Dalam sebuah rumah sakit. Richard menunggu Madiya yang kini tengah berada di dalam ruangan. Madiya tengah periksa kehamilan dan Richard merasa penasaran dengan hasilnya. Ibunya juga sama menunggu hasil. Richard berjalan masuk ke dalam, melihat dokter tersebut yang tengah memeriksa keadaan Madiya sekarang."Bagaimana hasilnya dokter?" tanya Richard pada dokter yang ada di hadapannya. Semoga saja benar kalau saat ini Madiya tengah hamil. Agar dia bisa mempertahankan rumah tangga bersama wanita itu. Dokter tersebut tersenyum setelah memeriksa keadaan Madiya. Lalu menjabat tangan Richard sambil tersenyum manis. "Selamat yah, istri anda memang saat ini sedang mengandung."Richard langsung berbinar ketika mendengar hal tersebut. Dia benar-benar dibuat bahagia dengan hasil yang diberikan oleh dokter kepada dirinya. Tidak menyangka kalau hasilnya akan seperti ini. "Terimakasih banyak dokter," jawab Richard. "Dokter tidak bohong kan?" tanya Madiya lagi memastikan semuanya. Dia benar-bena
Madiya pulang dari rumah sakit. Dia saat ini sudah kembali pulang ke rumah kedua orangtuanya Richard. Sebenarnya Richard mengajak dia untuk kembali tinggal di apartemennya tapi, ibunya malah tidak memperbolehkan Madiya sendiri. Apalagi dengan keadaan Madiya yang hamil, Ana khawatir tidak ada yang menjaga wanita itu. "Lebih baik Madiya tinggal di sini untuk sementara selama kehamilan," saran Ana dengan bijak. "Aku ingin berdua dengan Madiya mah," protes Richard yang ingin menghabiskan wanita berdua bersama dengan wanita itu. Richard cemberut kesal seperti anak kecil, kalau dia membiarkan Madiya tinggal di sini maka, dia tidak akan bisa leluasa untuk menggoda Madiya. Apalagi Richard masih merasa harus memperjuangkan cinta Madiya. "Sudahlah Richard, kamu sebagai anak harus mengalah saja. Ini demi kebaikan anak yang ada di dalam kandungan Madiya kok." Ana mengatakan itu karena merasa khawatir, apalagi dia mendengarkan percakapan Shela tentang Nita. Wanita itu pasti akan berusaha untu
Madiya merasa lega karena tadi bundanya ada menghubungi dirinya. Tetapi dia tidak menyangka kalau bundanya akan tahu kalau dirinya hamil secepat ini. Padahal Madiya belum memberitahu tentang kabar bahagia ini. Mungkin Richard yang sudah memberitahu semuanya tanpa pengetahuan dirinya. "Kamu tadi habis mengubungi siapa?" tanya Richard yang baru saja keluar dari kamar mandi. Madiya terkejut ketika melihat Richard dengan rambut yang masih basah dengan kaos baju berwarna putih. Laki-laki itu melihat kearah dirinya dengan sekilas. "Bunda, dia tau kalau aku sedang hamil," jawab Madiya. Richard yang mendengar itu hanya mengangguk saja. Dia yang tadi memang memberikan pesan pada Haris. Mengingat Haris yang satu rumah dengan mertuanya itu, pasti dia yang memberitahunya. Madiya menatap suaminya dengan pandangan yang sedikit menyelidiki. Dia hanya penasaran saja dengan suaminya. Apa benar Richard yang sudah memberitahu semuanya. "Kamu pasti yang sudah memberitahunya kan?" tuduh Madiya denga
