Sampai pagi datang, Axe tetap diam menemani Angie hingga ia membuka mata. Melihat wajah Axe yang pertama kali ia lihat, membuat Angie mengerutkan dahi dan ketakutannya seketika kembali.“Jangan, Axe. Aku mohon padamu, jangan melakukan apapun padaku…” suara Angie lemas terdengar. Sebisa mungkin ia menggeser tubuhnya lebih menjauh, dan Axe terlihat membiarkannya saja, bahkan ketika Angie menarik tangannya.“Maafkan aku, Babe. Aku hilang kendali. Aku kalah dengan nafsu gilaku padamu sampai membuatmu nekat seperti ini,” Axe menunjukkan penyesalannya, “Aku janji tidak akan berbuat seperti itu lagi.”Angie hanya diam, tidak bergeming untuk menanggapi. Air matanya mengalir lagi karena sedih terkurung di sana. Axe kembali mendekat dan mengusap air mata Angie.“Angie, tolong dengarkan aku sebentar saja.” ucap Axe pelan, tapi Angie malah membuang wajah.“Aku hanya mau bilang kalau kau sedang mengandung.” Axe menyelesaikan kalimat yang berat itu dengan tenang. Sontak saja Angie menoleh dengan ce
‘Hanum, aku titipkan putriku padamu sesuai permintaanmu pada Ivy. Tolong jaga dan sayangi putri kami saat ibunya tidak bisa memberikan itu semua saat dia dilahirkan.’‘Sekarang kau-lah ibunya. Dimulai saat ini dan sampai akhir usianya, dia hanya akan tahu kalau kau adalah ibunya.’‘Setelah semua yang Ivy miliki kupindahakn atas namamu, aku janji tidak akan menunjukkan wajahku di depan kalian selamanya.’Tuan Royce tenggelam dalam kenangan puluhan tahun lalu, saat dirinya menyerahkan harta paling berharganya, satu-satunya kenangan indah bersama sang istri tercinta.Setelah melahirkan putri mereka, Ivy—istri Royce meninggal. Memilih antara hidupnya yang terselamatkan dengan pengangkatan tumor beserta bayi mereka yang hampir cukup bulan, wanita cantik itu sangat yakin memilih hidup untuk putrinya.Tuan Royce begitu terpukul atas keegoisan Ivy, terlebih istrinya itu harus membuatnya menjadi duda menyedihkan. Tak hanya itu, tepat setelah putrinya dilahirkan, seorang suster memberikan surat
“Sayang, ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat kaget seperti itu?” Bisma tentu bertanya-tanya dengan sikap istrinya yang tidak biasa, “Hei, Tuan. Bisa kau jelaskan ada apa ini?” Sambungnya bertanya pada Tuan Royce.“Oh, maafkan aku sebelumnya, Tuan Bisma Bharadja. Aku lupa mengenalkan diriku padamu. Mungkin itulah sebabnya istri anda lupa kalau dia pernah bertemu denganku hampir tiga puluh tahun silam. Ya, itu waktu yang sangat lama,” Tuan Royce menjawab santai.Ayah kandung Angie itu kembali duduk tanpa dipersilahkan, membuat Bisma mengabaikan Hanum yang masih mematung, lalu ikut duduk di hadapan Tuan Royce.“Tuan Bisma, aku adalah Royce. Aku berasal dari Bangkok yang kebetulan memiliki beberapa usaha kecil di kota ini. Mungkin salah satunya adalah tempat pelatihan Taekwondo bernama Teratai Mekar. Aku pemilik tempat itu. Kurasa kau sudah pernah mengenal tempat kecil itu, ya, kan?”Tuan Bisma cukup tercengang mendengar penuturan Tuan Royce. Dia tidak menyangka akan didatangi pemilik t
"Jenderal, laporan tentang pergerakan saham The Eye God Tower mulai stabil. Dengan memutuskan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan kecil yang bermasalah, dua bersaudara itu berhasil bertahan,” seorang anak buah melaporkan perkembangan perusahaan Joe pada Axe.Tanpa menoleh, Axe hanya menaikkan senyuman tipis seakan dirinya sudah tahu kalau Joe bukanlah pria sembarangan.“Apa kau sudah menyiapkan hadiah kecil untuk jenius sombong itu? Aku rasa kau bisa mengacaukan apa yang sedang dikerjakannya,” tanya Axe yakin dan terkesan melewatkan apa yang baru saja anak buahnya sampaikan dan mengubah topic sesuka hati.“Sedang kuusahakan, Jenderal. Tapi sepertinya aku menemukan kabar baru yang menghebohkan,” ucap anak buahnya lagi, tapi lagi-lagi Axe acuh, “Ini tentang Nona Angie, Jenderal,” saat nama Angie terdengar, Jenderal muda itu segera menoleh cepat.“Apa itu?”“Berita ibukota dihebohkan dengan kabar pernikahan rahasia Joy Clayton dengan Nona Angie, dan fakta menyebutkan bahwa pernikahan
