Home / Urban / Istri Seksi Tetangga Sebelah / 28. Persiapan Pernikahan Abah Haji

Share

28. Persiapan Pernikahan Abah Haji

Author: Diganti Mawaddah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya Allah, Sya, kenapa sakit lagi? Kamu makannya gak bener ya?"

"Bener atuh, Mi, makan nasi, bukan makan beling."

"Ish, maksud Ummi, kamu makannya suka telat gak?"

"Nggak suka telat, Mi, tapi kadang telat."

Bu Umi menghela napas. Ia merasa Syamil mengalami gangguan pada otaknya atau ruhnya, sehingga perlu dirukiyah. Belum pernah anaknya selamban ini dalam mencerna kalimat.

"Jadi gimana? Apa kamu punya obat?"

"Punya, Mi. Ini barusan minum obat."

"Ya sudah, besok, abah mau memenuhi undangan Maulid Nabi yang diadakan di Pesantren Hidayah yang di Bandung. Ummi bilang, suruh tengokin kamu."

"Iya, Mi, makasih Ummi-ku sayang. Sudah dulu ya, Mi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaykumussalam."

Bu Umi menutup panggilannya. Ibu mana yang tidak khawatir bila mendengar anaknya yang merantau sedang sakit dan tidak ada siapa-siapa yang mengurusnya. Ia ingin sekali bisa mengunjungi kosan Syamil, tetapi kakinya belum bisa diajak pergi jauh. Baru sampai keluar untuk ke masjid pesantren dan itu pun benar-bena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ram Lee
abah hj gigitannya aduhai
goodnovel comment avatar
Anggit Ramara
nah makin pening si abah
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
Ati2 Jan Ampe Abah naksir Hani tuh, hehehe....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   29. Hani Bertemu Abah Haji

    Hani duduk bersila di depan orang tua Syamil. Untunglah saat ini ia memakai celana panjang dan mukena, meskipun di balik mukena biru gelap itu ia hanya memakai tank top hitam tanpa bra, tetapi tidak terlihat dari luar. Hani menundukkan pandangan. Tidak berani menatap wajah ayah Syamil yang begitu teduh dan berwibawa. Pantaslah Syamil tampan seperti Arab, ternyata ayah Syamil pun tampan. Memakai gamis dan juga sorban di kepalanya. Hani menjadi merasa rendah diri. "Jadi, nama kamu, Hani?" tanya abah."Iya, Syeikh, nama saya Hani." Syamil terbahak di atas ranjang. Sungguh aneh ayahnya dipanggil Syeikh oleh Hani. Tahu dari mana wanita itu dengan panggilan syeikh? Abah pun menggembungkan pipinya menahan tawa. Seumur-umur punya pesantren, baru kali ini ia dipanggil Syeikh. "Jangan panggil, Syeikh! Panggil saja, pak atau om," kata abah sambil tersenyum. "Baik, Pak." Hani mengangguk. "Sudah berapa lama berhubungan dengan anak saya? Kayaknya kamu udah tua ya? Maksud saya, dari wajah, kamu

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   30. Syamil Pindah

    "Oh, jadi Abah suruh pindah?" "Iya, Bang. Abah sekarang lagi pergi Maulid di Pesantren Hidayah. Pulang dari sana nanti, abah yang carikan dekat kampus. Mm... Bang Didin gak papa?" "Ya gak papa, Sya. Perintah orang tua yang harus dijalani. Lagian pasti dekat ini sama Hani. Saya titip sesekali kamu jenguk Hani ya. Apalagi udah gede pasti perutnya. Palingan dia atau tiga bulan lagi lahiran kan?""Iya, Bang, kemarin kata dokter udah enam bulan lewat satu minggu.""Ya sudah gak papa, Sya. Kamu tenang aja. Jatah wifi gak akan saya hilangkan, he he.... ""Makasih, Bang, udah dulu ya. Saya masih lemes banget ini.""Iya, oke, cepat sembuh ya, Sya."Didin menutup panggilan dari Syamil. Ia memikirkan bagaimana nanti Hani kalau mau melahirkan dan tidak ada yang dekat dengannya. Gadis itu pun sudah ditalak oleh suaminya, meskipun sedang hamil. Didin merasa hatinya kembali panas. Baru istri dari Arif yang mendapat karma, sedangkan pelaku utama belum. Suami-istri yang membuat Hani terjebak sehingg

