Share

53. Ngidam

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu tadi siang lihat sendiri kakak kamu mencari ke kampus sampai seminggu dua kali. Apa kamu gak rindu? Apa kamu gak mau memberitahu kakak kamu, saat ini kamu ada di mana dan kamu baik-baik saja. Ia pasti sangat mencemaskan kamu, Hani. Ada banyak kejahatan di luar sana, meskipun kalian mungkin bukan adik kakak yang super akur, tetapi pikiran buruk tentang kejahatan di luar sana yang bisa saja menimpa kamu, pasti membuat kakak kamu cemas. Ini hanya saran saja, Hani. Oke, kalau kamu tidak berniat untuk ikut bersama kakak kamu lagi, tetapi kamu harus muncul dan memberitahu bahwa kamu baik-baik saja." Zahra menasihati Hani, saat gadis itu menemani Hani yang tengah menyetrika di kamarnya.

Tidak ada sahutan dari Hani. Ia bukan tidak mau bertemu kakaknya, kalau ia ke sana, pasti kakaknya menanyakan bayinya dan ia tidak mungkin akan diam saja saat tahu bayi adiknya malah dititipin ke orang lain. Hadi mungkin akan marah besar, mengingat hanya dialah yang sangat antusias dengan kehamilan Ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
aki aki emang manjur hahahaha...
goodnovel comment avatar
Endah Setyawati
abah haaajjjiii.. makin tua makin jadiii..
goodnovel comment avatar
Diganti Mawaddah
dengkulnya udah pake pelindung Bang ha ha ha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   54. Istri Baru Hadi

    Assalamu'alaikum, Syamil, masih ingat saya? Saya Jadi, kakaknya Hani. Beberapa hari lalu, Hani menelepon saya dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan saat ini bekerja di Jakarta, tapi Hani gak bilang tinggal di mana karena teleponnya langsung ditutup. SendHadi mengirimkan pesan pada Syamil. Ia baru teringat pesan pemuda itu yang mengatakan bahwa untuk memberitahunya bila ada kabar dari Hani. "Mas, ini kopinya," ujar Ratih sembari menaruh cangkir kopi di atas meja. "Terima kasih, Sayang." Hadi tersenyum begitu senang. Ini hari kedua ia dan Ratih resmi menjadi suami istri, secara nikah siri. Baru dua hari dan ia merasa bagaikan menjadi raja. Semua dilayani oleh Ratih. Rafli juga senang bicara dengan bercanda ringan dengannya. Rumahnya yang dulu sepi, kini menjadi ramai karena ada istri dan anak sambung yang sudah remaja. "Bagaimana hari ini, apa toko rame?" tanya Ratih. Hadi mengangguk sambil menyesap kopi buatan sang Istri baru. "Rafli mana?" Hadi mencari keberadaan putra sam

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   55. Wisudawan Muda

    "Syam, ayo ke sini, Dek!" Teriak Syamil pada bayi tampan yang kini sudah berusia hampir empat tahun. Ummi, abah, teteh, semua ikut datang dan berbahagia atas berlangsungnya acara wisuda Syamil hari ini. Akhirnya, Syamil mampu menyelesaikan kuliahnya kurang dari empat tahun karena memang Syamil pintar dan ia mengisi hari-harinya dengan fokus kuliah. Teman satu kelas baru mau mulai jadwal skripsi, Syamil sudah wisuda. Tentu saja jadwal wisuda Syamil berbeda dari teman-temannya. Namun, hari ini gadis berkerudung besar bernama Hanum, Abdul, Azizi, dan Risa yang datang untuk memberikan selamat untuk Syamil atas prestasi cumlaude yang didapat. "Abang!" anak kecil berusia empat tahun itu berlari menghampiri Syamil lalu minta digendong di punggung. Keduanya sangat dekat dan juga sedikit mirip. Jika orang lain melihat sekilas, banyak yang menyangka Syam adalah anaknya Syamil. "Lama nih!" keluh Syam yang sudah berada nyaman di punggung Syamil. "Lama, Sayang, acara Bang Syamil memang lama.