Saat ini di perusahaan keluarga Mangunjati sedang mengadakan pertemuan besar dengan para pemegang saham dalam rangka pembahasan pembelian saham Bharadja yang merosot tajam.Dharma sebagai pimpinan perusahaan, ingin mengakuisisi saham Bharadja guna memperbesar sayap perusahaan keluarganya.Hadir juga Bella yang merupakan salah satu penanam modal di perusahaan kekasihnya dan juga sebagai wakil dari Bharadja. Namun, saat ini tidak ada pembicaraan di antara keduanya.Dharma menolak untuk bicara dengan Bella semenjak skandal Bella terbongkar di depan mata kepalanya sendiri.Rapat sudah dimulai dengan rancangan yang sudah tersusun mantap untuk mengambil alih saham Bharadja. Namun, saat sekretaris Dharma memutar video perencanaan yang lain, bukannya video tentang perusahaan yang terputar, melainkan video suasana di sebuah kamar hotel.Vidio tersebut menampilkan seorang pria dan wanita yang sedang melakukan adegan panas dengan penuh gairah. Wajah si wanita telah tersamarkan dan meninggalkan w
Di rumah sakit terdekat, Dharma dengan pakaian bersimbah darah setelah mengangkat Bella dan membawanya ke rumah sakit, duduk tertunduk di koridor rumah sakit, tepat di depan pintu ruang operasi.Pikirannya kacau dan ada rasa penyesalan di hatinya. Kalau saja dia tidak membuat Bella mengejarnya hingga jauh. Kalau saja Bella berhenti di kantor saja dan membiarkannya pergi. Kalau saja tidak ada peristiwa video yang menghebohkan hari ini, tidak mungkin Bella mengalami kecelakaan seperti ini.“Dharma!” suara yang dikenal Dharma terdengar dan mengalihkan pandangannya.‘Bibi Hanum,” sebut Dharma dalam hati. Perlahan ia bangkit menghampiri Hanum yang mendekatinya.“Apa yang terjadi dengan Bella? kenapa dia bisa mengalami kecelakaan seperti ini?” Hanum bertanya sambil menangis pilu, meminta penjelasan Dharma tentang putrinya.“Bibi, maafkan aku,” ucap Dharma lemah dengan rasa bersalah yang sudah menumpuk di hatinya.“Jangan mengatakan maaf sekarang. Katakan padaku apa yang terjadi pada Bella?!
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
Setelah Angie kembali dari ruang kepala sekolah untuk bertanya di mana ruang kelasnya dan kini sudah di depan kelas bersama gurunya, kehadirannya membuat suasana kelas yang awalnya ribut, menjadi senyap.Hal itu terjadi karena empat dari pelajar yang dihajar Angie serta anak korban pembullyan tadi berada di kelas yang sama dengan Angie.“Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” ujar guru kelas tersebut. Angie mengangguk singkat sebelum tersenyum pada para anak remaja di depannya.‘Astaga, aku tidak menyangka akan mengulangi masa sekolah dan perkenalan diri seperti dulu lagi,’ Angie masih terdiam saat mengingat dirinya berada di posisi yang sama ketika ia baru saja pindah ke sekolah menengah akhirnya dulu ketika Nyonya Hanum mengajaknya pindah ke sekolah yang baru. Namun keadaan dulu dan kini berbeda. Jika dulu hanya tatapan mengejek karena berita tentang murid baru yang pindah adalah seorang gadis tanpa kasih sayang orang tua dan terbagi dengan anak angkat yang lebih
Hari-hari bahagia datang, tapi semua itu nyatanya belum cukup untuk membuat semua orang tenang. Joe dan Ben harus disibukkan dengan kepolisian yang masih belum menutup buku kasus yang banyak Axe lakukan.Sementara itu Angie sendiri harus kembali ke Bangkok bersama ayahnya setelah keduanya diberikan sanksi deportasi ringan dari negara ini. Itu bukan hal besar bagi Angie dan Tuan Royce. Mereka patuh dan sepakat dengan Joe tanpa perdebatan panjang yang awalnya ditolak Joe.Bagaimana mungkin dirinya bisa dipisahkan jarak oleh istri tercintanya, ditambah lagi dengan Sammy yang memilih ikut ibu sambungnya dan juga kakek yang mengasyikkan daripada tinggal bersama dua pria kaku seperti paman dan papanya.Tapi Joe mengerti kalau semua itu demi kebaikan bersama dan juga Angie yang memerlukan waktu untuk melatih ototnya yang tegang pasca operasi tempo hari.Sore hari setelah Angie baru kembali dari markas Teratai Mekar untuk melakukan latihan rutinnya dalam menembak, ia meminta anak buah Tuan Ro
