Tak tahu bagaimana perkelahian Kokom dan Rian menarik perhatian orang sekitar, tanpa sengaja mereka mendorong seorang nenek tua hingga jatuh di tepi jalan. Orang tua itu menjerit, seluruh badannya jatuh ke tanah dan kesakitan, tampaknya situasinya sangat tidak bagus.Kokom pun tertegun.Rian mengerutkan kening, berkata pada nenek tua itu. "Hei, kamu jangan menipu! Aku tidak menyentuhmu sama sekali."Kokom baru menyadarinya, dia dan Rian sama sekali tidak menyentuh orang tua ini, bagaimana dia bisa terjatuh?Tasya berjalan menghampiri mereka."Nona Helen, jangan ke sini!" Kokom segera berkata, tapi sudah terlambat.Orang tua itu memeluk erat kaki Tasya, menangis meraung-raung. "Tolong! Mereka memukulku! Wanita ini menyuruh orangnya memukulku yang seorang nenek tua hingga terluka, dan dia ingin kabur. Dimana keadilan di dunia ini!?"Nenek tua itu sangat kuat, sama sekali tidak seperti terluka, tapi tadi jelas-jelas seperti sudah sekarat.Tasya baru menyadari, ini benar-benar sebuah peni
Terdengar jelas, Angkasa sangat marah, bahkan sangat marah sekali, tapi Tasya tetap bersuara. "Angkasa, ini aku."Angkasa terdiam mendengar suara itu, dia kemudian berkata. "Di mana kamu?"Angkasa terdengar lebih tenang.Tasya berkata dengan halus. "Nenek tua itu bukan aku yang menendangnya, dia itu penipu, tapi dia memeluk erat kakiku, Rian telah menyelamatkanku. Angkasa, aku tahu ini semua salah, jika perlu, aku akan pulang sekarang juga untuk menjelaskannya."Tasya bukan orang yang takut akan masalah, dia tidak akan meninggalkan masalah kecil seperti ini.Setelah mendengar itu, Angkasa menarik nafas dan berkata. " Kamu tinggalkan Bandung dulu, kamu pulang setelah aku menyelesaikan masalah ini. Berdasarkan sifat Rian, sekarang dia pasti berencana melarikan diri. Kamu pergilah dengannya, nanti akan kuutus orang menjemputmu."Mendengar Angkasa berkata seperti ini, Tasya sedikit bingung. "Kamu menyuruhku melarikan diri? Bukan aku yang menimbulkan masalah ini. Aku—""Tasya, dengarkan ak
Walaupun belum lama mengenal Rian, tapi Tasya merasa dia orang yang baik, walaupun kadang suka semena-mena. Tapi dia membedakan cinta dan benci dengan jelas, apa yang disukai, apa yang tidak disukai sama sekali tak pernah ditutup-tutupi. Apa adanya membuatnya senang berteman dengannya, tapi tak disangka suatu hari dia akan mencelakai Rian.Jika data ini benar adanya, maka mereka dalam masalah besar. Berpikir hingga ini, Tasya merasa bersalah. Walaupun semua ini dia yang memulainya, tapi semua memang karena dia."Rian, jika di kemudian hari kamu ada masalah, kamu katakan saja semua demi aku, lemparkan semuanya padaku. Aku hanya rakyat biasa, mereka mau bagaimana terhadapku, aku sudah pasrah." Tasya berkata sepatah demi sepatah kata.Rian sedikit tertegun, dan berkata. "Ini pertama kalinya aku ditolong oleh wanita. Tenang saja, kamu tak akan mendapat masalah apapun, lagipula masalah ini memang dari awal sudah menargetkanmu, siapa suruh aku berjodoh denganmu, berpapasan denganmu di panta