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   56. Pertemuan Hadi dan Hani

    "Udah atuh ih, masih nangis aja sih!" Hani menepuk pundak abangnya. Pria itu masih menangis sesegukan, begitu tiba di rumah dan mengetahui ada Hani di sana. Hari bahkan tak mampu berjalan untuk menghampiri adiknya karena rasa terkejutnya yang amat sangat besar. Hadi bersimpuh sambil menangis karena terlalu lega dengan kehadiran adiknya. Hani-lah yang datang menghampiri Hadi, lalu keduanya pun berpelukan. Hingga saat ini, Hadi masih menangis dan tidak mau berhenti. Teh buatan istrinya pun dari panas, menjadi hangat saja karena suaminya yak kunjung menyentuh gelas teh tersebut. "Bang, udah ngapa! Hani udah di sini. Makin cantik, makin bersinar, makin makin pokoknya, kurang apa lagi? Udah nangisnya!" Hani kembali memukul pelan pundak Hadi dengan gemas. "Ck, si Abang, mubazir tisu jadinya." Ratih ikut menimpali. Awalnya ia ikut terharu, lama-kelamaan ia menjadi kesal karena tangis suaminya tidak mau berhenti, sedangkan sampah tisu bekas air mata dan air ingus berserakan di mana-mana.

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   57. Kejutan dari Syamil

    "Anak kamu mana, Hani?" tanya Hadi ketika mereka semua sudah ada di meja makan. Sudah terlambat untuk jam makan malam, karena sudah pukul delaoan lebih tiga puluh menit, tetapi karena semua penghuni rumah lapar, jadi acara makan malam pun tetap berlangsung. Apalagi tamu yang datang juga belum makan. "Anak Hani gak diajak, Bang, lagi kurang enak badan." Hani terpaksa berbohong. "Oh, sakit apa?" tanya Hadi. "Demam, kayaknya mau tumbuh gigi," jawab Hani bingung. "Loh, kamu punya bayi lagi, Han? Udah nikah?" Hani menelan ludah, lalu menggeleng dengan cepat. Pertanyaan bingung dari kakak iparnya membuat Hani menyesali diri. Ia tak pernah tahu banyak tentang bayi, oleh karena itu, asal sebut alasan saja. "Radang, ya, Teh, radang. Jadi biar di kontrakan dulu.""Sama siapa?" Jadi benar-benar ingin tahu tentang kehidupan adiknya selama ini. Nasi di tangan sampai kering karena mereka terus berbincang hingga jam sepuluh malam. Hani menguap beberapa kali karena sudah amat mengantuk, tetapi

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   58. Mencari Jodoh untuk Syamil

    "Menurut Abah, anaknya siapa yang bisa kita jadikan mantu?" tanya Bu Umi pada suaminya, saat mereka sudah berada di dalam kamar. Abah haji baru saja selesai mandi dan tengah memakai baju. Ia akan mengisi pengajian satu jam lagi di masjid yang letaknya cukup jauh dari pesantrennya. "Siapa ya, Mi? Abah juga bingung, belum ada kandidat. Belum pernah tanya-tanya juga sama teman kajian, atau ustadz lain, karena Abah kirain, Syamil gak mau dijodohkan dan juga gak mau buru-buru nikah." Abah Haji duduk di pinggir tempat tidur sambil memasang kancing baju koko. "Berarti sekarang mulai di tanya-tanya, Bah. Oh, iya, ada tabungan kita buat pesta Syamil nanti?" Abah Haji tersenyum, lalu mengangguk sambil tersenyum. "Syamil katanya punya uang, Mi, kita hanya menambahkan." "Alhamdulillah, tapi tetap saja kita harus sediakan uang, Bah. Syamil juga perlu uang buat bekal dia nanti pergi ke Kairo." Abah Haji mengangguk setuju dengan pendapat istrinya. Suami istri itu terus berdiskusi tentang permin

