Bab 44 Masihkah Ada CintaSetelah berpikir semalaman, Sadewa memutuskan untuk menemui Pak Burhan keesokan harinya. Pria tampan itu sengaja mendatangi ruangan atasannya itu berbicara empat mata terkait masalah Gemi."Mau ngapain kamu, Dewa?" tanya Pak Burhan dengan tatapan tidak suka."Ada yang ingin saya sampaikan ke Bapak," jawab Sadewa dengan perasaan deg-degan. Jantungnya berdegup kencang karena cemas. Ia sudah menebak atasannya itu akan marah saat mendengar pengakuannya nanti."Katakan secepatnya! Nggak usah bertele-tele!" perintah lelaki paruh baya itu dengan tatapan tajam."Ge-mi ... sebenarnya adalah istri sah saya, Pak," ucap Sadewa dengan susah payah.Pak Burhan tidak menampilkan ekspresi terkejut. Wajahnya datar saja, membuat Sadewa yang justru mengerutkan kening heran. Mungkinkah Gemi sudah mengatakan yang sebenarnya, pikirnya."Kemarin kamu membohongiku? Teganya kamu bilang istrimu sebagai ART," dengkus Pak Burhan kesal."Maaf, Pak. Saya mengaku salah dan menyesal," ucap
Bab 45 Hukuman untuk Sadewa "Dewa, bersiaplah kamu membusuk di penjara. Dan tunggu saja surat gugatan cerai dari Gemi!" Pak Burhan meradang bawahannya tidak mau mengikuti perintah dan kemauannya, justru melawannya.Manager Pemasaran PT Buana Aksara itu tidak pernah main-main dengan ancamannya. Karena Sadewa tidak mau menceraikan Gemi, akhirnya sebagai atasan dan juga sebagai salah satu pemilik PT Buana Aksara, Pak Burhan menggunakan kekuasaan dan wewenangnya, melaporkan Sadewa ke kantor polisi dengan tuduhan penggelapan uang perusahaan.Demi memenuhi gaya hidup mantan istri sirrinya yang glamor dan hedon, Sadewa sampai menggelapkan uang perusahaan. Apesnya istrinya justru berkhianat, berselingkuh dengan lelaki lain. Apes benar nasib Sadewa akibat tidak menuruti nasihat ibunya. Itulah balasannya karena menyakiti dan menyia-nyiakan istri sebaik Gemi.Meskipun Devita sudah pergi dari kehidupannya, tetapi Sadewa masih harus menanggung masalah yang ditimbulkan mantan istrinya itu. Firasat
Bab 46 Membezuk di PenjaraGemi memicingkan matanya saat melihat sosok lelaki yang dikenalnya memasuki kantin dan langsung memesan makanan. Dia heran saat menemukan lelaki itu di kampusnya. "Haris!" panggil Gemi saat yakin yang dilihatnya adalah sahabat masa kecilnya. Ia tidak mungkin keliru mengenali sosok lelaki berkulit agak gelap dan berambut ikal itu.Lelaki itu menoleh. "Gemi!" serunya terkejut. Haris tidak menyangka akan bertemu dengan Gemi di kantin sebuah kampus swasta yang ada dibilangan Jakarta Timur. Terbersit tanya di benaknya, "Ada apa Gemi berada di kampusnya makan malam hari?"Haris nyaris tidak percaya, sosok gadis berhijab dan bertubuh mungil itu adalah Gemi. Pemuda dari desa itu pangling dengan penampilan Gemi yang berubah drastis. Tubuh Gemi yang dulu gendut bisa menjadi langsing dan wajahnya makin glazed dan bercahaya memancar aura kecantikan dari dalam hatinya.Dua bulan tidak bertemu saja Gemi sudah mengalami perubahan penampilan yang pesat. Bila Gemi tidak me