"Kenapa tidak cocok? Kamu lihat bagian mana dari diriku yang tidak baik? Kamu katakan padaku, aku akan berubah. Demi kamu, ganti marga pun aku rela."BUK!Mendengar Rian semakin ngelantur, Tasya langsung mengambil air botol di tangannya dan memukulnya dengan botol itu, kemudian dia berkata. "Terbangkan dengan baik! aku masih ingin berjumpa anak aku.""Ya!" Rian membiarkan Tasya memukulnya tanpa perlawanan, dia hanya berkata dengan. "Pepatah mengatakan memukul adalah akrab, dan memarahi adalah cinta, Helen, ini tandanya kamu menerima kejaranku?""Rian!" Tasya sangat kesal hingga hanya bisa menahan emosi dan meneriakan namanya, mengundang tawa dari Rian.Dia seperti anak kecil, suara tawa yang bahagia itu telah mempengaruhi Tasya, membuatnya tak bisa menahan tawa, dan juga membuatnya melupakan masalah di Bandung untuk sejenak. Suasana di pesawat terlihat indah, Rian dan Tasya bercengkrama dengan penuh tawa, setelah menerbangkan pesawat hampir satu jam, akhirnya Tasya melihat sebuah laut
"Itu senjata asli, benar-benar senjata asli yang berisi. Helen, aku harus berterima kasih padamu hari ini, kalau bukan karena kita sama-sama datang, aku sudah terlibat masalah. Laki-laki itu tidak akan menunjukkan belas kasihan padaku." Walau Rian tadi bercerita seperti ini, dia masih saja bisa bercanda dan tidak terlihat tegang sama sekali."Senjata Asli?" Tasya akhirnya sadar kalau dia tahu sedikit tentang Angkasa.Dia sudah menikah dengannya selama hampir 3 tahun, tapi dia tidak tahu kalau Angkasa mempunyai pulau terpencil. Dia juga tidak tahu kalau pulaunya itu adalah markas militer, dan juga Angkasa mempunyai izin untuk memiliki senjata?'Apa dia tentara militer?' Memikirkan tentang ini, Tasya menjadi ketakutan.Rian melihat apa yang dipikirkan Tasya, dan dia berkata dengan suara rendah. "Walaupun di luar dia terlihat seperti pengusaha, semua orang tahu kalau dia itu mantan tentara, yang sekarang sudah pensiun, tapi dia masih tentara yang bisa diandalkan, dan Angkasa juga memilik
Rian dengan senyum berkata. "Aku yang memukulnya, banyak orang yang melihatnya juga.""Tuan Muda, kamu—""Renggangkan masalah ini untukku, bilang kalau Helen itu pacar dari Rian. Nyonya besar Diningrat ingin bertemu dengan pacarku, sebagai pacar, aku harus melindungi pacarku. Karena Angkasa, aku memikul beban ini, dia juga harus memberiku keuntungan, bukan?" Ujar Rian seperti rubah yang tersenyum.Sekretarisnya diam sejenak. "Pacar? Tuan Muda, kenapa anda—""Lakukan seperti yang kukatakan, masalah yang lain jangan dipedulikan. Bilang ke pak tua, aku akan pulang besok, hari ini aku datang ke markas militer Angkasa, aku ingin meninggalkan sesuatu untuk dia juga, dia juga dengan entengnya membiarkanku memikul beban ini." Rian menutup teleponnya dan melihat kedalam markas.Sekelilingnya dijaga oleh penjaga, melihat Rian, mereka menatapnya dengan hati-hati, mereka juga tidak punya pilihan. Rian dan Angkasa sejak kecil selalu berseteru, mereka terlalu segan.Rian bersiul dan pergi, setelah
'Diminta untuk memeluk anak dari rahim Angelina, kenapa rasanya canggung sekali?' Tasya merasa frustasi memikirkan hal ini.Sebelum dia bisa bertindak, Zayn untuk bertindak duluan. "Hei, David, apa yang kamu lakukan? Dia Mamaku! Pelukan mamaku hanya untukku seorang. Jangan pernah berharap, pergilah."Zayn mendorong David menjauh.Mulut kecil David menggeram dan berkata. "Bukankah kamu ini abangku? Jadi ibumu juga ibuku? Apa yang salah kalau aku ingin dipeluk?""Hei hei hei, siapa yang bilang kalau ibuku juga ibumu? Kamu juga bukannya tidak punya ibu, kalau mau dipeluk seharusnya kamu pulang cari ibumu, ibuku hanya punyaku!" Zayn memeluk Tasya dengan erat, seperti dia takut kalau Tasya akan diculik David.Pikiran Tasya menjadi hangat karena nafasnya. "Sudah, David hanya bermain denganmu. kalau saudara seharusnya jangan pelit seperti ini."Tasya menenangkan. Tidak disangka, perasaan tidak enak David sudah hilang. Lagi pula, dia hanya seorang anak-anak, bukan?Tapi Zayn masih memeluk pah
