Limusin hitam diparkir di pintu masuk utama gedung. Seorang sopir membuka pintu, Aiden lantas membawa Eva masuk. Interior mobilnya mewah hampir sebanding dengan hotel top. Aiden memeluk Eva dan menarik wanita itu ke pangkuannya."Sekarang hanya kita berdua, istriku," Aiden berkata."Kalau begitu bisakah kau melepaskanku?""Kenapa? Apa kau tidak menyukainya?" Kata Aiden sembari melingkarkan lengan di pinggang Eva dengan lebih erat."Tidak, tidak. Aku hanya merasa terlalu panas," keluh Eva."Kalau begitu nyalakan AC," perintah Aiden pada sopir. Kursi belakang dipisahkan dari sopir dengan dinding yang bisa ditarik. Aiden menggunakan alat komunikator bawaan untuk berkomunikasi dengan sopir setelah itu Aiden berbicara dengan Alfred dengan alat yang sama karena Alfred yang memang duduk di samping sopir."Ponsel Nyonya Eva telah dikirim ke divisi IT. Adapun mengenai ke 75 foto itu," Alfred berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Divisi IT mengatakan kalau foto-foto itu akan dipulihkan sesegera
Tidak ada orang lain di restoran ditambah para pelayan menjaga jarak dengan hormat dari meja Aiden. Jika Aiden memberi isyarat, mereka bisa mendekati meja untuk melakukan pelayanan.Eva akan mengambil foto ketika ponselnya berdenting. Pesan media sosial muncul di layar. Eva mencoba menutup notifikasi tetapi malah membuka pesannya. Pesan tersebut menunjukkan tangkapan layar dari percakapan lain, salah satunya antara Rebecca dan Aiden: "Suatu kehormatan bagiku untuk menjadi temanmu di media sosial!!"Eva tahu bahwa Aiden tidak pernah menambahkan orang lain ke media sosialnya kecuali pria itu memiliki alasan khusus, tetapi sekarang dia menambahkan, Rebecca Jonas. Tanda seru di pesan tangkapan layar itu mengungkapkan keterkejutan dan kegembiraan Rebecca.Eva mempelajari tangkapan layar. Sepertinya Rebecca dan Aiden melanjutkan percakapan mereka, tetapi fotonya telah dipotong sehingga Eva tidak tahu apa yang mereka bicarakan.Mungkin permintaan maaf, pikir Eva, Atau mungkin mereka berbicara
Penolakan Eva untuk berbicara membuat Jennifer merasa terhina dan dipermalukan, tetapi dia tetap menampilkan senyum profesional di wajahnya."Ayolah, Eva, kita ini kan teman sekolah lama. Tidak ada yang tidak bisa kita bicarakan," kata Jennifer, "Aku bahkan mungkin bisa membantumu.""Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan kepadamu, Jennifer. Tapi, jika kau benar-benar ingin membantuku, tolong keluarkan semua orang dari sini.""Mengeluarkan semua orang dari sini? Wah, kalau yang itu aku tidak bisa membantumu," kata Jennifer, nada jahat merayap ke dalam suaranya, "Kebijakan hotel melarang fotografi diam-diam. Sangat penting untuk melindungi tamu terkenal kita dan membuat mereka merasa nyaman di sini. Selain itu, kau tahu kan kalau suamimu itu tidak suka difoto, terutama secara diam-diam.""Manajer kita benar," bisik seorang pramusaji, "Kudengar ada seorang jurnalis yang mengambil foto Tuan Aiden Malik secara diam-diam. Rumor mengatakan kalau jurnalis itu menghilang dan mereka bahkan tid
Jennifer tertawa palsu, "Kau pikir aku bodoh ya? Kau ingin aku percaya kalau foto-foto ini semacam permainan aneh dan menggoda antara kau dan Tuan Aiden Malik?"Eva mengedikkan bahu. Terserah kau mau percaya atau tidak, pikirnya."Apa masalahnya, Eva? Apakah kau begitu takut pada suamimu?" Jennifer mengejek, "Tapi, kurasa kau memang seharusnya begitu, Eva, merasa takut pada suami. Istri-istri takut suami, hahaha," Jennifer tertawa merasa kalau yang dikatakannya itu lucu walau tidak ada yang tertawa selain dirinya sendiri, "Oh ya, apa kau tahu, Eva, kalau semua teman sekelas kita mengagumimu karena berhasil menikah dengan keluarga kaya dan berasal dari kelas atas, keluarga Malik yang merupakan old money. Tapi yang sebenarnya aku tahu kalau istri orang kaya dan kelas atas itu sering sangat menderita. Selain itu, kudengar suamimu menolak menyentuhmu setiap malam selama dua tahun terakhir. Hohoho Eva kau benar-benar tidak bisa menggunakan 'asetmu yang besar itu' dengan baik." Jennifer lagi
