannya.“Minta maaf!” Seth kembali memerintahkan.“Maafkan aku, Nyonya.” Steven menurut dengan baik dan kembali meluruskan posisi duduknya. Venus terperangah tak mengerti. Kini ia mulai tidak nyaman dengan para pengawal tersebut. Mata Venus kembali melirik pada Steven yang sudah menolongnya hari ini. Namun, Venus tidak bicara apa pun selain hanya memegang tangannya menahan sakit.Sesampainya di kediaman Rex Milan, Venus dikawal keluar dari mobil. Venus buru-buru berjalan cepat masuk ke dalam rumah tapi Ortega dan Seth
Keesokan harinya, Venus masih menuntut hal yang sama pada Rex Milan. Ia sampai mengambek karena ingin agar para pengawal itu ditarik.“Aku tidak mau dikawal oleh siapa pun!” ucap Venus dengan nada tinggi. Seharusnya ia sudah berangkat melakukan pekerjaannya. Namun karena urusan mengenai pengawal belum selesai, Venus masih berdebat dengan Rex Milan.“Venus, aku tidak bisa memberhentikan mereka sekarang. Kamu baru saja satu hari mendapatkan pengawalan.” Rex Milan masih bersikeras.“Aku bilang aku tidak membutuhkannya─”“Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu? Kamu sendiri dirampok beberapa hari lalu. Tidakkah kamu bisa melihat jika aku sangat mencemaskan keselamatanmu sekarang?” ujar Rex Milan seperti sedang mengiba.Venus masih mendelik keras pada Rex Milan yang merasa seperti tak punya harga diri saat ini. Ia membuang muka ke arah lain dan tidak mau melihat pada Rex Milan sama sekali.“Rex?” panggil Sebastian yang tiba-tiba datang menyela. Sebastian sudah sempat mendengar perd
Steven dan Emerson mengawal Rex Milan serta Sebastian hari ini. Keduanya naik mobil yang sama dengan Steven sebagai pengemudi.“Jika kita berhasil mendapatkan seluruh sertifikat tanah untuk bagian timur, Pheonix akan memberikan kita proyeknya,” ujar Rex Milan berbincang serius dengan Sebastian.“Aku ingin kita lebih menyasar sebagai pemegang proyek utama dan pemegang lisensi untuk stadion itu nanti. Jika kita bisa memegang 40 persen saham, maka kita akan bisa menguasai pantai timur, Rex!” balas Sebastian dengan pemikiran yang berbeda.“Kamu benar. Lalu bagaimana jika King Enterprise bisa membaca pergerakan kita? Mereka pasti akan menikung lebih dulu!”“Tidak ada yang akan tahu. Apa yang diketahui oleh Jupiter King? Dia itu sesungguhnya dungu tanpa Dion Juliandra!” sahut Sebastian mengumpat presiden direktur perusahaan saingan mereka yaitu King Enterprise.“Apa maksudmu?”“Aku baru menemukan jika Dion Juliadra adalah konsultan yang selama ini bekerja sama dengan King Enterprise. Jadi k
“Ya, ada apa?” ucap Ortega yang menghalangi Venus yang ingin melewatinya. Venus mendengkus kesal dan ingin melewati pengawalnya tersebut. Ortega kembali menghalangi Venus dengan langkahnya. Sikapnya makin tidak sopan menurut Venus.“Jangan menghalangi jalanku!” balas Venus dengan geramannya yang tertahan. Sebenarnya Venus punya rasa gentar menghadapi Ortega yang mencurigakan.“Aku harus memastikan jika kamu tidak membawa alat komunikasi apa pun dari dalam, Nyonya. Berikan tasmu padaku!” Ortega memerintahkan pada Venus yang tercengang.“Apa? Kamu berani memeriksa tasku?” sahut Venus. Ortega mengangguk tanpa rasa bersalah.“Tuan Wilson tidak mengizinkan ada ponsel sama sekali untukmu!”“Hah! apa maksudmu?”“Aku bicara sesuai perintah, Nyonya. Sekarang berikan tasmu.” Ortega meminta tas pada Venus. Venus tidak menyerahkannya sehingga Ortega merebut tas tersebut.“Hei─” Venus memekik tapi Ortega tidak peduli. Ia membongkar tas tangan Venus di depan ruangan latihan tempat Venus baru saja k