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   31. Mencari Hani

    "Ya ampun, kamu yakin Hani pindah? Sejak kapan?""Sudah dua hari yang lalu, Bang. Maafin saya ya. Aduh, saya juga kepikiran Mbak Hani, Bang. Kata Bu Retno, Mbak Hani gak punya uang, makanya pindah dan jual HP. Saya jadi kehilangan jejak Mbak Hani.""Ya sudah, saya akan bantu cari di sini. Kamu jika ada waktu senggang, cari Hani juga ya. Mungkin di rumah sakit, siapa tahu dia sakit.""Baik, Bang, begitu senggang, saya akan cari Mbak Hani sekitar sini. Sudah dulu ya, Bang. Assalamu'alaikum.""Wa'alaykumussalam."Syamil menatap layar laptop tanpa semangat. Tugas kampus yang harusnya bisa kerjakan dengan cepat, terbengkalai karena sedari tadi, ia hanya memikirkan Hani. Di mana wanita itu? Apakah ia dan bayinya baik-baik saja? Mereka tinggal di mana? Kenapa tidak cerita padanya? Paling tidak, ia bisa mencarikan kos-kosan untuk gadis itu sampai ia melahirkan. Ting!HanumAssalamu'alaikum, Syamil, kamu lagi apa? Nanti sore jadwal kursus Fadli ya.Wa'alaykumussalam, iya, Num. InsyaAllah.Sen

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   32. Syamil yang Galau

    Ke mana ya, Allah? Itulah status whatsapp pemuda berusia sembilan belas tahun lebih empat bulan itu. Seminggu sudah berlalu dan dirinya masih mencari Hani di sekitaran Bandung. Semampunya, sesempatnya karena jadwal kuliah mulai padat, begitu juga dengan jadwal mengajar bimbel. Tak jarang dirinya sampai di kosan pukul sembilan sampai sepuluh malam karena sepulang mengajar, ia sempatkan berkeliling mencari Hani sambil menunjukkan foto Hani pada orang-orang yang ia temui. Assalamu'alaikum, Syamil, kamu kenapa, Dek? Apa yang hilang? Uang, dompet, laptop atau apa? Syamil membaca pesan dari tetehnya. Buku Syamil, Teh, tapi gak papa, semoga nanti ketemu. SendOh, buku, buku penting? Materinya apa? Beli online lagi saja? Syamil tersenyum membaca balasan pesan dari Laila. Materi hidup, Teh, he he... nanti juga ketemu, saya cari saja dulu. Teteh apa kabar? Umi bagaimana?SendTeteh sehat, ummi, dan abah juga sehat. Kamu pulang gak sabtu ini, abah mau menikah dengan Mbak Nela. SendYa a

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   33. Kena Batunya

    Selesai dengan tugasnya, Dewi langsung bergegas memakai kembali pakaiannya. Galeri di ponselnya yang sudah terisi banyak dengan foto-foto syur dirinya dan Arif pun sudah ia amankan dengan baik. Ia meninggalkan Arif yang terdapat lemas setelah bergulat dengannya sampai pagi. Yudi terkantuk-kantuk menunggu Dewi berkunjung ke kosannya. Ia terjaga sepanjang malam karena tidak sabar mendapatkan kabar baik dari teman wanitanya itu. Ia juga berharap tidak ada kendala rumit yang membuat rencananya berantakan. Suara motor berhenti di depan rumah kontrakannya. Yudi melompat saat mengenali wanita yang sudah sejak semalam ia tunggu kabarnya. "Gimana?" tanya Yudi penasaran. "Aman, Bos. Aduh, gue sarapan dulu deh. Perut gue keroncongan dari semalam. Gila itu laki, habis bercinta orang gak dibeliin minum gak dikasih makan. Gue harap sih, dia mat kelaparan aja di kamar itu. Nyebelin banget," omel Dewi yang sudah meletakkan empat bungkus nasi uduk di atas meja ruang tamu Yudi. "Lah, serius lu, ga

