Madiya kini berada di sebuah hotel. Semuanya karena Richard yang tidak mau pulang dulu. Dia melakukan perjalanan bisnis dan ingin bersama dengan istrinya untuk bulan madu. Kebetulan Madiya juga tidak keberatan asal bersama dengan suaminya. Jadi sekarang mereka berada di sini. "Richard," panggil Madiya ketika melihat Richard yang masih terlelap dalam tidurnya. Madiya sengaja membangunkan Richard karena dia ingin makan sesuatu, terlebih dia tadi sudah membuka sosial media dan dia menginginkan hal tersebut. Richard merasa terganggu karena Madiya yang terus sama mengusap wajahnya seolah menggodanya membuat dia tidak bisa tidur. "Kenapa?" ucap Richard dengan suara serak khas orang yang memang bantu bangun tidur. Madiya tersenyum senang karena melihat Richard yang kini sudah bangun dari tidurnya. Dia merasa lega karena semuanya sudah jadi lebih baik. "Ayo bangun. Kita cari sarapan," ajak Madiya. "Tumben sekali, mau sarapan apa memangnya?" tanya Richard. "Apa saja, ayo antar aku. C
Part 72Richard terpesona dengan Madiya yang tengah asik makan tanpa ada gangguan dari orang lain. Wanita itu terlihat sangat menikmatinya. "Jangan terlalu banyak makan yang manis-manis," saran Richard kepada istrinya. Madiya menoleh kearah Richard sekilas sebelum akhirnya dia hanya mengangguk saja. "Iya gak usah khawatir."Madiya akhirnya kembali memakan donat madu tersebut. Tidak peduli kalau sekarang Richard malah memperhatikan dirinya terus menerus. "Apa kamu mau mencobanya?" tawar Madiya kepada Richard yang memang sedari tadi memperhatikan dirinya makan saja. Bahkan laki-laki itu tidak ikut makan bersama dengan dirinya. "Tidak usah, melihat kamu makan seperti itu dengan lahap saja sudah membuat aku senang," kata Richard dengan jujur. "Gombal kamu, yakin gak mau nyoba? Padahal enak loh makanannya." Richard hanya menggeleng kepalanya saja. Madiya juga tidak banyak protes setelah dia melihat Richard yang seperti itu, dia tidak akan memaksakan dirinya sendiri. Richard tersenyu
Madiya tersenyum sekilas ketika melihat seseorang yang memang dia suka. Dia jadi paham akan sesuatu, padahal sebelumnya dia ingin memastikan satu hal. Richard mengajukan pertanyaan untuk meminta mereka tinggal berdua di apartemen kembali. "Aku akan memikirkan lagi tentang kita yang akan tinggal di apartemen. Jujur saja aku tidak enak dengan ibumu jika kita pindah nanti." "Kamu pasti mengkhawatirkan ibuku, tenang saja nanti aku yang akan membujuk dia. Lagian tidak bebas jika kita tinggal bersama dengan ibuku," kata Richard berkata dengan jujur. Dia jadi sulit untuk bermesraan dengan istrinya. Ini yang membuat dia berpikir lagi untuk melakukan hal ini. "Okeh aku akan ikut pindah tetapi aku harus bekerja di kantor kamu," tawar Madiya. Richard menoleh kearah istrinya yang memang sangat ngeyel. Dia tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan dari istrinya. Kalau sudah seperti ini, maka dia tidak bisa melakukan apapun. "Baiklah, asal kita bisa bersama kembali," pasrah Richard.