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya pada hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik Tuan Royce. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Joe dan Angie yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti Bill dan kenalan dekat lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat dekat Tuan Royce dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Tuan Royce. Itu semua bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang ingin memberikan hal terbaik bagi putri tunggalnya dan juga sang cucu–Sammy–yang berulang tahun ke 10 tahun ini."Ya. Sebelum kue tart pernik
Mari kembali ke beberapa part saat Angie menghilang.Dharma dan perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan setelah pewaris tunggal Keluarga Mangunjati itu dipenjara akibat tuduhan kelalaian yang mengakibatkan nyawa Annabella melayang.Nyatanya Annabella meninggal pasca operasi akibat kecelakaan tempo hari. Meski sempat sadar, tapi Bella mengalami gangguan jiwa yang membuatnya terdistraksi menghabisi nyawanya sendiri.Tuan Bisma dipenjara dengan banyak tuduhan menjalankan bisnis dengan kotor, membuatnya dijatuhi bertahun-tahun hukuman. Para mantan rekan bisnisnya memberatkan hukuman beliau dan bisa dikatakan Bisma akan mendekam di penjara seumur hidup.Selain Bisma, ada Hanum yang stress berat. Beban dosa dan rasa bersalahnya pada mendiang sahabatnya, Ivy, terus menghantuinya, terlebih mendengar kabar bahwa Angie menghilang dan sempat dinyatakan meninggal.Sudah kehabisan harta, suami di penjara, putri kesayanganpun tiada, kini Hanum dijauhi teman sosialita, lalu perlahan hidupnya t
Setelah tiba di rumah sakit, Joe harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Bill dan Ben, hanya Tuan Royce yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Joe melihat wajah mertuanya ketika menjenguk dan itu membuatnya tersenyum.Ben yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Joe. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Joe dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Yang benar saja. Sepertinya pertanyaan ini lebih cocok kutanyakna untukmu,” Ben menjawab dengan candaan, “Bagaimana rasanya menjadi Raja tidur? Apa kau tahu, Joe, sepanjang hari menunggumu bangun aku mengeluh pada Tuhan kalau aku lebih baik mendengarmu memakiku seumur hidup daripada mendengar tangisa
Ben dan Joe tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Axe yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Axe menendang tubuh Joe dan Ben berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Angie milikku. Kalian hanya merusaknya, jadi kalian harus mati!” kalimat ini terus Axe gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Angie, Axe tidak sedikitpun menaruh ampun pada kakak beradik yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas sekali karena peluruku tertinggal dua. Cukup untuk membunuh kalian berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya tanpa melakukan apapun kalian sudah akan dijemput malaikat kematian!”“Tapi sepertinya aku itdak ingin lagi men
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Axe dan Angie.Dengan petunjuk yang Bill berikan, Joe dan Ben tiba di tempat tersebut.“Apa tidak berlebih sekali mengepung pria itu sampai seperti ini?” Ben bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini kita tidak punya sedikitpun masalah dengannya,” sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau hanya mau basa-basi lalu apa yang kau lakukan sampai meminta bantuan temanmu di militer?” Joe mengomentari, “Lagipula kalau dia tidak bermasalah, untuk apa dia langsung kabur menerobos barikade? Dia yang paling tahu bagaimana prosedur pemeriksaan, kan? Kalau nggak punya salah, untuk apa si brengsek itu lari sampai ke sini?” Joe memberikan penilaian tepat.“Aku keluar sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Ben, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.