“Ya, ada apa?” NLE Black balik bertanya pada Steven yang tiba-tiba datang menegurnya. Cindy tampak cemas dan mulai takut.“Nona Cindy dipanggil oleh Tuan Wilson, Pak,” ujar Steven dengan sikap yang tenang. NLE masih menatap sinis pada Steven yang bersikap biasa saja. Setelah beberapa detik, NLE tidak menjawab dan menggeser posisinya sehingga Cindy bisa melewatinya.Cindy yang cemas tidak mau melihat ke arah NLE dan terus berjalan melewatinya. Begitu pula dengan Steven yang mengekori Cindy.“Apa sudah selesai?” tanya Rex Milan pada Cindy yang datang mendekat.“Iya, Pak. Aku sudah membuat notulennya dan mengirimkannya ke emailmu. Setelah selesai baru aku bisa menyusun laporannya,” ujar Cindy menjelaskan dengan nada sedikit bergetar. NLE datang mendekat dan berdiri tak jauh dari Steven.“Apa kamu sakit?” Sebastian bertanya. Cindy menggeleng cepat. Sebastian lalu melirik pada NLE yang membuang pandangannya ke arah lain.“Baiklah, kalau begitu kamu pulang satu mobil denganku dan Nel!” ujar
Tangan Seth dengan cepat menarik lengan Steven yang hampir saja membuka pintu.“Jangan, dengar!” Seth memperingatkan Steven. Steven menoleh pada Seth yang menggeleng pelan lalu melirik pada kamera di atas kepala mereka.“Venus, bisa melindungi dirinya. Kita harus pergi, ayo─”“Tapi─” Steven masih bersikeras. Seth tetap menarik Steven yang akhirnya tidak bisa berbuat apa pun.Sementara itu di dalam, Venus langsung memarahi Rex Milan yang datang masuk ke kamarnya.“Aku tahu kamu bukan Suamiku, Rex! Sekarang lebih baik kamu lepaskan aku, jadi aku bisa pergi dari sini!” bentak Venus memekik meski suara lembutnya masih terasa.“Apa maksudmu bicara seperti itu? Apa kamu pikir aku ini hanya sampah yang bisa kamu tinggalkan kapan pun, hah!” bentak Rex Milan tidak segan membalas Venus. Venus tidak membiarkan Rex Milan memperlakukannya seperti itu. Ia mengambil salah satu vas bunga dan melemparkannya ke arah pintu sampai pecah.“Kamu mungkin bukan sampah, Rex! Tapi kamu malah mengumpankan aku p
Di belakang Dion menyerahkan tas milik Venus pada Jasman yang akan mengawal mereka. Dua pengawal lainnya ditempatkan oleh Dion di jalan depan saat keluar dari rumah sakit. Sedangkan sudah ada lima orang pengawal yang berdiri di dekat mobil yang akan membawa Venus pulang. Kali ini, Dion tidak ingin mengambil lagi risiko demi keselamatan Venus.Limosin yang membawa Dion, Venus, Arjoona dan Claire meluncur dengan baik saat keluar dari area rumah sakit. Mereka akan bersama-sama pulang ke rumah Dion karena anak-anak mereka sudah menunggu.“Bagaimana dengan masalah hukum kemarin, Dad? Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Dion pada Arjoona yang duduk berhadapan dengannya. Venus menoleh cepat pada Dion dengan mata membesar. Ia tidak mengetahui jika ayahnya terlibat konsekuensi hukum.“Apa yang terjadi, Dad?” tanya Venus dengan raut cemas.“Gak ada. Daddy cuma harus membayar denda tilang saja kok. Namanya juga orang tua. Bisa ceroboh kala
Tidak seperti yang diharapkan oleh Steven alias Dion, Venus tidak ingin menoleh padanya saat ia masuk. Venus membuang muka tak mau menyapa.“Venus─” Dion baru bicara dan Venus langsung memotong.“Pembohong! Siapa kamu sebenarnya?” tukas Venus tanpa basa-basi langsung mendelik pada Dion. Dion terdiam di sisi tempat tidur Venus dan belum bergerak. Ia sedikit menundukkan kepala dan terlihat menyesal.“Aku bisa menjelaskan semuanya─”“Jawab saja pertanyaanku!” Venus langsung menyela dengan tajam.Meskipun Venus masih cedera setelah tercekik oleh belitan kain, tapi ia masih bisa memarahi Dion yang baru datang.“Aku ... aku adalah ....”“Kamu bukan Steven kan?” Venus menebak lagi dengan ketus. Dion menarik napas panjang dan sedikit menunduk.“Aku adalah Dion Juliandra. Aku sedang menyamar menjadi Steven.” Dion akhirnya mengaku. Venus tak bergerak menatap tajam pada Dion. Kali ini, Dion sudah sangat keterlaluan membohonginya. Dion yang menyadari kesalahannya lantas melepaskan topeng karet ya