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   59. Tiga Kandidat Muslimah untuk Syamil

    "Ya ampun, Zahra, apa kabar?" Hani terkejut, karena begitu tiba di rumah kontrakan, ada Zahra di sana sambil berbincang dengan Mbak Nunuk. Sama-sama penghuni lama seperti dirinya. "Kamu dari mana, Han? Untung aku belum pulang." Zahra memeluk Hani, lalu cipika-cipiki. Hani pun menyalami Mbak Nunuk yang tersenyum dengan kepulangannya. "Ke rumah kakaknya. Jadikan, Han?" Mbak Nunuk memang mengetahui ke mana ia pamit pergi kemarin, karena setelah Zahra pindah, hanya Mbak Nunuk penghuni lama yang sangat dekat dengannya. "Jadi, Mbak." Hani tersenyum senang. "Ya ampun, kamu sudah bertemu kakak kamu? Alhamdulillah, Hani." Zahra tersenyum begitu lebar. Setelah sekian tahun ia membujuk Hani agar mau menemui keluarganya, akhirnya Hani mau juga. Tidak apa terlambat, asalkan ia tetap bertemu dan bersilaturahim dengan keluarga. "Ya sudah, kalian lanjut ngobrol ya. Mbak mau siap-siap berangkat ke pabrik. " Nunuk bangun dari duduknya. "Iya, Mbak, makasih udah temani saya." Zahra tersenyum sangat

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   60.Pilihan Syamil

    Tiga hari berlalu, setiap malam, di waktu sepertiga malam, pemuda itu meminta petunjuk pada Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pembolak-balik Hati untuk memberikan sebuah nama yang akan menjadi tulang rusuknya. Syamil sengaja berpuasa untuk membulatka tekadnya berumah tangga. Kekhawatiran perihal satu nama yang sampai saat ini membuatnya penasaran, terpaksa ia tepis. Pemuda itu meminta, jika memang bukan jodohnya, maka jauhkan dan jangan biarkan mereka bertemu. Satu nama itu adalah Hani. Ia tidak boleh mencondongkan nafsu dalam memilih jodoh, apalagi wanita itu tidak ada di depannya. Bismillah, satu nama itu sudah ia tentukan. Selesai salat dhuha, Syamil keluar dari kamarnya. Suara tawa dan canda terdengar dari halaman belakang. Siapa lagi kalau bukan tetehnya dan juga Mbak Nela yang sangat besti. Sungguh aneh, anak istri pertama, begitu akur dengan istri kedua ayahnya. Sampai saat ini, otak cerdas Syamil tidak dapat memikirkan bagaimana bisa seorang lelaki melakukan poligami? "Kenapa,

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   61. Persiapan Menjemput Syam

    "Loh, kenapa udah pulang? Belanjaannya mana?" tanya Mbak Nunuk saat melihat Hani baru saja masuk ke dalam rumah dengan ekspresi letih. Wanita berusia tiga puluh dua tahun itu memperhatikan Hani dari atas sampai bawah. Hani memilih langsung duduk di kursi ruang tamu sambil mengatur napas yang masih sedikit sesak. "Mbak, saya gak jadi belanja. S-saya bertemu Grace," jawab Hani dengan suara putus-putus. Nunuk bergegas ke dapur, lalu kembali lagi ke ruang tamu sambil membawa segelas air putih. "Tenang, ini minum dulu!" Hani menerima gelas itu dan langsung meneguk airnya hingga tandas. "Grace istri pertama dosen kamu?" tanya Nunuk meyakinkan. Hani mengangguk. "Kenapa kabur? Harusnya kamu cuek saja dan kalau bisa, kamu tantang. Kamu yang dulu polos, sudah tidak ada lagi. Sekarang kamu wanita kuat yang bisa mengeluarkan pendapat kamu. Kalau kamu lari, maka Grace akan semakin curiga ada sesuatu yang kamu sembunyikan." Hani menatap kakak kos yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Hany