Richard melirik kearah Madiya seolah membiarkan wanita itu membantu dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya. Berada di dekat wanita yang dia cinta juga sudah membuat dirinya kembali hidup. Terlebih dia merasa kalau ini adalah bagian dari hidupnya. Madiya paham dengan tatapan mata Richard yang seolah menyuruh dirinya untuk menjelaskan semuanya. "Jadi begini mah, sebenernya kami ingin.." gugup Madiya ketika hendak akan mengatakan yang sebenarnya kepada ibunya. Ana menaikan sebelah alisnya heran, melihat kearah menantunya yang kesulitan berbicara padanya seperti itu. Membuat dia curiga dan langsung melirik kearah Richard. "Kalian ini mau apa sebenarnya?" tanya Ana dengan nada yang dibuat seakan tegas. Biar mereka berdua berani mengatakan langsung padanya. "Iya Richard. Coba kamu sendiri yang menjelaskan semuanya."Ikram kini malah ikut berbicara, dia menasehati anaknya dan meminta anaknya itu untuk menjelaskan. Dia yakin kalau ada hal yang diinginkan oleh anak dan menantunya itu. D
Richard membawa barang-barang dirinya bersama dengan Madiya saat ini kembali ke apartemen miliknya. Dia membuka kunci pintunya dan merasa sangat bahagia. "Akhirnya aku bisa kembali ke tempat ini lagi," gumam Madiya yang memang merasa senang ketika tidak ada perubahan sama sekali dengan rumah yang memang dulu dia tempati. "Aku pun senang bisa kembali ke sini lagi. Terlebih bersama dengan kamu," ujar Richard sambil memberikan sebuah kecupan manis pada pipi wanita itu. Deg Pipi Madiya bersemu merah ketika Richard yang tiba-tiba mencium dirinya. Dia bahkan tidak menyangka sama sekali kalau akan jadi seperti ini. "Richard," protes Madiya. "Kenapa hm? apa kamu malu," goda Richard dengan mengedipkan matanya sebelah pada Madiya. "Is terserah deh." Madiya jadi ingat akan sesuatu. Waktu dulu mereka sedang berantem dan itu untuk terakhir kalinya dia datang lagi ke sini. Sekarang dia akan kembali menempati tempat ini dan rasanya emang sedikit agak berbeda. Mungkin karena Richard sudah me
Madiya sudah menggunakan baju yang memang terlihat sangat sopan. Ini atas keinginan Richard yang meminta dia agar menggunakan baju yang terlihat rapih ketika akan ke kantor. "Kamu sudah siap sayang? Aku tidak mau telat ke kantor." "Iya sebentar. Ini aku juga sudah siap kok."Madiya mengatakan itu ketika dia yang kini sudah menggunakan baju yang memang bisa dibilang sangat rapih. Lalu Richard sambil tasnya dan dia berjalan menuju kearah mobilnya. "Aku tidak ingin nanti kamu kecapean," ucap Richard yang menasehati istrinya. "Ia, kamu tenang saja kalau tentang hal itu. Aku tidak akan merasa kecapean kalau dekat denganmu," ucap Madiya. Richard melirik kearah Madiya, dia malah merasa heran dengan tingkah istrinya yang kini malah menggodanya. Tumben sekali istrinya itu malah pandai menggoda dirinya."Udah mulai gombal yah kamu sekarang," ucap Richard. "Kamu kan yang ngajarin aku kaya gini," ucap Madiya sambil tersenyum dengan penuh arti. "Aku tidak pernah merasa gombal loh sama kamu,