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   34. Ipar Jahat

    "Di mana-mana itu gak ada yang gratis. Kamu tinggal di sini juga gak bisa gratis. Cuci semua baju di belakang. Pisahkan pakaian berwarna dan putih. Setelah itu kamu masak. Aku sudah belanja. Ayam empat potong untuk aku dan Bang Hadi. Kamu makan telur ayamnya. Makan telur itu bagus untuk ibu hamil. Setelah masak, kamu baru boleh lanjut setrika." Nabila memerintah Hani yang baru saja selesai menyapu, lalu mengepel rumah. Pinggangnya panas, perutnya pun terasa kencang karena setiap hari mengerjakan ini itu di rumah abangnya. Lalu, apakah Hadi tahu? Tentu saja Hadi tidak tahu karena Nabila yang melarangnya untuk memberitahu. "Perut saya keram, Mbak," kata Hani dengan sedikit meringis. "Alesan! Kamu itu gak boleh manja, Hani. Hidup menumpang itu gak enak. Makanya hidup itu yang lurus. Satu lagi, kamu gak boleh keluar rumah. Nanti tetanggaku di sini jadi ribut gara-gara aku menampung wanita hamil dari pria yang tidak jelas." Hani yang lelah, hanya bisa menghela napas, tanpa ingin membalas

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   35. Pernikahan Abah Haji dan Nela

    Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh Abah Haji. Ia duduk di depan penghulu yang akan menikahkannya. Kenapa penghulu yang menikahkan? Karena Abah Haji mendapatkan ijin berpoligami dari Haji Umi selalu istri pertama. Berkas pun sudah diisi disertai materai. Nela akan menjadi istri sah pria pemilik pesantren itu, sama seperti Haji Umi. Mimpi pun ia tidak pernah. Mantan wanita malam yang sudah berhijrah itu masih meneteskan air mata saat menunggu ijab kabul diselesaikan. "Mbak Nela jangan nangis, nanti make up-nya luntur," kata Laila yang kini tengah menemani Nela di bilik yang ada di belakang mimbar masjid. Baju brukat panjang berwarna putih dengan hijab yang menutupi dada, serta siger Sunda yang menghias di kepalanya, membuat Nela begitu cantik. "Saya terharu, Laila. Apa ini gak salah?""Jangan ada keraguan terhadap keseriusan Abah saya. Saya anaknya yang paling tahu bagaimana Abah saya. Mbak Nela wanita paling beruntung yang bisa mendapatkan buku nikah sah dari negara karena ijin

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   36. Pengantin Baru (21+)

    "Bah, lampunya dimatikan dulu ya, saya malu," kata Nela sambil menunduk. Dua kancing atas gamisnya sudah terbuka akibat ulah suaminya. "Iya, biar saya yang matikan. Kamu di sini saja." Abah Haji berjalan untuk menekan saklar lampu. Kini kamar dalam keadaan gelap. Dugh!"Aduh!""Kenapa, Bah?" Nela terkejut mendengar suara kegebug. Ia berdiri dan mencoba menghampiri suaminya. "Kesandung karpet. Ya ampun, aya-aya wae. Mana kena lutut." Abah Haji berjalan pincang menuju ranjang dituntun oleh Nela. "Maaf ya, Bah, gara-gara lampunya padam, jadi gak keliatan jalannya." Nela merasa tidak enak hati. Ia mencium tangan suaminya, lalu ia letakkan di pipi. "Gak papa. Setannya emang lagi iseng aja sama saya, he he he... tolong nyalakan lagi lampu, lalu oleskan minyak but-but di kaki saya ya." Nela mengangguk. "Hati-hati, jangan sampai kamu kesandung juga," kata Abah Haji mengingatkan. Nela pun menyalakan lampu, lalu mencari minyak yang dimaksud suaminya di dalam laci, tetapi ia tidak menemuk