Bab terbaru

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   133. Asoy

    Keduanya sudah mandi dan juga solat magrib berjamaah. Syamil memimpin dengan membaca surah Ar Rahman yang isi surah tersebut adalah tentang cinta kasih. Bahkan Syamil menangis saat membacakan surah tersebut. Hani pun ikut menangis, sehingga Syamil begitu terharu melihat sang Istri. "Sudah, kan sudah selesai solat, air matanya masih turun aja! Neng terharu dengan surah itu ya?" Syamil mengusap kepala Hani dengan lembut. "Saya nangis bukan karena terharu, tapi karena kecapean berdiri. Surahnya kepanjangan. Rokaat pertama surah Ar-Rahman, rokaat kedua Surah Yasin, hiks.... " Syamil tertawa terpingkal-pingkal. Ia benar-benar keterlaluan pada istrinya. Bisa-bisa nanti Isya, Hani gak mau jama'ah lagi gara-gara kepanjangan ayat. Hu hu hu... "Neng, maaf ya. Sini, biar saya pijitin!" Syamil tidak tega dan tentu saja langsung meminta maaf. Kedua kaki istrinya ia pegang dan ia pijat dengan lembut. Hani pun membiarkan Syamil memijat kakinya karena memang rasanya sakit dan pegal. "Maaf ya, sa

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   132. Pengantin Baru

    "Apa ini, Mi?" tanya Syamil saat ummi-nya menyodorkan sebuah kartu mirip kartu ATM. "Buat kamu bulan madu. Biar gak digangguin pembaca, he he he.... ""Ya Allah, Ummi, makasih ya, Mi." Syamil memeluk ummi-nya dengan penuh rasa haru. "Ummi ini kapok, mungkin karena waktu pernikahan kamu yang pertama Ummi gak kasih hadiah nginep di hotel, makanya jadi gitu. Sekarang Ummi mau memperbaiki kesalahan Ummi. Kamu dan Hani selamat menikmati menginap di hotel selama empat hari. " Kalian bisa jalan-jalan naik speedboat, bisa ke Dufan sekalian, bisa main ke sea world. Menikmati makan malam romantis di depan pantai Ancol." Bu Umi menjelaskan dengan penuh antusias. Ia memang sudah menyiapkan semua untuk Syamil dan juga Hani. "Mi, terima kasih ya," ujar Hani akhirnya, setelah sejak tadi hanya memperhatikan Syamil dan ummi-nya berbincang. "Sama-sama Hani. Ummi lega ternyata kamu ibu kandung Syam, sehingga Ummi dan Syam tidak akan dipisahkan." Bu Umi sudah berkaca-kaca. Hani memeluk mertuanya. "

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   131. Alhamdulillah

    Salah satu orang yang paling tersedu-sedan di ruangan itu adalah Bu Restu. Dengan baju kebaya sederhana yang dipinjamkan Bu Umi, serta selendang panjang yang ia pakai di kepala, Bu Restu terus terisak. Ia begitu terharu bisa menyaksikan momen anak bungsunya menikah dengan sebenar-benarnya menikah."Mama, maafkan Hani. Mohon ... d-doa restu Mama." Kalimat itu ia ucapkan terbata-bata diantara linangan air matanya. "Pasti Mama doakan, Sayang. Semoga bahagia selalu ya, Nak. Maafkan Mama." Keduanya saling berpelukan erat. Dilanjut dengan sungkem pada Hadi."Akhirnya adik Abang menikah juga. Selamat yq, Hani. Semoga sakinah, mawaddah, wa rohmah." "Makasih, Bang. Hani minta doa dan restunya." Adik dan kakak itu pun saling berpelukan sambil menangis Syamil yang ikut sungkem pada Bu Restu."Mohon doa restunya, Ma," bisik Syamil dengan suara bergetar menahan tangis."Titip Hani ya. Mama pesan, tolong jaga Hani. Jika kamu sedang marah, tolong jangan berkata kasar pada Hani. Mama percayakan an