Madiya sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh Richard kepada dirinya. Dia sudah membaca kontrak kerjasama yang dilakukan oleh Richard dengan rekan bisnisnya. Sampai dia merasa bosan sendiri, dia melihat kearah Shela yang masih ada tidak jauh dari tempatnya berada. Rasanya kasian melihat Shela yang selalu menunggu Robi seperti ini. "Apa kamu selalu menunggu dia seperti ini?" tanya Madiya yang memang penasaran. "Iya begitu deh, kebetulan aku tidak punya kegiatan lain. Jadi aku menunggu Robi saja di sini," jawab Shela dengan santai. "Hebat kamu, gak bosan apa. Kenapa gak sekalian melamar kerja saja di sini, aku yakin kalau Richard juga pasti akan menerima kamu," kata Madiya.Shela menggelengkan kepalanya, dia tahu apa yang terjadi selanjutnya. Semuanya sudah dia atur dengan baik. Kalau memang dia sudah melakukan semuanya. Dia juga tahu kalau hal ini akan terjadi. "Tidak, dulu aku pernah bekerja di sini. Tetapi kemudian Robi melarang aku bekerja. Begitu pun dengan Richard yang m
Richard padahal tadi hanya menggoda istrinya, dia sengaja melakukan itu agar bisa mengambil ponsel Madiya dan melihat sendiri apa yang disembunyikan oleh istrinya. "Yes berhasil." Richard tertawa dengan bahagia setelah melihat semuanya dengan baik. "Richard, kembalikan ponselku!" Madiya benar-benar dibuat malu sekarang, bahkan Richard sudah berhasil mengambil ponselnya sekarang. Dia tidak bisa melakukan apapun lagi setelah ini. "Jangan harap aku akan mengembalikan ponselmu, sebelum aku melihat apa isinya."Madiya mencebikan bibirnya, Richard terlalu kepo sekali melebihi perempuan. Semoga saja Richard tidak akan ngeh dengan apa yang barusan dia lakukan. Richard membuka ponselnya dengan sekilas, memangnya apa yang disembunyikan oleh Madiya sehingga dia tidak boleh melihatnya sama sekali. Jangan-jangan Madiya selingkuh dibelakang dirinya selama ini? Tetapi rasanya tidak mungkin jika Madiya mau melakukan hal tersebut. "Gak ada yang aneh kan?" seru Madiya ketika Richard yang membuka
Sebuah pemakaman, Madiya hanya menabur bunga ditemani oleh Richard yang kini ada dihadapannya. Dia menangis karena merasa kasian di sana. "Semoga setelah ini, kamu akan tenang.""Bagaimana pun dia adalah adikmu," ujar Richard merangkul Madiya sambil ikut menaburkan bunga. Haris terdiam kaku sambil melirik kearah makam tersebut. Dia terus saja bungkam dan tidak mau mengatakan apapun juga. Sampai Robi tiba-tiba datang menghampiri Haris. "Ini ikut menaburkan bunga juga.""Aku tidak menyangka kalau dia sudah tidak ada. Semuanya terasa masih mimpi," ujar Haris. Shela ikut melayat di sini, dia langsung memeluk Ratih dengan erat. "Tante yang sabar yah."Ratih hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia menghapus kembali air matanya dengan cepat. Bisa tidak enak kalau terjadi sesuatu di sini. "Iya gak papa.""Ayo kita pulang."Ratih mengatakan itu kepada semua orang yang ada di sini setelah prosesi pemakaman sudah selesai. Dia hanya melihat dengan sekilas saja. Richard merangkul
Madiya datang ke rumah sakit bersama dengan ibunya setelah mendengar kamar kalau Sabira kena tusuk Nita. Dia tidak menyangka kalau Sabira akan nekat seperti ini. Ketika mereka berdua sudah sampai di rumah sakit, Madiya langsung menghampiri Haris yang sudah berlumuran darah. "Haris, bagaimana keadaan Sabira?" tanya Ratih. Begitu pun dengan Madiya sekarang, dia sangat khawatir dengan keadaan adiknya sekarang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi dengan adiknya. "Dia telah ditangani oleh dokter," jawab Haris. Sampai dan lama kemudian, Richard dagang juga ke rumah sakit setelah dia menyelesaikan misi tentang Roy. Haris menatap kearah Richard dengan sekilas. "Bagaimana dengan Roy, dia sudah ditangkap?""Iya, dia sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Dia akan dikenai pasal pembunuhan karena sudah membunuh Nita."Madiya yang mendengar itu pun menutup mulutnya dengan tidak percaya. "Madiya mati?""Iya," jawab Richard. "Innalilahi," ucap Ratih yang sama terkejutnya dengan hal