Tidak tahu kenapa, tapi melihat Zayn mengalahkan anak Angelina, hati Tasya terasa tidak tenang. "Memukulnya dengan keras, kamu tidak takut kehilangan saudaramu ini?" Tasya membersihkan wajah Zayn.Zayn dengan bangga berkata. "Tidak takut. Bagaimana anak laki-laki bisa takut akan masalah kecil? Pertemanan anak laki-laki memang seperti ini, jangan khawatirkan David, ayo pergi, aku akan membawamu bertemu Tante Adelia dan sekalian makan siang." Dia menarik tangan Tasya dan berjalan pergi. "Ayo, Ma!"Tasya ingin bertanya tentang situasi David, tapi dia melihat Dimas sudah pergi membantu David berdiri, kelihatannya kekalahan David tidak ringan."Zayn, lain kali sedikit lebih lembut, lagi pula dia juga saudaramu." Walaupun Tasya tidak memberitahunya tentang kisah hidupnya, tapi dia tidak ingin Zayn dan David menjadi musuh, dia juga tidak bisaZayn juga mengerti maksud dari Tasya. "Baiklah, aku mengerti, lain kali aku akan lebih lembut."Mendengar kata-kata Zayn, Tasya pun tidak berkata lagi,
"Tuan Angkasa!" Ethan menerobos pintu kamar dengan terburu-buru. "Tuan, aku mendapatkannya!"Ethan berlari mendekati Angkasa sembari memberikan secarik kertas kepada Angkasa. Melihat kertas itu, raut wajah Angkasa berubah, dia terlihat sangat gembira dan berkata. "Bagus! Bagus sekali! Tapi, kenapa orang ini tidak menginginkan imbalan sama sekali? Siapa dia?!"Pertanyaan itu membuat Ethan tertegun, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata. "Aku tidak tahu, Tuan, pria itu tidak ingin memberikan identitasnya, dia hanya menelpon dan ingin memberikan ginjalnya kepada Putri, namun, siapakah Putri?""Nanti aku jelaskan, untuk sekarang jangan banyak bertanya!" Angkasa mengerutkan keningnya, dia terus berpikir namun tidak menemukan jawaban apapun. Kemudian dia berkata, "Apakah dia mau datang ke rumah sakit?"Ethan terkejut, dia tidak berani bertanya lebih banyak lagi dan berkata. "Ya, tapi dia tidak ingin bertemu denganmu, dia hanya berkata 'Jika menginginkan Putri selamat, jangan mencari
Melihat ibu dan putranya yang sama-sama menangis, membuat Ethan merasa sedih. Da melangkahkan kakinya dan berkata, "Nyonya, Tuan Muda, Tuan Angkasa telah memperhatikan kalian selama ini. Enam tahun yang lalu, saat tubuh Nyonya tidak ditemukan, Tuan Angkasa tidak mengizinkan siapa pun untuk membangun makam untuk Anda. Dia bersikeras mengatakan bahwa jika tubuh istrinya tidak ditemukan, itu berarti istrinya masih hidup. Selama enam tahun terakhir, Tuan Angkasa telah mengubah dirinya menjadi sebuah mesin yang bekerja tanpa henti seperti robot," Ethan menghela nafas panjang. "Tak ada kesedihan, kegembiraan, maupun kebahagiaan. Meskipun dia membawa Nona Angelina ke rumah Keluarga Wijaya, dia juga merawat dan memperhatikan Tuan Muda Kedua dan ibunya. Meskipun demi mengembalikan identitas dan perkembangan Tuan Muda Kedua, tapi Tuan Angkasa sama sekali tak ada perasaan khusus kepada Nona Angelina."Ethan terdiam beberapa saat, kemudian melanjutkan. "Tuan Angkasa bahkan tidak membiarkan Nona A