Bab 47 Mempertahankan Perkawinan "Tidak perlu, Gemi. Biarkan aku tetap di sini untuk menebus semua kesalahanku kepadamu. Terlalu dalam kusakiti hatimu yang begitu tulus mencintaiku bahkan sejak masih bau kencur kamu sudah menyukaiku." Sadewa sudah pasrah dan ikhlas akan menjalani hukumannya di penjara. Ia merasa pantas mendapatkan hukuman itu.Gemi terkejut, tidak menduga Sadewa bisa mengetahui bahwa ia telah mencintai pria itu sejak masih duduk di bangku SMP, kira-kira sepuluh tahun yang lalu. "Bagaimana Mas Dewa bisa tahu? Oh, jangan-jangan Haris yang bercerita?""Kapan aku ketemuan sama Haris. Bukan dia.""Lalu siapa?" "Maaf, aku sudah membaca buku catatan harianmu tanpa izin."Seketika wajah Gemi merona merah. Ia sangat malu Sadewa sudah membaca semua curahan hatinya yang tertulis di dalam buku harian. Itu sungguh membuatnya malu. Bila ada pintu Doraemon ingin rasanya dia menghilang dari hadapan Sadewa Ia menyesal sembrono menaruh diary sembarangan.Dengan perasaan malu, Gemi
Bab 48 Menunggu Ketok Palu "Memang siapa Dewa? Kenapa kamu begitu peduli dengan lelaki yang tak pernah memedulikanmu?" Pak Burhan tersulut emosinya setiap ingat perlakuan Sadewa kepada Gemi. Bisa-bisanya Sadewa tidak pernah mengakui Gemi sebagai istri sahnya, tetapi malah memperkenalkan sebagai pembantu. Sebagai ayah kandungnya Pak Burhan merasa sakit hati putrinya disia-siakan."Mas Dewa itu ... sebenarnya suamiku, Yah," jawab Gemi gugup. Ia masih merasa canggung dan segan setiap berhadapan dengan ayah angkatnya itu. Rasanya masih seperti mimpi memiliki seorang ayah yang siap melindunginya."Tetapi Dewa tidak pernah menganggapmu sebagai istrinya. Dia hanya mengganggapmu sebagai ART-nya," tukas lelaki paruh baya itu."Aku mohon, Ayah mau mencabut laporan," mohon Gemi sekali lagi."Gemi, jadi orang jangan terlalu polos dan lembek gitu. Seharusnya kamu membalas perlakuan buruk Dewa. Harusnya biarkan saja lelaki brengsek itu membusuk di penjara." Pak Burhan tidak suka Gemi masih saja
Bab 49 Rasa yang Tertinggal Saat mengetahui Gemi telah mengajukan gugatan cerai kepada suaminya, Haris makin intens untuk kembali mendekati perempuan yang selama ini menjadi sahabatnya. Kesempatan untuk bisa memiliki Gemi kembali terbentang lebar. Meski kadang terselip secuil keraguan dalam kalbunya, perempuan itu akan membalas perasaan cinta yang dipendamnya selama ini. Bagaimanapun Haris risau, khawatir ia hanya cinta sendiri, cintanya bertepuk sebelah tangan. Selamanya Gemi hanya akan menganggapnya sebatas sahabat. Tidak lebih. Meski begitu Haris tetap akan mencoba berjuang hingga titik darah penghabisan. Kalau memang harus gagal itu artinya ia memang tidak ditakdirkan berjodoh dengan Gemi.Hampir setiap hari, Haris pergi ke kampus hanya untuk bisa bertemu dengan pujaan hatinya di sela kesibukannya dalam bekerja. Lelaki berparas manis itu rela menunggu hingga Gemi selesai kuliah dan mengantarkannya pulang.Haris sedang berjuang untuk mendapatkan hati perempuan yang masih dan s
Bab 50 Rahasia Terungkap Selama berada di kampung, Gemi tinggal di rumah Paklik Man. Rumah pamannya itu selalu ramai dengan keriuhan keempat sepupunya yang masih kecil-kecil. Gemi seperti anak sulung dari pakliknya itu. Sementara Haris tinggal di rumah orangtuanya yang masih lengkap. Bapak dan Simboknya masih sehat dan masih sering pergi ke sawah setiap harinya.Sore hari bakda waktu Asar, ketika matahari sudah mulai tergelincir ke ufuk barat, Gemi berjalan kaki menyusuri jalanan kecil berbatu menuju area pemakaman yang terletak di pinggir desa. Gemi ingin menziarahi makam ibu dan simbahnya yang bersebelahan. Wajah ibunya hanya bisa dilihat dari foto usang yang masih disimpannya. "Mbah Tum, aku kangen," gumam Gemi dengan lirih. Neneknya yang mengurus ia dari lahir hingga dewasa.Setelah itu Gemi juga ke makam Bu Gayatri, wanita baik hati yang selama belasan tahun menjadi majikannya sekaligus sempat menjadi ibu mertuanya."Maaf, Bu, aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk selalu bera
