Share

43. DIA..

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 14:48:53

“MAS??”

              Lagi. Feby mengulang panggilannya pada pria yang baru saja menutup pintu ruangannya beberapa detik lalu. Namun, yang ia dapat hanya tatapan datar sebagai respon dari orang tersebut.

              Hingga kemudian sang pria berjalan perlahan ke arah Feby. Membuat wanita malang itu sedikit ketakutan.

“Apa yang ada di kepalamu, hmm?” tanya pria yang disebut-sebut sebagai Tuan Pranata tadi. “Apa kau begitu mencintainya sampai buta hati dan bodoh begini?”

              Jelas pernyataan barusan membuat Feby jadi kebingungan. Kenapa orang di depannya ini mengatakan demikian? Dia … berbeda ternyata. Butuh waktu selama beberapa detik untuk mencerna kenyataan yang ada.

“A-aku mau ketemu Haikal dan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    44. KEHILANGAN

    Feby menggeleng cepat bersamaan dengan buliran bening yang tumpah dari kedua sudut matanya. Bendera merah yang melambai dari hunian tersebut menjadi jawaban dari kerumunan yang tercipta sekarang.Tidak. Ia belum siap jika kehilangan salah satu dari keluarganya. Kalaupun memang harus, maka mungkin sang bapaklah yang pertama kali terlintas di dalam kepala. Itulah yang ada di dalam benak Feby sekarang. Namun, keinginan tampaknya berbanding terbalik dengan kenyataan.“Eh? Itu ‘kan si Feby?”“Iya iya. Akhirnya nongol juga setelah ngilang hampir semingguan,” bisik yang lain lagi. Lantas orang itu berjalan mendekat lalu kembali berkata di hadapan Feby, “Masih ingat pulang kau ternyata. Udah terlambat.”“Iya. Ibumu udah enggak ada.” Kalimat barusan seketika membuat Feby mematung di tempat. Jantungnya berdentum hebat usai mengetahui fakta menyedihkan itu. Feby berlari cepat menerobos kerumunan yang masih menghalangi pandangannya. Tak peduli apa yang di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    45. BUNDIR??

    “Kenapa memangnya? Enggak ada yang harus kau pikirkan lagi, Suk.” Feby mengatakan kalimat barusan sambil tersenyum lebar. Berusaha meyakinkan Sukma kalau tidak ada yang akan menghambat kepergian adiknya itu.“Kak?” gumam Sukma sembari menggeleng pelan.“Kakak enggak mau dengar apapun selain cerita bahagiamu. Jadi … pergilah. Tolong jangan buat kakak jadi orang jahat lagi karena menghalangi kau merintis masa depan,” ungkap Feby kemudian. Tangis kedua kakak beradik itu pun pecah. Merasa berat melepas satu sama lain karena tahu bahwa sekarang kondisi sudah tak lagi sama.“Kalau ada apa-apa jangan segan kabari bibi ya. Sebisa mungkin bibi akan bantu,” pesan bibinya saat hendak berpamitan pulang.“Iya, Bi.” Feby mengangguk ce

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    46. MENJEBAKNYA

    “MAS SAN-DI??” Orang yang dielukan namanya itu hanya berdecak pelan. Tak pelak memandang Feby dengan tatapan kesal.“Kalau kau mau nyebur di sini tanggung, yang ada badanmu luka-luka kena bebatuan di sana. Ayuk! Kuantarkan ke sungai Melati ujung.”“Apaan sih??” bantah Feby sembari menepis tangannya dengan cepat. “Lepasin! Aku enggak mau bunuh diri.”“Terus tadi apa namanya? Panjat tebing, heh??” ejek si pria sambil memandang Feby dengan sinis. “Semua orang di sana jadi saksinya, Nona. Kakimu ini naik ke pembatas jembatan. Masih nyangkal juga?”“A-aku hanya …” Feby tak tahu harus mengatakan apa lagi karena pikiran dan hatinya yang sedang berkecamuk hebat. Bingung bagaimana caranya untuk melanjutkan hidup. “…hmmm kau sedang apa di sini?”“Aku ada kerja