Rex Milan berhasil dikeluarkan dari mobilnya yang ringsek akibat tabrakan dari jeep monster yang dikendarai oleh Arjoona Harristian. Ia segera dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri dan luka-luka. Sama dengan Venus Harristian, keduanya dibawa ke rumah sakit yang sama dan ditempatkan di bangunan yang berbeda.“Uncle, aku terpaksa harus menahanmu dulu sementara. Sampai aku selesai menemukan buktinya,” ujar Andrew menjelaskan pada Arjoona yang baru saja keluar dari kamar perawatan Venus. Arjoona meninggikan kedua alisnya mendelik pada Andrew yang hanya bisa menyengir.Dion datang menghampiri setelah membuka topengnya. Ia menarik napas panjang melihat Arjoona dan Andrew.“Sepertinya Venus tidak mau bertemu denganku,” ujarnya dengan raut sedikit meringis. Kening Andrew mengernyit memandang Dion dengan raut bertanya.“Tadi dia tidak mau kupegangi,” sambung Dion lesu. Andrew kemudian menoleh pada Arjoona yang masih diam saja.“Sebastian Arson sudah ditangkap. Rex Milan akan me
“Venus, Venus. Oh, sayang. Apa kamu bisa bernapas?” Dion segera menggendong Venus ke dalam kamar dan meletakkannya di atas tempat tidur. Venus begitu kesulitan bernapas dan ia masih terengah kesulitan menarik atau mengeluarkan udara. “Cari tabung oksigen!” perintah Dion pada Arion. Arion pun masuk ke dalam walk in closet milik Venus untuk mencari tabung oksigen darurat. “Bernapaslah pelan-pelan, Sayang.” Dion menuntun Venus untuk bernapas satu-satu usai tercekik. Ia sudah tak peduli jika Rex Milan kabur. “Aku akan panggil Dokter,” ujar Divers pada Dion yang langsung mengangguk. Venus masih setengah semaput memandang Dion yang masih memakai topeng Steven. Ia merasa ada yang aneh tapi tak bisa bicara. Arion datang membawakan tabung oksigen darurat untuk Venus. Ia ikut membantu Venus mengenakan penutup untuk oksigen. Sementara itu, Rex Milan kabur lewat jalan samping dan langsung masuk ke mobilnya. Tidak ada yang sempat mengejar Rex Milan karena Dion dan teman-temannya sedang sibuk d
“Aku tidak membunuh Brema Mahendra. Aku bahkan tidak kenal siapa dia!” tegas Rex Milan masih bersikeras. Venus diam menatap Rex Milan yang tidak mau mengaku. Sambil menahan rasa berat di hatinya, Venus perlahan seperti melihat seperti apa Rex Milan yang sesungguhnya. Pria yang mengaku sebagai suaminya itu adalah seorang pembohong. Sekalipun Rex Milan tidak mengakui, tetapi Venus bisa merasakan kebohongan tersebut.“Terserah jika kamu tidak mau mengaku. Jika aku bisa melepaskanmu, aku rasa Ayah dan Kakakku tidak.” Venus mengancam dengan nada sinis. Rex Milan makin mendekat dengan deru napas yang terdengar kasar. Sedangkan Venus sekalipun cemas, tidak mundur sama sekali. Tangannya meremas tas tangannya cukup keras dan siap mengayunkannya pada Rex Milan jika ada yang terjadi.“Jangan mengancamku!” Rex Milan menggeram pelan.“Aku tidak akan seperti ini jika kamu tidak mengaku dan sepertinya kamu memang pantas untuk mendekam di penjara selamanya, Rex,” ujar Venus tak mengindahkan ancaman R