Di dalam restoran, Aiden mengangkat tangan lalu melihat jam tangan limited edition miliknya. Hampir dua puluh menit telah berlalu sejak dia duduk di meja. Aiden memeriksa ponsel dan merasa kecewa karena Eva belum menjepret foto baru. Dia mengetuk jari ke atas meja dengan tidak sabar. Alfred bergegas ke sisinya."Coba kau cek istriku, Alfred," perintahnya.Alfred Bailey menjauh hampir menabrak seorang wanita yang memakai rok hitam pendek. Dia membawa ponsel putih yang terlihat identik dengan yang dia berikan kepada Eva pada hari sebelumnya. Alfred segera menyadari bahwa ada yang tidak beres, dia segera berlari keluar dari restoran lalu menyusuri lorong.Jennifer tidak memperhatikan Alfred, dia terlalu sibuk menatap Aiden. Angin sepoi-sepoi dari jendela lantai dengan lembut mengacak-acak rambutnya yang tebal. Jennifer tenggelam dalam pikirannya, melihat hidung Aiden yang mancung, wajah yang dipahat, serta tubuh seksi di balik pakaian yang dikenakan pria itu. Jennifer tersandung dan hampi
"Tuan Aiden, Nyonya Eva sudah pergi," kata Alfred Bailey."Apa maksudmu dia sudah pergi?" tanya Aiden.Tidak heran Eva memberikan ponselnya, dia ingin melarikan diri dari hotel, pikirnya. Eva ingin mencegah pemeriksaan fisik. Pasti karena dia peduli pada Sebastian-Sebastian Lewis itu.Aiden paling benci dibohongi, tetapi Eva dan Sebastian Lewis bersekongkol untuk membohonginya mengenai istrinya yang tidak layak untuk hamil. Aiden tidak bisa tidak memikirkan tentang perselingkuhan. Kalau tidak, alasan apa lagi yang dimiliki Eva untuk melakukan penipuan ini selain perselingkuhan?Tanpa disadari, Aiden membalik meja makan. Gelas dan piring porselen pecah berkeping-keping di bawah meja. Bunga lily berserakan di lantai, menjatuhkan kelopaknya. Botol anggur retak di tengahnya membuat anggur merah perlahan merembes dari celah itu mengubah taplak meja putih berprint menjadi merah tua.Jennifer Newman menjerit ketakutan. Wajahnya pucat dan gemetar seolah dia kedinginan. Aiden mengamuk dan marah
Saat itu awal musim semi, berbagai bunga berharga bermekaran di taman Hotel Empire. Keharuman mereka mengharumkan udara membuat kupu-kupu hinggap dari kelopak yang satu ke kelopak yang lain.Setelah Eva melompat turun dari jendela, dia memeriksa peta hotel yang dipasang di dinding. Menurut peta, ada jalan keluar belakang hotel melalui taman. Dia begitu sibuk mencari jalan keluar, hingga dia tidak menyadari bahwa kaki celananya tersangkut semak mawar yang berduri.Ketika dia merasakan tarikan di kakinya, firasat yang tidak menyenangkan mencengkeramnya. Tiba-tiba, kecemasan membuncah di dadanya. Takut dengan firasatnya, dia mencoba melepas celananya dengan hati-hati dari semak tanpa merusak bunga yang sedang tumbuh. Tindakan itu tanpa sengaja membuat jarinya tertusuk duri, Eva mundur secara spontan.Duri itu keras dan tajam, membuat luka kecil di jarinya mengeluarkan darah. Eva lantas teringat tentang pepatah bahwa mawar itu seperti wanita, dimana kecantikan wanita menyembunyikan duri.
Sebuah tangan meraih lengan Eva dan menariknya berdiri."Apa yang kau lakukan di sini, Jennifer?" Eva bertanya dengan sedih.Angin berhembus lagi, menerpa rambut Jennifer yang sudah acak-acakan. Bibirnya terlihat berkerut dengan kejam."Kau benar-benar terkejut, Eva? Apakah sangat tidak terduga melihatku di sini? Ini kan hotel tempatku bekerja," kata Jennifer sambil tersenyum tipis."Apa yang kau inginkan, Jennifer? Aku sudah memberimu ponsel tadi!" kata Eva."Yah, itu benar, tapi ketika aku memberitahu Tuan Aiden Malik tentang kau yang mengambil fotonya secara diam-diam itu, Aiden Malik menjadi sangat marah dan memintaku membantunya untuk menemukanmu." Oh ya? Memangnya kapan Aiden meminta bantuan padamu, Jennifer? Bohongmu lancar sekali.Jennifer menyeringai, menikmati kemenangannya."Kau tampak takut, Eva," kata Jennifer, "Aku sempat berpikir tadi kalau Tuan Aiden Malik mungkin akan melepaskanmu dengan mudah demi melindungi hubunganmu dengannya. Tapi, kurasa aku tidak mengantisipasi