Bab 51 Merasa Dibohongi "Setiap bulan ada orang yang selalu transfer dua juta ke rekening Paklikmu," jelas Bulik Nur."Siapa Bulik?" desak Gemi penasaran. Dua juta sebulan bukan nominal yang kecil untuk ukuran orang desa. Tidak ada makan siang gratis. Gemi curiga dengan apa yang telah dilakukan Pakliknya demi mendapatkan uang."Dari Pak Burhan, bapakmu.""Darimana Paklik bisa kenal Bapak angkatku, Bulik? Apa Pak Burhan pernah datang ke rumah ini?" Gemi baru teringat keduanya pernah bertemu di rumah Sadewa saat Paklik Man sedang main ke ibukota."Oh, jadi Pak Burhan itu hanya bapak angkatmu, Gemi? Bulik pikir Pak Burhan itu bapak biologismu, lho." Bulik Nur yang tidak paham situasinya keceplosan bicara.Ucapan Bulik Nur membuat Gemi curiga bahwa Pak Burhan mungkin benar memang ayah biologisnya. Rasanya aneh saja bila seseorang tiba-tiba berbuat baik secara berlebihan. Pasti ada alasan kuat yang mendasarinya. Gemi yang lugu dan polos baru menyadarinya sekarang. Gadis mungil ini mulai
Bab 60 Akhir Bahagia (Tamat)Dada Sadewa berdebar-debar, dag-dig-dug tak karuan menunggu jawaban dari Gemi. Gelisah, tegang, dan khawatir berpadu jadi satu hingga membuat perutnya terasa mulas seketika.Dulu, ia memang sering menyakiti hati gadis itu saat mereka masih berstatus sebagai suami istri. Pria tampan itu kini ragu, Gemi akan mau menerimanya kembali. Betapa dulu ia begitu jahat dan egois. Namun, bila teringat isi buku catatan harian milik Gemi yang sudah dibacanya, terbit rasa optimis dalam hatinya. Ia tahu betapa Gemi mencintai dirinya sebegitu besar dan dalam selama lebih 10 tahun. Apakah rasa itu masih ada dan masih sama?Gemi menunduk menekuri lantai tegel sambil berpikir dan mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum memutuskan. Suasana ruang tamu rumah Siti menjadi hening. Tidak ada perbincangan. Semua orang tengah menunggu jawaban dari Gemi. Dulu Sadewa pernah menorehkan luka di hatinya. Sakit hati Gemi saat suaminya itu lebih memilih Devita, sering mempertontonkan ke
Bab 59 Memaafkan dan Mengikhlaskan "Ayo pulang, Gemi! Banyak orang yang menyayangimu merasa kehilangan dan mengkhawatirkan keadaanmu," bujuk Sadewa. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Keadaanku baik-baik saja. Mas Dewa pulang saja!" Gemi masih bertahan, enggan pulang."Kamu butuh waktu berapa lama lagi, Gemi?" tanya Sadewa seraya menatap lekat perempuan muda di depannya itu.Gemi hanya bergeming. Menunduk. Gadis berkerudung maroon itu merasa belum siap untuk kembali pulang saat ini. Kemarahannya belum sepenuhnya reda. Api yang berkobar di dadanya belum padam sepenuhnya. Kebencian dan dendam masih merasuki alam pikiran dan perasaannya. Ia masih membutuhkan waktu sedikit lagi sampai batinnya benar-benar merasa tenang, ikhlas, dan legowo."Beri aku waktu tiga hari lagi untuk menenangkan diri, Mas Dewa," pinta Gemi Nastiti.Tinggal berlama-lama menumpang di rumah orang tua Siti, sebenarnya Gemi juga merasa tidak enak, takut merepotkan terlalu lama. Ia masih belum siap kembali untuk s