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    47. SAH

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Warga Desa Anggrek yang biasanya senyap kini menjadi berisik lantaran kehadiran dua orang tamu di kampung mereka. Siapa lagi kalau bukan Feby dan Sandi yang akan dipaksa menikah saat ini juga.“Kalian tidak bisa main hakim sendiri. Negara ini punya hukum.”Sandi masih saja bersikeras. Napasnya berembus lega begitu panggilan via udara tersambung dengan seseorang. Pria itu lantas menjelaskan musibah yang menimpa dirinya sore tadi dengan singkat.“Huu!! Dasar cowok jahat! Maunya enak sendiri,” cibir gadis muda yang ada di sana.“Sudah sudah! Biarkan si Mas manggil temannya kemari,” kata sang ketua adat menengahi. Tak lama kemudian orang yang dinantikan oleh Sandi pun muncul. Lantas segera menjelaskan maksud dan tuju

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    48. MURAHAN

    “Kenapa? Kau mau menolakku??” Feby menggeleng pelan. Wajahnya perlahan berubah pucat ketika melihat Sandi mulai menanggalkan baju. Tahu betul bahwa suaminya itu ingin berbuat apa.“A-aku mau ke kamar mandi dulu,” ucap Feby agak terbata-bata. Dirinya mengambil posisi duduk lalu bersiap untuk pergi.“Jangan lama-lama,” gumam Sandi kemudian. Di sinilah Feby sekarang. Usai mengunci dirinya di dalam kamar mandi, ia menghirup udara sebanyak mungkin. Berusaha menghilangkan kegugupan yang sialnya semakin memuncak begitu menyadari bahwa ia akan menunaikan tugas sebagai seorang istri. Entah berapa lama Feby di sana hingga membuat Sandi mengetuk pintu dengan tak sabaran. Jantungnya pun berdentum hebat.“I-iya, Mas,” cicit Feby dengan suara yang mulai serak.“Mau berapa lama lagi aku menunggu, hah??” Sandi terdengar marah.“Sebentar! Perutku sakit,” pekik Feby yang kemudian lekas menghidupkan air keran. Sumpah. Dirinya tak menyangka jika San

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    49. PARE

    “Tunggu, Mas!” pekik Feby dengan napas yang terengah-engah. Sayangnya Sandi tak peduli. Pria bertubuh tinggi tegap tersebut malah semakin mempercepat langkah hingga tiba di parkiran bandara. Membuat Feby kembali mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyeimbangkan diri dengannya.“Jangan pernah gunakan panggilan menjijikkan itu padaku.” Sandi mengatakannya saat mereka kembali melanjutkan perjalanan.“Aku harus panggil apa?” tanya Feby kemudian.Sandi hanya merespon dengan gendikan bahu. “Aku tak mau satu orang pun yang tahu kalau kita adalah suami istri. Mengerti??” Feby mengangguk setuju. Berusaha maklum karena memang Sandi tak pernah sudi menjadi suaminya. Lagi-lagi dia merasa dejavu mengingat di pernikahan pertama pun serupa dengan yang sekarang. T

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    50. OM??

    Sreng! Sreng! Suara spatula yang beradu dengan kuali masih terdengar di telinga sejak lima menit lalu. Ternyata Sandi yang tengah berkutat dengan peratalan dapur tersebut. Sementara Feby tetap di tempatnya dengan rasa penasaran yang tinggi. Hingga beberapa saat kemudian aroma yang menguar mulai mengaduk isi perut. Pun suara berisik tadi perlahan berhenti. Barulah Sandi berbalik badan dengan senyum yang mengembang sempurna. Sekarang tangannya sudah memegang sebuah piring berisi telur orak-arik.“Ya ampun!” Sandi berdecak dengan mata yang mulai melotot. “Jadi sejak tadi kau hanya menontonku saja?”Seketika Feby salah tingkah. “Ma-maaf. Apa lagi yang harus kulakukan?”“Apalagi katamu? Kau bahkan tidak melakukan apa-apa yang berguna. Dasar!!” Sandi terus mengomel panjang kali lebar. Bersamaan itu pula kedua tangannya sibuk bergerak kian kemari. Mengambil peralatan makan dan meletakkannya di atas meja. Sementara Feby? Lagi-lagi hanya mengamati. Mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    51. AKRAB