Pagi hari yang begitu cerah, Richard masuk ke kantor setelah dia berpamitan dengan istrinya. Dia masih memikirkan tentang orang tersebut. "Aku pamit ke kantor dulu.""Kamu semalam tidur hanya sebentar, udah mau masuk kantor?" tanya Madiya. "Iya, kebetulan ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu tahu kalau orang yang sudah membantu Nita kabur itu juga rekan bisnisku," terang Richard memberitahu istrinya. Madiya yang mendengar itu pun sedikit terkejut dan tidak menyangka sama sekali. "Kok bisa?" tanya Madiya. "Aku baru melacak nomor plat mobilnya, semuanya sudah diatur dengan baik.""Syukurlah kalau begitu. Aku akan mengatur semuanya.""Kalau begitu aku berangkat yah," kata Richard sambil memberikan kecupan di kening istrinya dan mengelus perut anaknya. Sebelum akhirnya dia kembali naik ke dalam mobil. "Iya hati-hati di jalan."Madiya mengatakan itu sambil melambaikan tanganmya, dia melihat suaminya yang kini sudah pergi mengendarai mobilnya. Sampai akhirnya Madiya memutuskan un
Haris menatap kearah Sabira yang tadi memberikan nomor ponselnya dengan mudah begitu saja. Dia harus menanyakan langsung. "Kenapa tadi kamu memberikan nomor ponsel kepada istrinya Pak Roy?" tanya Haris dengan nada yang sedikit penasaran. Apalagi dia yakin kalau istrinya pasti menyembunyikan sesuatu tanpa dia ketahui kebenarannya. Sabira yang memang tengah ada di mobil dan hendak pulang setelah acara pernikahan antara Robi dan Shela selesai. Sebenernya tadi Sabira merasa curiga. "Kenapa diam?" tanya Haris. Sabira langsung mengatakan yang sebenarnya. "Kamu merasa gak sih tadi, istrinya Roy itu sedikit agak aneh.""Maksud kamu, bagaimana?" tanya Haris yang merasa heran. "Gelagat itu loh, mengingatkan aku akan sesuatu, dia terlihat sedikit gugup ketika berjabat tangan denganku dan raut mukanya juga terlihat seperti ketakutan begitu," ujar Sabira. "Iya itu wajar Sabira. Kan kalian baru saja bertemu." Haris mengatakan itu dengan santai. Tetapi Sabira punya pikiran lain karena tadi d
Nita sudah siap dengan yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia berjalan bersama dengan Roy sambil menyalami tangan Shela dan Robi. "Selamat yah atas pernikahan kalian berdua."Shela menjawab dengan ramah karena dia tidak tahu sosok Roy yang sebenernya. Shela mengira kalau memang itu teman dekat suaminya.Roy menatap kearah Robi yang sedari tadi diam saja, dia langsung menepuk pundak pria itu dengan pelan. "Selamat yah bro.""Iya," jawab Robi dengan singkat. Lalu mata Robi melihat kearah wanita yang dibawa oleh Roy barusan. Dia merasa heran sendiri karena melihat wanita yang dibawa oleh Roy sangat sederhana dengan pakaikan yang tidak mencolok sama sekali. Sedangkan Robi tahu kalau selera Roy adalah wanita yang sedikit modis. "Kamu bawa sekertarismu buat datang ke sini?" tebak Robi karena mungkin saja Roy tidak mempunyai pasangan makanya dia membawa wanita itu. Roy menggelengkan kepalanya, lalu dia mendekap wanita yang ada disampingnya itu dengan mesra. Dia hanya ingin memperlakukan