Tasya menepis keraguannya, kemudian mendengar rekaman itu.[Angkasa, kamu sungguh keji! Tasya, kamu brengsek! Apakah kamu tidak melihatku di matamu, selama wanita ini ada? Aku kembali enam tahun yang lalu untuk mendapat status sebagai Nyonya Wijaya?! Angkasa, apakah kamusungguh-sungguh tak tahu? Aku melahirkan David untuk bisa bersamamu. Tapi, mengapa hanya ada Tasya di hatimu? Itu kejadian enam tahun yang lalu, dan enam tahun kemudian juga masih seperti itu! Kamu yang memaksaku, Angkasa, kamu memaksaku!][Enam tahun lalu, aku menyuruh seseorang membakar Tasya hingga mati. Enam tahun kemudian, bahkan aku juga membuat hidup Tasya jauh lebih buruk!]Saat dia mendengar apa yang dikatakan Angelina, ekspresi wajahnya mendadak berubah. Ternyata kebakaran enam tahun lalu diatur oleh Angelina! Dengan kata lain, Angkasa benar-benar tidak tahu apa-apa pada saat itu.Apakah justru dia yang selalu menyalahkan Angkasa? Meskipun Tasya sudah mulai percaya kepada Angkasa, tapi ketika bukti sudah ada
Zayn rasanya ingin sekali menghajar Decky, tapi Ethan lebih cepat darinya. Saat Angkasa melangkah mundur, dia langsung meninju mata pria itu. Decky merasa kepalanya pusing. Ethan memelintir lengannya tepat di belakangnya dan mengambil alih kembali.Ethan menendang tempurung lutut Decky dan berkata dengan dingin, "Decky, siapa yang mengajarimu keahlian ini? Kamu sungguh tak tahu berterima kasih karena hari ini kamu berurusan dengan Tuan Angkasa. Apakah kamu tidak punya hati?"Decky tahu bahwa dia sudah kalah, dia tidak bisa berjuang lebih jauh lagi. Namun, dia berpikir, 'Apakah Kokom sudah membuangku saat ini?'Decky tidak tahu dan tidak berani bertanya, dia hanya berharap Kokom bisa melarikan diri dari dunia ini. Meskipun kemungkinannya sangat rendah, memiliki harapan masih lebih baik daripada tak punya harapan.Dimas yang berada di luar juga bergerak cepat. Dia sudah berurusan dengan tim di bagian depan dan segera berkumpul menuju ke tempat Angkasa berada."Angkasa, Zayn!" Tasya berl
Saat Kokom melihat Angkasa, mereka berdua bingung. Dia menarik Decky, kemudian berbalik dan pergi. Namun dia mendengar Angkasa berkata dengan nada dingin, "Kalian kira kalian bisa pergi ke mana? Salon ini dikepung oleh orang-orangku. Apa kalian yakin kalian bisa kabur?"Decky langsung menghentikan langkahnya saat itu juga. Sebenarnya, Angkasa bisa dianggap sebagai penyelamatnya. Dalam Keluarga Wijaya, selama ini Angkasa sangat baik kepadanya, tapi ... Decky menghentikan langkahnya dan memandang Angkasa.Dia merendahkan suaranya dan berkata, "Tuan Angkasa ... Kupikir Anda meninggal dalam kebakaran enam tahun yang lalu. Ternyata aku sangat naif. Anda melewati hidup Anda dengan baik saat ini. Tapi Tasya telah berubah karena kebakaran itu. Dapatkah Anda memberi tahu saya apa yang terjadi kemudian?"Wajah Angkasa berubah menjadi dingin, raut wajahnya tak sebaik sebelumnya.Decky tahu bahwa persahabatannya dengan Tuannya, Angkasa dan asisten rumah tangganya, telah memburuk sejak enam tahun
Decky buru-buru kembali. Saat dia melihat seseorang membuat keributan, dia merasa sedikit gugup. Namun, dia tak berani tinggal di situ dan segera berbaur dengan kerumunan orang yang berjalan ke arahnya.Sebelum Angelina keluar, Decky ditarik seseorang begitu dia melalui pintu."Siapa?" Decky sangat waspada."Ini aku, Kokom." Mata Kokom hanya dibalut secara sederhana, tapi luka itu masih terasa sakit.Melihat kondisi Kokom, Decky menjadi makin khawatir. "Bagaimana kamu bisa jadi seperti ini?""Bocah ingusan itu! Kami semua membenci anak itu. Decky, dengarkan aku. Zayn kabur. Meskipun aku tahu dia masih di salon kecantikan ini, tapi aku sangat kesal dan tidak tenang. Bukan suatu kebetulan jika seseorang membuat masalah di luar tanpa alasan. Kemungkinan kita semua akan terlibat!" Ujarnya dengan panik. "Dengarkan aku. Jangan menemui Angelina sekarang. Ayo kita pergi. Aku khawatir orang-orang Angkasa ada di luar sekarang. Ketika kita ingin lari, kita sudah tidak bisa lari lagi." Kokom berk