    “Sudahlah. Itu tidak penting.” Sandi mengulas senyuman singkatnya pada Rania. Selang sedetik kemudian dia menatap Feby. Mengamati apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu.“Maaf, Om. Aku belum bertanya kalau pagi ini mau sarapan apa,” ucap Feby dengan suara yang begitu pelan.Sandi berdecak kesal lalu kemudian berkata, “Jangan bertanya lagi. Masak apa yang kau bisa saja. Percuma aku memberi perintah. Yang tadi malam saja kau hampir meracuniku.”“Eh? Maksudnya gimana?” tanya Rania yang tak paham dengan kalimat ayahnya tadi.“Ceritanya panjang, Sayang. Intinya dia memohon pekerjaan pada ayah. Makanya bisa sampai ke sini. Ternyata dia tak ada gunanya.”“Maaf,” cicit Feby yang akhirnya menundukkan kepala.Rania pun menghela napas panjang. “Ayah bilang Mbak Feby bisa jadi temanku &lsq

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    72. EXTRA BAB

    Empat tahun telah berlalu sejak malam penuh bintang itu. Kehidupan memang tak selalu mulus, tapi Feby dan Sandi telah membuktikan bahwa cinta dan kebersamaan adalah kunci untuk melewati segalanya.Pagi itu, rumah mereka dipenuhi aroma wangi kue yang baru dipanggang. Feby sedang menyiapkan sarapan di dapur sambil sesekali tertawa melihat tingkah Kayla yang kini sudah duduk di bangku SD dan sibuk membantu dengan celemek kebesaran. Haikal, yang kini mulai beranjak remaja, duduk di meja makan, menggambar sesuatu di bukunya."Haikal, kamu gambar apa, Nak?" tanya Feby sambil mengaduk adonan kue.Haikal mengangkat bukunya, memperlihatkan gambar sederhana keluarga mereka—Feby, Sandi, dirinya, dan Kayla berdiri di taman, dengan tulisan di bawahnya: Keluargaku adalah rumah terbaik.Feby tersenyum, hatinya meleleh."Bagus banget! Mama bangga sama kamu."Kayla langsung menyela, “Aku juga mau gambar, Ma! Tapi aku gambar rumah kita da

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    71. AKHIRNYA

    “Rindu kami tidak berarti apapun jika dibandingkan kebahagian Kak Feby,” gumam Zaki dengan tulus.Feby menatap adik bungsunya dengan terkejut, tetapi juga tersentuh. "Zaki. Makasih ya. Kakak enggak akan bisa melewati semua ini tanpa dukungan kalian semua."Sandi yang duduk di sebelah Feby merangkul bahunya. "Benar. Kita sudah menjadi tim yang hebat."Malam itu, di bawah langit yang bertabur bintang, Feby merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Semua konflik yang pernah mengusik hidupnya telah usai. Bella telah meminta maaf, dan mereka telah berdamai.Sementara Ares, mantan suaminya itu telah menghilang dari hidup mereka setelah terlibat kasus korupsi besar, namun Feby merasa kuat untuk membesarkan Haikal dan Kayla tanpa bantuan Ares. Kini, hanya ada cinta dan kebahagiaan di rumah mereka.Di dalam hatinya, Feby tahu bahwa hidup akan terus membawa tantangan. Tetapi, dengan keluarga yang mencintainya dan suami ya