Latest chapter

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   133. Asoy

    Keduanya sudah mandi dan juga solat magrib berjamaah. Syamil memimpin dengan membaca surah Ar Rahman yang isi surah tersebut adalah tentang cinta kasih. Bahkan Syamil menangis saat membacakan surah tersebut. Hani pun ikut menangis, sehingga Syamil begitu terharu melihat sang Istri. "Sudah, kan sudah selesai solat, air matanya masih turun aja! Neng terharu dengan surah itu ya?" Syamil mengusap kepala Hani dengan lembut. "Saya nangis bukan karena terharu, tapi karena kecapean berdiri. Surahnya kepanjangan. Rokaat pertama surah Ar-Rahman, rokaat kedua Surah Yasin, hiks.... " Syamil tertawa terpingkal-pingkal. Ia benar-benar keterlaluan pada istrinya. Bisa-bisa nanti Isya, Hani gak mau jama'ah lagi gara-gara kepanjangan ayat. Hu hu hu... "Neng, maaf ya. Sini, biar saya pijitin!" Syamil tidak tega dan tentu saja langsung meminta maaf. Kedua kaki istrinya ia pegang dan ia pijat dengan lembut. Hani pun membiarkan Syamil memijat kakinya karena memang rasanya sakit dan pegal. "Maaf ya, sa

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   132. Pengantin Baru

    "Apa ini, Mi?" tanya Syamil saat ummi-nya menyodorkan sebuah kartu mirip kartu ATM. "Buat kamu bulan madu. Biar gak digangguin pembaca, he he he.... ""Ya Allah, Ummi, makasih ya, Mi." Syamil memeluk ummi-nya dengan penuh rasa haru. "Ummi ini kapok, mungkin karena waktu pernikahan kamu yang pertama Ummi gak kasih hadiah nginep di hotel, makanya jadi gitu. Sekarang Ummi mau memperbaiki kesalahan Ummi. Kamu dan Hani selamat menikmati menginap di hotel selama empat hari. " Kalian bisa jalan-jalan naik speedboat, bisa ke Dufan sekalian, bisa main ke sea world. Menikmati makan malam romantis di depan pantai Ancol." Bu Umi menjelaskan dengan penuh antusias. Ia memang sudah menyiapkan semua untuk Syamil dan juga Hani. "Mi, terima kasih ya," ujar Hani akhirnya, setelah sejak tadi hanya memperhatikan Syamil dan ummi-nya berbincang. "Sama-sama Hani. Ummi lega ternyata kamu ibu kandung Syam, sehingga Ummi dan Syam tidak akan dipisahkan." Bu Umi sudah berkaca-kaca. Hani memeluk mertuanya. "

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   131. Alhamdulillah

    Salah satu orang yang paling tersedu-sedan di ruangan itu adalah Bu Restu. Dengan baju kebaya sederhana yang dipinjamkan Bu Umi, serta selendang panjang yang ia pakai di kepala, Bu Restu terus terisak. Ia begitu terharu bisa menyaksikan momen anak bungsunya menikah dengan sebenar-benarnya menikah."Mama, maafkan Hani. Mohon ... d-doa restu Mama." Kalimat itu ia ucapkan terbata-bata diantara linangan air matanya. "Pasti Mama doakan, Sayang. Semoga bahagia selalu ya, Nak. Maafkan Mama." Keduanya saling berpelukan erat. Dilanjut dengan sungkem pada Hadi."Akhirnya adik Abang menikah juga. Selamat yq, Hani. Semoga sakinah, mawaddah, wa rohmah." "Makasih, Bang. Hani minta doa dan restunya." Adik dan kakak itu pun saling berpelukan sambil menangis Syamil yang ikut sungkem pada Bu Restu."Mohon doa restunya, Ma," bisik Syamil dengan suara bergetar menahan tangis."Titip Hani ya. Mama pesan, tolong jaga Hani. Jika kamu sedang marah, tolong jangan berkata kasar pada Hani. Mama percayakan an