Hari yang membahagiakan untuk Madiya sekarang. Apalagi setelah Madiya mendapatkan kabar kalau bundanya akan datang ke sini untuk mengunjungi dirinya. Ana mempersiapkan semuanya untuk menyambut sang besan. Tentu saja Ana juga ingin memperbaiki hubungan dirinya di masa lalu. Setelah dia mengetahui fakta kebenaran yang sebenarnya. "Bunda kamu akan datang ke sini," kata Ana. "Iya mah. Dia akan datang ke sini."Sampai tak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari pintu. Madiya melihat kearah Ana sekilas sebelum akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Madiya membuka pintu dan melihat bundanya berdiri di sana. Dia merasakan pelukan hangat dari ibunya karena beberapa minggu ini mereka jarang ketemu. "Ayo masuk bunda."Ratih hanya tersenyum, lalu dia melihat Ana yang menghampiri dirinya. "Akhirnya kamu datang juga, senang melihat kamu datang ke rumahku," kata Ana menyambut Ratih. "Kamu bisa saja, Ana. Kebetulan aku datang ke sini membawakan sesuatu untuk Madiya," terang
Sampai sore kemudian, Ratih tidak mungkin berlama-lama di sini, dia harus pulang karena Sabira pasti sudah menunggu dirinya. Dia memang sudah melakukan semuanya dengan baik. "Bunda pamit dulu yah," ujar Ratih mengatakan itu sambil memeluk Madiya dengan erat. Dia berpamitan kepada anaknya dengan tenang. "Iya bunda. Hati-hati di jalan." Madiya melepaskan pelukannya sambil tersenyum tipis. Dia senang karena mempunyai ibu yang sangat perhatian padanya. Dia mengira kalau dulu dia tidak mempunyai ibu dan hanya mempunyai ibu tiri saja. "Aku yang akan anterin bunda, sekalian soalnya sambil jalan ke kantor," ucap Richard setelah dia selesai makan. "Makasih yah Richard," ucap Madiya yang kini tersenyum manis pada Richard. Tidak menyangka kalau pria itu akan baik padanya seperti ini. Apalagi memperlakukan ibunya juga dengan baik. Diam-diam Madiya merasa nyaman jika dekat dengan Richard seperti ini. apalagi melihat perubahan dari laki-laki itu kini sudah berubah menjadi lebih baik. "Tidak
Di tempat lain, Robi sedang mengerjakan tugas kantornya sendirian. Dia tidak bisa berhenti bekerja dan menyiapkan pernikahannya dengan Shela. Richard sudah berbohong dengan akan memberikan dia cuti, bahkan Shela ikat marah padanya karena Robi kembali sibuk. "Richard memang kadang menyebalkan!" maki Robi ketika melihat berkas yang berserakan di mejanya. Begitulah hidup sebagai asisten dari seorang CEO, menggantikan Richard ketika laki-laki itu tidak bisa meeting bersama dengan para kliennya. Tetapi semua keputusan tetap ada di tangan Richard, makanya Robi harus terus berkomunikasi dengan Richard terus. Bahkan Robi kadang tidak punya waktu untuk bersama dengan kekasihnya, makanya dia jarang pacaran. Hanya Shela yang selalu menerima dia apa adanya. Walaupun wanita itu juga kadang suka merajuk padanya sesekali. Tetapi sekarang Shela mengetahui situasi dirinya, jadi wanita itu sudah paham. "Selamat bekerja sayang. Aku membawakan makan siang untukmu."Robi tersenyum ketika melihat Shela
Haris membuka ponselnya dan dia sedikit terkejut ketika membaca pesan dari Richard yang menyuruh dirinya untuk membawa seorang bodyguard. Dia malah merasa heran sendiri dengan hal ini. "Kenapa Haris?" tanya Sabira menghampiri Haris yang menampilkan ekspresi wajah berbeda ketika dia sudah membaca pesan dari seseorang. Haris menoleh kearah Sabira lalu dia menjawabnya. "Richard mengirimkan aku pesan seperti ini. Dia bilang akan menyewa bodyguard. Apa ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Haris meminta pendapat dari calon istrinya. "Aku gak tau alasan Richard mau melakukan itu, tapi aku hanya yakin pada satu hal, Richard pasti punya alasan lain kenapa melakukan ini semuanya.""Iya kamu benar. Aku juga yakin kalau dia pasti punya alasan lain.""Iya, mungkin saja. Tapi bukannya kita akan mengadakan acara yang sakral." "Sudahlah biarkan saja dia melakukan itu semuanya. Daripada dia tidak datang sama sekali ke acara pernikahan kita nanti. Kalau dia tidak datang, pasti nanti Kak Madiya jug