Acara pernikahan antara Robi dan Shela. Madiya sudah siap dengan baju yang memang dia gunakan dengan baik. Kebetulan ini adalah pemberian dari mertuanya. "Mana suamimu, kok belum muncul?" tanya Ratih ketika melihat anaknya hanya datang sendiri. "Richard tadi sedang menerima telepon dari seseorang bun. Dia masih mencari kebenaran Nita yang kabur dari lapas," jawab Madiya. Ratih yang mendengar itu pun sedikit terkejut. "Jadi sampai sekarang Nita belum ditemukan juga?" "Iya bunda, sampai sekarang Nita belum ditemukan sama sekali."Ratih yang mendengar itu pun jadi ikut khawatir. Apalagi dia tahu kalau Nita orang yang nekat, dia bahkan tidak yakin kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Apa Richard sudah berusaha untuk mencarinya?""Iya tentu saja. Dia sudah berusaha untuk mencarinya.""Sampai sekarang belum ditemukan?" tanya Ratih. "Iya Bunda." Madiya hanya menjawab dengan jujur saja. Sampai tak lama kemudian, muncul Richard yang menghampiri dirinya. Dia sudah memikirkan semuanya
Richard benar-benar tidak tahu harus melakukan apalagi. Terlebih setelah dia mendapatkan informasi dari bawahannya kalau mereka semuanya tidak menemukan kebenaran Nita. "Sialan, kalian sangat bodoh sekali. Masa mencari satu orang saja tidak ketemu."Richard mengumpat dengan kesal ketika anak buahnya tidak menemukan kebenaran Nita. Padahal wanita itu sangat berbahaya. Haris datang menemui Richard karena ada informasi yang ingin dia beritahu dengan Richard. "Haris," panggil Richard setelah menyadari keberadaan Haris. "Aku datang ke sini karena ingin memberikan informasi," kata Haris. "Informasi tentang apa?" tanya Richard sambil menatap kearah Haris dengan pandangan serius. Dia penasaran dengan yang dikatakan oleh Richard barusan. Dia yakin kalau laki-laki itu tengah merencanakan sesuatu sekarang. "Kamu harus tahu sesuatu Richard, Nita memang benar menyamar sebagai suster.""Aku sudah tahu tentang itu Haris. Tidak usah menjelaskan semuanya. Anak buahku sudah mengincar Nita, tetap
Madiya melihat baju yang diberikan oleh ibu mertuanya, dia memperhatikan dengan seksama. Baju ini akan dia gunakan ketika acara pernikahan antara Robi dengan Shela. "Sepertinya sangat bagus, aku akan memadukan baju ini dengan dasi yang akan dipakai oleh Richard nanti. Agar kami berdua terlihat sebagai pasangan," kata Madiya sambil tersenyum manis. Dia sudah tidak sabar dengan yang akan terjadi nantinya.Beruntung ibunya dan mertuanya sudah pulang. Kini dirinya hanya tinggal sendiri di dalam kamar. Madiya memperhatikan baju tersebut dengan seksama. Ketika dia hendak akan memakainya, tiba-tiba Richard masuk ke dalam kamar. Madiya sedikit terkejut karena Richard datang secara tiba-tiba begitu saja. "Loh Richard, sejak kapan kamu berdiri di sana?" tanya Madiya ketika melihat suaminya. "Baru saja, kenapa kamu akan lepas baju?" tanya Richard heran. Madiya akhirnya memberitahu Richard tentang apa yang tengah terjadi sekarang. Dia memang sengaja melakukan itu karena akan mengganti kostum
Madiya sudah memberikan hasil USG calon bayinya kepada ibu dan mertuanya. Mereka berdua terlihat senang setelah melihat hasil USG tersebut. "Ini anak kamu Madiya," kata Ratih. "Tentu saja Ratih, ini adalah cucu kita."Ana mengatakan itu sambil tersenyum dengan manis. Dia terharu melihat calon cucunya yang memang terlihat sangat manis. "Tentu saja. Aku sudah memikirkan semuanya.""Terimakasih banyak.""Richard sudah kembali ke kantor setelah mengantar kamu pulang?" tanya Ana yang tidak melihat anaknya. Madiya hanya mengangguk saja, tadi memang Richard sempat berpamitan kepada dirinya untuk balik ke kantor. Sedangkan Madiya malah dilarang untuk kembali ke kantor oleh Richard. "Iya mah, dia pergi lagi ke kantor nanti," terang Madiya. "Pasti dia sangat sibuk sekali, terlebih Robi sudah akan mengambil cuti menikah," ujar Ana. "Iya mah gak papa. Nanti Richard akan menyuruh orang untuk menjadi asistennya mengentikan Robi untuk sementara," jawab Madiya. Ana hanya mengangguk saja, kemu