Sebastian diborgol di depan Cindy yang terpaku melihatnya. Ia sempat protes tapi FBI membeberkan semua bukti. Sebastian masih mengira jika Cindy tak tahu apa pun. Ia berbalik dan mencoba menjelaskan.“Cindy, ini gak bener. Jangan percaya mereka!” ucapnya menatap Cindy yang diam saja. Peter lalu masuk dan hendak membawa Cindy pergi. Di sanalah, Sebastian mengetahui jika Cindy terlibat dalam penangkapannya.“Sebentar. Kamu bekerja sama dengan Polisi? Kamu yang melakukan semua ini?” ujar Sebastian dengan raut tak percaya. Cindy masih diam saja menatapnya dengan mata berkaca-kaca.“Jangan dengarkan dia. Ayo!” ujar Peter dengan bahasa Indonesia. Mata Sebastian membesar. Ternyata yang sudah mengatur dan merencanakan semuanya adalah Cindy dan pria yang merupakan kekasihnya. Cindy menelan ludah dan berjalan melewati Sebastian. Ia akan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan penangkapan tersebut di belakang.“Tunggu!” seru Sebastian menghentikan langkah Cindy. Cindy berbalik dan Sebastian me
Cindy melangkahkan kakinya masuk ke ruangan CEO sesuai janjinya dengan Sebastian. Cindy masih diam saja dan cenderung sedikit mengendap masuk. Ia melihat Sebastian sedang sibuk dengan beberapa pria yang ternyata adalah anggota direksi dan pemegang saham. Mata Sebastian tak lama menangkap sosok Cindy yang masuk tanpa pemberitahuan.“Cindy?” sebut Sebastian lalu tersenyum. Para pemegang saham itu lantas ikut menoleh ke belakang. Sebastian lalu meminta waktu sesaat.“Sebentar.” Sebastian menghampiri Cindy. Sebastian lantas menarik lengan Cindy ke salah satu sudut ruangan lalu separuh berbisik padanya.“Akhirnya kamu datang. Kamu duduk dulu ya, nanti kita bicara, Aku sedang menyelesaikan masalah sedikit.” Sebastian berujar masih dengan sikap lembut pada Cindy.“Masalah apa, Pak?” balas Cindy balik bertanya.“Uh, Oddysey menarik proyeknya dan menyerahkannya pada King Enterprise. Kita kalah.” Cindy hanya diam saja dan sedikit menundukkan wajahnya.“Jangan sedih, aku pasti bisa mengatasi ini
Venus Harristian masuk ke rumah yang sudah ia tinggalkan demi bisa menjebak Rex Milan Wilson. Begitu mendengar dari salah satu pelayan jika Venus sudah pulang, Rex Milan langsung keluar. Ia tersenyum datang menghampiri. Venus langsung menyusutkan langkahnya ke belakang. Rex Milan pun berhenti.“Venus,” sebutnya pelan.“Aku pulang karena Rei yang memintaku. Sekarang kita harus bicara,” ujar Venus menegaskan. Raut wajahnya tidak menyiratkan emosi sama sekali. Ia tidak mau lagi terenyuh pada apa yang akan dikatakan oleh Rex Milan.Jasman terlihat masih berada di salah satu ruangan bersama staf pembersih lainnya. Rex Milan melirik lalu memerintahkan agar semua keluar.“Kalian sudah selesai hari ini. Aku akan memanggil kalian lagi. Sekarang keluar,” ujar Rex Milan memberikan perintah. Venus sedikit memutar bola matanya melihat satu persatu staf keluar dari ruang tengah termasuk Jasman. Jasman telah memasang beberapa kamera di tempat yang lebih aman untuk memantau Venus.Dion masih terus me
“Kamu kenapa? Kamu dari mana?” Peter langsung bertanya banyak pada Cindy yang sedang menangis memeluknya. Cindy belum berani menjawab dan hanya bernapas satu-satu. Peter yang cemas sedikit melepaskan pelukannya pada Cindy untuk melihat keadaannya.“Kita bicara dulu.” Peter membujuk dan Cindy pun mengangguk. Mereka masuk ke halaman tanpa masuk ke rumah.“Sekarang kamu harus cerita sama aku apa yang terjadi. Jangan berbohong. Siapa tadi yang nganterin kamu?” Peter kembali mencecar Cindy dengan pertanyaan.“Mas Peter lihat?” Cindy sedikit mengangkat wajahnya.“Iya. Aku di belakang mobil itu dan melihat kamu keluar dari sana. Itu siapa, Cindy?”Cindy menarik napas yang masih sesak seraya menatap wajah Peter yang tampak dari bias lampu depan di atas teras.“Sebastian Arson.” Cindy menjawab dengan suara kecil. Wajah Peter langsung berubah tegang.“Apa?” sahutnya meninggikan suara. Peter langsung melihat ke arah pintu khawatir jika terbuka dan Budhe Dewi tiba-tiba muncul.“Lalu, apa dia meny