Malam hari telah tiba. Madiya kini tengah berada di dalam kamarnya sambil menunggu suaminya pulang dari kantor. Tadi Richard mengatakan kalau dirinya akan lembur dan pulang sedikit malam. Madiya sebenarnya ingin berbicara kepada Richard tentang ancaman dari Nita. Dia sedikit merasa khawatir kalau Nita tengah merencanakan sesuatu sekarang. Hingga mata Madiya melihat kearah pinta yang terbuka. Di sana ada Richard yang baru saja datang dari kantornya. "Akhirnya kamu datang juga," ujar Madiya yang merasa lega ketika sudah melihat istrinya datang. Richard yang mendengar itu malah ingin tertawa. Tumben sekali istrinya itu malah mau menunggu dirinya."Tumben banget kamu menunggu aku pulang dengan gelisah kaya gitu. Apa kamu sedang mengidam?" tanya Richard sambil melirik kearah Madiya. "Bukan itu. Hanya saja memang ada hal yang harus aku bicarakan dengan kamu," ungkap Madiya dengan serius. Richard mengerenyitkan alisnya, tidak biasanya Madiya serius ini padanya. Akhirnya Richard memutus
Sebuah pemakaman, Madiya hanya menabur bunga ditemani oleh Richard yang kini ada dihadapannya. Dia menangis karena merasa kasian di sana. "Semoga setelah ini, kamu akan tenang.""Bagaimana pun dia adalah adikmu," ujar Richard merangkul Madiya sambil ikut menaburkan bunga. Haris terdiam kaku sambil melirik kearah makam tersebut. Dia terus saja bungkam dan tidak mau mengatakan apapun juga. Sampai Robi tiba-tiba datang menghampiri Haris. "Ini ikut menaburkan bunga juga.""Aku tidak menyangka kalau dia sudah tidak ada. Semuanya terasa masih mimpi," ujar Haris. Shela ikut melayat di sini, dia langsung memeluk Ratih dengan erat. "Tante yang sabar yah."Ratih hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia menghapus kembali air matanya dengan cepat. Bisa tidak enak kalau terjadi sesuatu di sini. "Iya gak papa.""Ayo kita pulang."Ratih mengatakan itu kepada semua orang yang ada di sini setelah prosesi pemakaman sudah selesai. Dia hanya melihat dengan sekilas saja. Richard merangkul
Madiya datang ke rumah sakit bersama dengan ibunya setelah mendengar kamar kalau Sabira kena tusuk Nita. Dia tidak menyangka kalau Sabira akan nekat seperti ini. Ketika mereka berdua sudah sampai di rumah sakit, Madiya langsung menghampiri Haris yang sudah berlumuran darah. "Haris, bagaimana keadaan Sabira?" tanya Ratih. Begitu pun dengan Madiya sekarang, dia sangat khawatir dengan keadaan adiknya sekarang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi dengan adiknya. "Dia telah ditangani oleh dokter," jawab Haris. Sampai dan lama kemudian, Richard dagang juga ke rumah sakit setelah dia menyelesaikan misi tentang Roy. Haris menatap kearah Richard dengan sekilas. "Bagaimana dengan Roy, dia sudah ditangkap?""Iya, dia sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Dia akan dikenai pasal pembunuhan karena sudah membunuh Nita."Madiya yang mendengar itu pun menutup mulutnya dengan tidak percaya. "Madiya mati?""Iya," jawab Richard. "Innalilahi," ucap Ratih yang sama terkejutnya dengan hal