Tangan Angkasa gemetar. Ketika Tasya mendengarnya, fia dengan cepat mendekati Angkasa. Ketika dia melihat deretan kode di ponsel Angkasa, dia bertanya dengan bingung, "Di mana ini? Mengapa semuanya begitu acak?"Angkasa dengan bangga berkata, "Anak kita sungguh genius! Ini adalah kode jaringan antara dia dan aku. Zayn telah memberi tahu aku lokasi tepatnya. Ethan, beri aku alat pelacak lokasi."Karena Ethan tahu teknologi komputer Zayn, sehingga dia tidak meragukannya lagi. Ethan menyerahkan alat pelacak lokasi kepada Angkasa. Angkasa mencari sesuai dengan posisi yang diberikan oleh Zayn, dan akhirnya lokasinya terlacak di sebuah kamar di lantai pertama barat laut sebuah salon kecantikan."Di sana! Zayn ada di salon itu! Tunjukkan padaku bagaimana cara masuk ke lubang ventilasi. Yang lain bekerja sama dengan Tasya. Ethan, suruh Agung untuk menutup jaringan internet. Semua orang yang berada di luar, hari ini, tak peduli siapa yang ada di dalam sana, aku tak akan membiarkannya kabur!""
Setelah Zayn bersembunyi di bawah tempat tidur di ruang VIP, dia tiba-tiba melihat sebuah lubang kecil yang didalamnya terdapat kamera. Dia tidak mengerti mengapa benda itu ada di sana, tetapi baginya, itu merupakan kesempatan.Zayn tersenyum tipis. Dengan cepat, dia melihat ke arah kamera, dan menemukan bahwa ini hanyalah mesin yang terhubung, dan ada mesin kontrol utama di luar untuk mengendalikannya.'Bagaimana aku bisa melewati semuanya di sini?' Zayn merasa bahwa ini agak merepotkan.Jika dia mematikan kamera ini, pasti akan menarik perhatian semua orang, sekaligus memberitahu semua orang bahwa dia ada di sini. Zayn menjulurkan kepalanya dan melihat ke arah kamar mandi. Orang di dalamnya masih mandi dan bahkan tidak memperhatikan dia masuk.Zayn pelan-pelan merangkak ke luar, mencari saklar listrik, tapi dia tidak bisa menemukannya. Dia tiba-tiba menyadari bahwa saklar biasanya ada di luar, dan dia akan tertangkap jika dia keluar.'Bagaimana aku bisa mematikan listrik untuk semen
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan nada marah, "Salon kecantikan macam apa ini? Kalian mengintimidasiku seperti orang asing? Baiklah! Di seluruh Bandung, tak hanya ada salon kecantikan ini saja. Kamu benar-benar menganggap dirimu sampah. Aku tak perlu membuang waktuku di sini."Setelah berkata demikian, Tasya menendang kursi, mengambil tas miliknya, dan meninggalkan salon kecantikan itu. Pelayan itu tidak menahan kepergian Tasya, tapi dia merasa lega."Pergi dan periksalah. Apakah orang-orang di belakang sudah menemukan si kecil brengsek itu? Sekarang, pasanglah tanda di luar untuk menutup toko. Jangan biarkan seorang pun masuk lagi, atau sesuatu akan terjadi." Seorang Manajer salon kecantikan itu berkata dengan tenang.Para pelayan lainnya melakukan titahnya dengan cepat.Tasya memperhatikan bahwa saat dia keluar, para pelayan salon kecantikan itu tiba-tiba menggantung tanda 'TUTUP'.Tiba-tiba, dia merasa dugaannya semakin kuat. Saat Angkasa melihat Tasya keluar, di