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   130. Akad Nikah

    "Beneran kamu gak mau ikut melamar wanita yang akan menjadi kakak ipar kamu?" tanya Pak Rahmat pada Zahra. Dirinya dan Raka sudah bersiap berangkat karena taksi online sudah menunggu di depan pagar rumah. "Nggak, Pa, semoga acaranya lancar." Zahra tidak berani menoleh pada Raka. Ia hanya menatap papanya saja sambil tersenyum tipis. "Ya sudah kalau begitu, Papa dan Raka berangkat dulu. Besok pagi Papa InsyaAllah sudah ada di rumah." Zahra mengangguk paham. Wanita itu masih berdiri di depan pintu sampai taksi yang ditumpangi papa dan Raka meluncur pergi. Kemarahan Raka kemarin, sangat membuatnya syok dan sadar, bahwa selama bertahun-tahun hanya dirinya yang memendam perasaan itu, sedangkan Raka tetap menganggapnya sebagai adik. Zahra merapikan semua baju untuk ia masukkan ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat untuk kembali bekerja dan tinggal di kosan saja. Jika ia tetap di rumah, maka kenangan almarhumah mamanya dan Raka pasti mengusiknya dan membuatnya susah sadar diri. "Mbak Zahra

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   129.Pengakuan

    Kehadiran Raka di rumah tentu saja membuat Pak Rahmat sedikit lega. Meskipun hanya satu malam saja putranya menginap, paling tidak, pria itu merasa ada teman bicara. Masalah yang menumpuk membuatnya stres memikirkan masalah anak-anaknya.Jika Pak Rahmat senang dengan kehadiran Raka, menemani Raka makan di ruang makan, tetapi tidak dengan Zahra yang masih belum keluar kamar sejak mulai Raka tiba di rumah. "Ck, ya ampun Zahra belom sembuh juga ngambeknya," gumam Raka saat nasi dalam piring hampir habis. "Ya, nanti kamu bicara saja dengan Zahra. Ada hal yang harus kamu ketahui, tetapi lebih baik Zahra sendiri yang memberitahu." "Maksud Papa? Hal penting apa, Pa? Berkaitan dengan Syamil?" Pak Rahmat mengangkat bahunya. "Bisa jadi." Jawaban ambigu Pak Rahmat membuat Raka menghela napas. Pasti ada ha besar yang ditutupi papa dan adiknya. Pak Rahmat memang sudah menimbang untuk tidak membicarakan masalah perasaan putrinya pada Raka. Ia tidak mau ikut campur terlalu dalam, apalagi soal

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   128. Penjelasan Raka

    "Wah, calon pengantin jangan suudzon dulu!" Raka mengulurkan tangan ingin berjabat dengan Syamil. Pemuda itu pun membalas jabat tangan Raka tanpa senyuman. Wajahnya masih masam karena merasa cemburu dengan Raka. "Mas Raka udah tahu status kita, Sya. Mas Raka ke sini hanya mau anter oleh-oleh dan meluruskan masalah dengan saya. Semua udah selesai kok." Hani menambahkan dengan bijak. Syamil tidak menyahut. Ia duduk memutuskan duduk di samping Raka dengan muka yang masih ditekuk. "Ya sudah, menurut saya masalah diantara kita sudah selesai. Doakan masalah saya juga selesai ya, Hani." Raka berdiri dari duduknya. "Mas, habiskan dulu tehnya!" Hani mengangkat cangkir teh yang masih ada setengah cangkir lagi. Raka pun duduk untuk menghabiskan tehnya. Hani dan Syamil saling pandang. Hani mendelik karena wajah Syamil masih saja masam, padahal Raka sudah menjelaskan. "Saya pamit deh, naik taksi online-nya dari depan saja. Oh, iya, Sya, jangan lupa undang saya saat kalian menikah ya. Selagi se