Pagi hari yang begitu cerah, Richard masuk ke kantor setelah dia berpamitan dengan istrinya. Dia masih memikirkan tentang orang tersebut. "Aku pamit ke kantor dulu.""Kamu semalam tidur hanya sebentar, udah mau masuk kantor?" tanya Madiya. "Iya, kebetulan ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu tahu kalau orang yang sudah membantu Nita kabur itu juga rekan bisnisku," terang Richard memberitahu istrinya. Madiya yang mendengar itu pun sedikit terkejut dan tidak menyangka sama sekali. "Kok bisa?" tanya Madiya. "Aku baru melacak nomor plat mobilnya, semuanya sudah diatur dengan baik.""Syukurlah kalau begitu. Aku akan mengatur semuanya.""Kalau begitu aku berangkat yah," kata Richard sambil memberikan kecupan di kening istrinya dan mengelus perut anaknya. Sebelum akhirnya dia kembali naik ke dalam mobil. "Iya hati-hati di jalan."Madiya mengatakan itu sambil melambaikan tanganmya, dia melihat suaminya yang kini sudah pergi mengendarai mobilnya. Sampai akhirnya Madiya memutuskan un
Haris menatap kearah Sabira yang tadi memberikan nomor ponselnya dengan mudah begitu saja. Dia harus menanyakan langsung. "Kenapa tadi kamu memberikan nomor ponsel kepada istrinya Pak Roy?" tanya Haris dengan nada yang sedikit penasaran. Apalagi dia yakin kalau istrinya pasti menyembunyikan sesuatu tanpa dia ketahui kebenarannya. Sabira yang memang tengah ada di mobil dan hendak pulang setelah acara pernikahan antara Robi dan Shela selesai. Sebenernya tadi Sabira merasa curiga. "Kenapa diam?" tanya Haris. Sabira langsung mengatakan yang sebenarnya. "Kamu merasa gak sih tadi, istrinya Roy itu sedikit agak aneh.""Maksud kamu, bagaimana?" tanya Haris yang merasa heran. "Gelagat itu loh, mengingatkan aku akan sesuatu, dia terlihat sedikit gugup ketika berjabat tangan denganku dan raut mukanya juga terlihat seperti ketakutan begitu," ujar Sabira. "Iya itu wajar Sabira. Kan kalian baru saja bertemu." Haris mengatakan itu dengan santai. Tetapi Sabira punya pikiran lain karena tadi d
Nita sudah siap dengan yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia berjalan bersama dengan Roy sambil menyalami tangan Shela dan Robi. "Selamat yah atas pernikahan kalian berdua."Shela menjawab dengan ramah karena dia tidak tahu sosok Roy yang sebenernya. Shela mengira kalau memang itu teman dekat suaminya.Roy menatap kearah Robi yang sedari tadi diam saja, dia langsung menepuk pundak pria itu dengan pelan. "Selamat yah bro.""Iya," jawab Robi dengan singkat. Lalu mata Robi melihat kearah wanita yang dibawa oleh Roy barusan. Dia merasa heran sendiri karena melihat wanita yang dibawa oleh Roy sangat sederhana dengan pakaikan yang tidak mencolok sama sekali. Sedangkan Robi tahu kalau selera Roy adalah wanita yang sedikit modis. "Kamu bawa sekertarismu buat datang ke sini?" tebak Robi karena mungkin saja Roy tidak mempunyai pasangan makanya dia membawa wanita itu. Roy menggelengkan kepalanya, lalu dia mendekap wanita yang ada disampingnya itu dengan mesra. Dia hanya ingin memperlakukan
Acara pernikahan antara Robi dan Shela. Madiya sudah siap dengan baju yang memang dia gunakan dengan baik. Kebetulan ini adalah pemberian dari mertuanya. "Mana suamimu, kok belum muncul?" tanya Ratih ketika melihat anaknya hanya datang sendiri. "Richard tadi sedang menerima telepon dari seseorang bun. Dia masih mencari kebenaran Nita yang kabur dari lapas," jawab Madiya. Ratih yang mendengar itu pun sedikit terkejut. "Jadi sampai sekarang Nita belum ditemukan juga?" "Iya bunda, sampai sekarang Nita belum ditemukan sama sekali."Ratih yang mendengar itu pun jadi ikut khawatir. Apalagi dia tahu kalau Nita orang yang nekat, dia bahkan tidak yakin kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Apa Richard sudah berusaha untuk mencarinya?""Iya tentu saja. Dia sudah berusaha untuk mencarinya.""Sampai sekarang belum ditemukan?" tanya Ratih. "Iya Bunda." Madiya hanya menjawab dengan jujur saja. Sampai tak lama kemudian, muncul Richard yang menghampiri dirinya. Dia sudah memikirkan semuanya