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    70. INDAH

    Tiga bulan kemudian …Feby berdiri di depan cermin, mengenakan gaun sederhana namun elegan. Kilauan gaun itu memantulkan cahaya lembut dari jendela, memberi kesan bahwa hari ini adalah hari yang spesial. Meskipun hari ini bukanlah hari besar untuk dirinya, Feby tetap merasakan kebahagiaan yang begitu dalam. Pernikahan Rania—anak tirinya, yang sudah seperti anak kandungnya sendiri—telah membuat segala ketegangan yang dulu menyelimuti mereka berubah menjadi ketenangan."Dulu, rasanya semua masalah tak ada habisnya," gumam Feby sambil tersenyum kecil kepada dirinya sendiri. Gaun itu sempurna, dan semua sudah siap untuk perayaan hari ini.Feby tersentak ketika mendengar suara langkah kaki mendekat dari belakang. Itu adalah Sandi, suaminya. "Kau sudah siap, Sayang?" tanyanya lembut, berdiri di ambang pintu.Feby berbalik dan tersenyum, menatap Sandi yang tampak gagah dengan setelan jasnya. "Siap, tapi aku masih merasa sedikit gugup," jawabny

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    69. BERDAMAI

    “SURPRISE!!”Feby tertegun. Di hadapannya berdiri Sukma dan Zaki, adik-adik yang sudah lama tak ia jumpai. Sukma yang kini sibuk dengan pekerjaannya sebagai ASN dan Zaki terakhir kali ia dengar balik dari perantauan, tampak membawa tumpukan kado di tangan mereka. Namun, yang membuat Feby lebih terkejut adalah dua anak kecil yang berlari menghampirinya dengan tawa riang. Siapa lagi kalau bukan Haikal dan Kayla, buah hatinya yang sudah lama tinggal bersama Ares, mantan suaminya."Mama!" pekik Haikal. Tawa mereka menggema, dan seketika hati Feby mencair bersamaan dengan air bening yang menggenang di pelupuk matanya.Feby tersenyum penuh haru, matanya mulai memanas oleh air mata yang tak terbendung. "Kalian... kalian semua di sini?"Sukma mengangguk, menepuk bahu kakaknya. "Tentu saja, Kak. Hari ini ulang tahunmu. Kami enggak akan melewatkan kesempatan buat kasih kejutan."Zaki tersenyum jahil, menyerahkan sebuket bunga mawar merah. "Happy

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    68. MIMPIKAH??

    “Sudahlah, Ran. Jangan dengerin ayahmu. Dia ngawur,” ucap Feby dengan begitu cepat. Rania yang tadinya menggerutu seketika terbahak. Terlebih setelah melihat wajah ibu tirinya yang bersemu merah itu. Dia pun paham maksud dari omongan sang papa.“Iya iya. Ya udah nih!” Rania menyerahkan kotak P3K yang ada di tangannya. “Mbak, hmm maksudku Mbak Feby, eh mama ya? Atau —““Panggil aku seperti biasanya aja, Ran,” potong Feby cepat. Tangannya mengusap lembut pundak Rania dengan penuh kasih sayang. “Kau hanya punya satu ibu di dunia ini dan aku enggak akan bisa menggantikannya. Jadi meskipun aku adalah istri ayahmu, kita masih bisa menjadi teman ‘kan?”“Feby, kenapa gitu?” protes Sandi yang merasa keberatan.Feby terbahak lalu berkata, “Apa s

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    67. GETARAN

    Feby menelan ludahnya dengan gugup. Udara malam terasa semakin menyesakkan, meski angin dingin menyentuh kulitnya. Sandi menariknya semakin dekat, hingga wajah mereka hanya beberapa inci terpisah.Kini mata Feby bergetar, tidak yakin dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia bisa merasakan napas suaminya yang hangat menyapu pipinya.“Kenapa harus panggil Om, hmm?” bisik Sandi, matanya tajam namun lembut. “Aku ini suamimu, bukan ‘Om’.”Feby mencoba mengalihkan pandangannya, tetapi tidak bisa. Mata mereka saling terkunci, dan dia tahu jika Sandi sedang menantinya. Menunggu sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. Perasaan pun menjadi campur aduk, antara rasa canggung, ragu, dan keinginan untuk menyerahkan diri pada momen ini.Dengan lembut, Sandi mengusap pipi Feby menggunakan ibu jarinya. Sentuhan barusan membuat jantung Feby berdegup kencang, begitu keras hingga rasanya bisa terdengar. Perlahan, Sandi menundukkan wajahnya lebih dekat lagi, bibirnya hampir menyentuh bibir Feby ya