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   130. Akad Nikah

    "Beneran kamu gak mau ikut melamar wanita yang akan menjadi kakak ipar kamu?" tanya Pak Rahmat pada Zahra. Dirinya dan Raka sudah bersiap berangkat karena taksi online sudah menunggu di depan pagar rumah. "Nggak, Pa, semoga acaranya lancar." Zahra tidak berani menoleh pada Raka. Ia hanya menatap papanya saja sambil tersenyum tipis. "Ya sudah kalau begitu, Papa dan Raka berangkat dulu. Besok pagi Papa InsyaAllah sudah ada di rumah." Zahra mengangguk paham. Wanita itu masih berdiri di depan pintu sampai taksi yang ditumpangi papa dan Raka meluncur pergi. Kemarahan Raka kemarin, sangat membuatnya syok dan sadar, bahwa selama bertahun-tahun hanya dirinya yang memendam perasaan itu, sedangkan Raka tetap menganggapnya sebagai adik. Zahra merapikan semua baju untuk ia masukkan ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat untuk kembali bekerja dan tinggal di kosan saja. Jika ia tetap di rumah, maka kenangan almarhumah mamanya dan Raka pasti mengusiknya dan membuatnya susah sadar diri. "Mbak Zahra

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   129.Pengakuan

    Kehadiran Raka di rumah tentu saja membuat Pak Rahmat sedikit lega. Meskipun hanya satu malam saja putranya menginap, paling tidak, pria itu merasa ada teman bicara. Masalah yang menumpuk membuatnya stres memikirkan masalah anak-anaknya.Jika Pak Rahmat senang dengan kehadiran Raka, menemani Raka makan di ruang makan, tetapi tidak dengan Zahra yang masih belum keluar kamar sejak mulai Raka tiba di rumah. "Ck, ya ampun Zahra belom sembuh juga ngambeknya," gumam Raka saat nasi dalam piring hampir habis. "Ya, nanti kamu bicara saja dengan Zahra. Ada hal yang harus kamu ketahui, tetapi lebih baik Zahra sendiri yang memberitahu." "Maksud Papa? Hal penting apa, Pa? Berkaitan dengan Syamil?" Pak Rahmat mengangkat bahunya. "Bisa jadi." Jawaban ambigu Pak Rahmat membuat Raka menghela napas. Pasti ada ha besar yang ditutupi papa dan adiknya. Pak Rahmat memang sudah menimbang untuk tidak membicarakan masalah perasaan putrinya pada Raka. Ia tidak mau ikut campur terlalu dalam, apalagi soal

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   128. Penjelasan Raka

    "Wah, calon pengantin jangan suudzon dulu!" Raka mengulurkan tangan ingin berjabat dengan Syamil. Pemuda itu pun membalas jabat tangan Raka tanpa senyuman. Wajahnya masih masam karena merasa cemburu dengan Raka. "Mas Raka udah tahu status kita, Sya. Mas Raka ke sini hanya mau anter oleh-oleh dan meluruskan masalah dengan saya. Semua udah selesai kok." Hani menambahkan dengan bijak. Syamil tidak menyahut. Ia duduk memutuskan duduk di samping Raka dengan muka yang masih ditekuk. "Ya sudah, menurut saya masalah diantara kita sudah selesai. Doakan masalah saya juga selesai ya, Hani." Raka berdiri dari duduknya. "Mas, habiskan dulu tehnya!" Hani mengangkat cangkir teh yang masih ada setengah cangkir lagi. Raka pun duduk untuk menghabiskan tehnya. Hani dan Syamil saling pandang. Hani mendelik karena wajah Syamil masih saja masam, padahal Raka sudah menjelaskan. "Saya pamit deh, naik taksi online-nya dari depan saja. Oh, iya, Sya, jangan lupa undang saya saat kalian menikah ya. Selagi se