Richard benar-benar tidak tahu harus melakukan apalagi. Terlebih setelah dia mendapatkan informasi dari bawahannya kalau mereka semuanya tidak menemukan kebenaran Nita. "Sialan, kalian sangat bodoh sekali. Masa mencari satu orang saja tidak ketemu."Richard mengumpat dengan kesal ketika anak buahnya tidak menemukan kebenaran Nita. Padahal wanita itu sangat berbahaya. Haris datang menemui Richard karena ada informasi yang ingin dia beritahu dengan Richard. "Haris," panggil Richard setelah menyadari keberadaan Haris. "Aku datang ke sini karena ingin memberikan informasi," kata Haris. "Informasi tentang apa?" tanya Richard sambil menatap kearah Haris dengan pandangan serius. Dia penasaran dengan yang dikatakan oleh Richard barusan. Dia yakin kalau laki-laki itu tengah merencanakan sesuatu sekarang. "Kamu harus tahu sesuatu Richard, Nita memang benar menyamar sebagai suster.""Aku sudah tahu tentang itu Haris. Tidak usah menjelaskan semuanya. Anak buahku sudah mengincar Nita, tetap
Madiya melihat baju yang diberikan oleh ibu mertuanya, dia memperhatikan dengan seksama. Baju ini akan dia gunakan ketika acara pernikahan antara Robi dengan Shela. "Sepertinya sangat bagus, aku akan memadukan baju ini dengan dasi yang akan dipakai oleh Richard nanti. Agar kami berdua terlihat sebagai pasangan," kata Madiya sambil tersenyum manis. Dia sudah tidak sabar dengan yang akan terjadi nantinya.Beruntung ibunya dan mertuanya sudah pulang. Kini dirinya hanya tinggal sendiri di dalam kamar. Madiya memperhatikan baju tersebut dengan seksama. Ketika dia hendak akan memakainya, tiba-tiba Richard masuk ke dalam kamar. Madiya sedikit terkejut karena Richard datang secara tiba-tiba begitu saja. "Loh Richard, sejak kapan kamu berdiri di sana?" tanya Madiya ketika melihat suaminya. "Baru saja, kenapa kamu akan lepas baju?" tanya Richard heran. Madiya akhirnya memberitahu Richard tentang apa yang tengah terjadi sekarang. Dia memang sengaja melakukan itu karena akan mengganti kostum
Madiya sudah memberikan hasil USG calon bayinya kepada ibu dan mertuanya. Mereka berdua terlihat senang setelah melihat hasil USG tersebut. "Ini anak kamu Madiya," kata Ratih. "Tentu saja Ratih, ini adalah cucu kita."Ana mengatakan itu sambil tersenyum dengan manis. Dia terharu melihat calon cucunya yang memang terlihat sangat manis. "Tentu saja. Aku sudah memikirkan semuanya.""Terimakasih banyak.""Richard sudah kembali ke kantor setelah mengantar kamu pulang?" tanya Ana yang tidak melihat anaknya. Madiya hanya mengangguk saja, tadi memang Richard sempat berpamitan kepada dirinya untuk balik ke kantor. Sedangkan Madiya malah dilarang untuk kembali ke kantor oleh Richard. "Iya mah, dia pergi lagi ke kantor nanti," terang Madiya. "Pasti dia sangat sibuk sekali, terlebih Robi sudah akan mengambil cuti menikah," ujar Ana. "Iya mah gak papa. Nanti Richard akan menyuruh orang untuk menjadi asistennya mengentikan Robi untuk sementara," jawab Madiya. Ana hanya mengangguk saja, kemu