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   127. Raka Pulang

    "Zahra, kamu dari mana saja? Ini sudah malam," tanya Pak Rahmat saat membukakan pintu untuk Zahra. Putrinya dengan tampilan amat berantakan pergi sejak siang dan baru kembali pukul sebelas malam. Zahra tidak menjawab pertanyaan papanya. Ia berjalan lunglai menuju kamar. Pak Rahmat hanya bisa menggelengkan kepala. Ia mengunci kembali pintu rumah, lalu mematikan lampu. Tidak mungkin mengajak putrinya bicara dalam keadaan kacau seperti ini. Pak Rahmat memutuskan masuk ke kamar juga. Pagi harinya, tepat pukul lima pagi. Siti sudah sampai di rumah Zahra dan tengah bersih-bersih saat Pak Rahmat baru pulang dari solat subuh di masjid. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaykumussalam." Siti tersenyum sambil mengangguk. "Zahra belom bangun, Ti?" tanya Pak Rahmat, sambil melirik kamar putrinya yang masih tertutup rapat. "Belum, Pak, mungkin sebentar lagi atau bisa juga lagi datang bulan, makanya bangunnya santai," jawab Siti. "Benar juga sih. Oh iya, mulai hari ini saya sudah kerja kembali. Jadi

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   126. Air Mata Zahra

    "Kenapa kamu tega sama aku Hani?" Zahra terisak di depan Hani yang menatapnya dengan wajah bingung."Tega apa, Ra? Coba kamu tenang dulu. Cerita sambil sesegukan gitu, mana aku bisa paham," ujar Hani sembari menyentuh pundak sahabatnya. Zahra menepis tangan Hani dengan cepat. "Kamu kenapa gak bisa menahan diri? Paling tidak sampai aku benar-benar bercerai dari Syamil. Kamu gak mau dibilang pelakor'kan, Hani?" sindiran Zahra tentu saja sama sekali tidak membuat Hani tersinggung. Ujian lebih berat dari ini pernah ia lewati dan ia tidak mau tersulut emosi untuk hal yang tidak jelas."Poligami itu bolehkan? Bukan suatu hal yang dosa. Apalagi setahu saya, istri Syamil yang meninggalkannya. Saya gak masalah jadi istri kedua." Jawaban Hani membuat Zahra semakin menangis. "Kalau bukan karena aku, kamu pasti udah jadi pelacur di luar sana, Hani! Kamu aku berikan tempat tinggal layak. Aku bantu mencarikan pekerjaan. Aku pinjamkan HP untuk kamu jualan. Lalu setelah kamu mandiri, kamu lupa." H

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   125. Abah yang Betah

    Acara lamaran berlangsung lancar dan juga penuh canda tawa. Pukul dua siang, keluarga Syamil masih betah berbincang dengan keluarga Hani. Bu Umi sudah ingin pulang, tetapi suaminya masih betah di rumah Hani. Entah apa yang mendasari itu, tetapi firasatnya sebagai istri mengatakan, bahwa ada hal lain yang membuat suaminya betah. Begitu juga dengan Nela. Ia tahu, sejak tadi, Hadi selalu mencuri pandang padanya yang sengaja duduk di pojokan. Bahkan saat menikmati makan prasmanan yang disiapkan keluarga Hadi pun, ia memilih mengambil asal saja lauk yang ada di deretan panci prasmanan. Hadi juga tidak menghampirinya, maka ia pun merasa tidak perlu juga berbincang dengan pria itu. Kisahnya dan Hadi adalah kisah masa lalu yang amat buruk, tetapi membuatnya mempunyai tabungan di akhirat. Nela pun tersenyum bila mengingat bagaimana Allah memuliakannya. Mengangkat derajatnya dari wanita malam, menjadi istri sah dari seorang ustadz. "Nela, bilangin abah tuh, ajak pulang! Kaki saya mulai saki

DMCA.com Protection Status