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   127. Raka Pulang

    "Zahra, kamu dari mana saja? Ini sudah malam," tanya Pak Rahmat saat membukakan pintu untuk Zahra. Putrinya dengan tampilan amat berantakan pergi sejak siang dan baru kembali pukul sebelas malam. Zahra tidak menjawab pertanyaan papanya. Ia berjalan lunglai menuju kamar. Pak Rahmat hanya bisa menggelengkan kepala. Ia mengunci kembali pintu rumah, lalu mematikan lampu. Tidak mungkin mengajak putrinya bicara dalam keadaan kacau seperti ini. Pak Rahmat memutuskan masuk ke kamar juga. Pagi harinya, tepat pukul lima pagi. Siti sudah sampai di rumah Zahra dan tengah bersih-bersih saat Pak Rahmat baru pulang dari solat subuh di masjid. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaykumussalam." Siti tersenyum sambil mengangguk. "Zahra belom bangun, Ti?" tanya Pak Rahmat, sambil melirik kamar putrinya yang masih tertutup rapat. "Belum, Pak, mungkin sebentar lagi atau bisa juga lagi datang bulan, makanya bangunnya santai," jawab Siti. "Benar juga sih. Oh iya, mulai hari ini saya sudah kerja kembali. Jadi

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   126. Air Mata Zahra

    "Kenapa kamu tega sama aku Hani?" Zahra terisak di depan Hani yang menatapnya dengan wajah bingung."Tega apa, Ra? Coba kamu tenang dulu. Cerita sambil sesegukan gitu, mana aku bisa paham," ujar Hani sembari menyentuh pundak sahabatnya. Zahra menepis tangan Hani dengan cepat. "Kamu kenapa gak bisa menahan diri? Paling tidak sampai aku benar-benar bercerai dari Syamil. Kamu gak mau dibilang pelakor'kan, Hani?" sindiran Zahra tentu saja sama sekali tidak membuat Hani tersinggung. Ujian lebih berat dari ini pernah ia lewati dan ia tidak mau tersulut emosi untuk hal yang tidak jelas."Poligami itu bolehkan? Bukan suatu hal yang dosa. Apalagi setahu saya, istri Syamil yang meninggalkannya. Saya gak masalah jadi istri kedua." Jawaban Hani membuat Zahra semakin menangis. "Kalau bukan karena aku, kamu pasti udah jadi pelacur di luar sana, Hani! Kamu aku berikan tempat tinggal layak. Aku bantu mencarikan pekerjaan. Aku pinjamkan HP untuk kamu jualan. Lalu setelah kamu mandiri, kamu lupa." H

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   125. Abah yang Betah

    Acara lamaran berlangsung lancar dan juga penuh canda tawa. Pukul dua siang, keluarga Syamil masih betah berbincang dengan keluarga Hani. Bu Umi sudah ingin pulang, tetapi suaminya masih betah di rumah Hani. Entah apa yang mendasari itu, tetapi firasatnya sebagai istri mengatakan, bahwa ada hal lain yang membuat suaminya betah. Begitu juga dengan Nela. Ia tahu, sejak tadi, Hadi selalu mencuri pandang padanya yang sengaja duduk di pojokan. Bahkan saat menikmati makan prasmanan yang disiapkan keluarga Hadi pun, ia memilih mengambil asal saja lauk yang ada di deretan panci prasmanan. Hadi juga tidak menghampirinya, maka ia pun merasa tidak perlu juga berbincang dengan pria itu. Kisahnya dan Hadi adalah kisah masa lalu yang amat buruk, tetapi membuatnya mempunyai tabungan di akhirat. Nela pun tersenyum bila mengingat bagaimana Allah memuliakannya. Mengangkat derajatnya dari wanita malam, menjadi istri sah dari seorang ustadz. "Nela, bilangin abah tuh, ajak pulang! Kaki saya mulai saki

DMCA.com Protection Status