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    66. PENJELASAN

    Rania memutus panggilan telepon tadi begitu melihat seseorang berjalan ke arahnya. Gadis itu kemudian berdecak sebal.Dialah Feby yang menatapnya dengan mata lembut. "Rania, aku tahu kau marah. Kau kecewa. Kau berhak merasa seperti itu. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk bicara."Rania berdiri mematung sejenak, menatap Feby dengan pandangan tajam. "Kenapa Mbak harus menikah dengan ayahku? Mbak tahu aku sayang banget sama Ayah, tapi kenapa Mbak sembunyiin ini dariku?"Feby menelan ludah. Ia tahu ini bukan percakapan yang mudah. "Rania, aku tahu ini sangat berat buatmu. Dan aku... aku minta maaf kalau aku membuatmu merasa dikhianati. Percayalah, aku enggak pernah berniat buat menyakiti perasaanmu. Aku dan Ayahmu... tidak pernah ingin menyakitimu."Rania mengalihkan pandangannya, menendang kerikil di tanah dengan ujung sepatunya. "Ayah enggak pernah cerita. Semua ini tiba-tiba. Aku kir

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    65. KECEWA

    "Rania sayang, dengerin Ayah dulu," kata Sandi dengan suara bergetar, mencoba meredam emosi yang jelas terpancar dari wajah putrinya.Namun, Rania hanya menatap ayahnya dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan yang mendalam."Jahat!" Rania membalas dengan nada yang meledak-ledak. Air matanya mulai mengalir, namun tak ada tanda-tanda ia akan berhenti. "Kalian semua bohong! Ayah bilang kita bisa kembali jadi keluarga, tapi ternyata Ayah malah menikahi orang lain di belakangku! Orang yang selama ini aku anggap teman!"Feby mundur satu langkah, hatinya seolah tertusuk setiap kali mendengar kata-kata Rania. Ia ingin menjelaskan, tetapi tenggorokannya terasa tersumbat. Kata-kata apa pun sepertinya tidak akan cukup untuk meredakan amarah Rania saat ini."Rania, ini enggak seperti yang kau pikirkan," Sandi mencoba menjelaskan, meskipun dirinya tahu itu tidak akan mudah. "Ayah dan ibumu sudah lama berpisah, dan Ayah menikah lagi karena Ayah mencintai Feby. Tapi itu enggak pernah mengubah

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    64. SULIT

    Sandi terdiam lama menatap layar ponselnya. Panggilan dari mantan istrinya terus berdering, seolah menuntut jawaban. Suasana di antara Sandi dan Feby semakin tegang, dan Feby bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda kali ini. Ia menahan napas, menunggu apa yang akan dilakukan Sandi selanjutnya."Angkat saja." suara Feby terdengar pelan, hampir berbisik. Matanya menatap ponsel itu dengan ketakutan yang tak bisa disembunyikan. Jika Sandi menjawab panggilan itu, apa artinya hubungan mereka?Sandi ragu. Ia meremas ponselnya dengan tangan yang semakin gemetar. "Aku..." suaranya terdengar ragu, menatap layar sejenak sebelum akhirnya ia mengambil keputusan cepat. Dengan satu gerakan tegas, Sandi menekan tombol "tolak" dan mematikan teleponnya.Feby menghela napas lega, meskipun hatinya masih belum sepenuhnya tenang. "Om yakin tidak ingin bicara dengan dia?" tanya Feby hati-hati.Sandi menggelengkan kepalanya. "Aku enggak mau mengulang semuanya lagi, Feb. Aku suda

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status