Bab 58 Menenangkan diriKeesokan harinya, Siti mengajak Gemi untuk mengunjungi situs purbakala Musium Sangiran yang berada di Desa Krikilan. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit dengan berjalan kaki dari tempat tinggal Siti.Gemi dan Siti beberapa kali mengambil foto secara bersamaan di daerah desa wisata itu. Siti lalu memposting foto dirinya dan Gemi di akun sosial medianya dengan menandai akun Gemi Nastiti."Mbak Gemi apakah perasaannya udah baikan setelah kita berwisata ke sini?" tanya Siti. Siti sengaja mengajak temannya jalan-jalan untuk menghibur temannya yang keadaannya terlihat menyedihkan. Gemi sudah menceritakan kisah hidupnya semua kepada Siti."Alhamdulillah sudah sedikit lebih baik. Makasih ya, Sit." Satu hal yang disyukuri Gemi adalah memiliki teman sebaik Siti.***Haris, Paklik Man, Pak Burhan, dan Sadewa sibuk mencari Gemi ke sana kemari. Ponsel gadis itu tidak aktif sejak kemarin. Mereka khawatir terjadi sesuatu dengan Gemi. Sama sekali tidak ada petunjuk k
Bab 57 Pencarian Saat mengetahui bahwa ia dan Haris tidak mungkin bisa menikah karena saudara sepersusuan, Gemi tampak kecewa dan putus asa. Haris tidak bisa ia jadikan tempat untuk bersandar bagi jiwanya yang lelah. Padahal selama ini sahabatnya itu selalu bisa diandalkan dan dijadikan sandaran.Gadis berkerudung hitam diam menunduk. Pikirannya masih kacau. Ia bingung ke mana harus menumpang tinggal untuk sementara waktu. Ia ingin melarikan diri dari orang yang telah membuatnya kecewa dan sakit hati. Dua fakta mengejutkan membuatnya syok dan terpuruk. Mentalnya langsung down.Gemi tidak mau pulang ke rumah Paklik Man. Ia masih marah dan kecewa dimanfaatkan Pakliknya itu demi memperoleh sejumlah uang setiap bulannya. Seharusnya dari awal adik almarhumah ibunya itu memberitahukan fakta yang sebenarnya. Bukan menutupi demi imbalan uang. Gemi merasa di mata Pakliknya itu uang lebih berharga daripada dirinya. Padahal selama ini hampir semua uang yang ia miliki selalu diberikan kepada Pak
Bab 56 Ke mana perginya?Braaakkk!!!Paklik Man menutup pintu dengan keras hingga menimbulkan suara bedebum, membuat kegaduhan di pagi hari. Sadewa terkejut, spontan memegangi dadanya. Ia lantas duduk di amben--tempat duduk dari bambu--menunggu. Ia bertekad harus mengetahui kabar dan keadaan Gemi. Ia tidak akan tenang sebelum memastikan keadaan Gemi sudah baik-baik saja.Setengah jam menunggu, Paklik Man belum juga membukakan pintu. Deru suara sebuah mobil Pajero warna hitam metalik berhenti tepat di depan rumah Pakliknya Gemi mengalihkan perhatian Sadewa. Seorang lelaki paruh baya keluar dari mobil itu.Sadewa terhenyak dengan kedatangan mantan atasannya itu. Ada perlu apa? Kenapa Pak Burhan sampai jauh-jauh datang ke desa? Sebenarnya apa yang terjadi dengan Gemi? "Apa kabarnya, Pak?" Sadewa menunduk hormat kepada lelaki paruh baya itu sekalian bertanya kabar."Ngapain kamu datang ke rumah Gemi?" tanya Pak Burhan menatap Sadewa dengan sorot mata tajam. Pak Burhan masih tidak menyu
Bab 55 Menghilang Tanpa JejakSadewa meraih kotak kayu itu dari lemari paling bawah lantas membukanya. Ternyata kotak kayu berukir indah itu berisi satu set perhiasan, ada kalung, gelang, cincin, dan anting-anting. Secarik kertas terselip di dalamnya. Pria berpenampilan acak-acakan itu segera membuka lipatan kertas itu dan membaca pesannya.Dewa, tolong berikan kotak perhiasan ini kepada istrimu bila Ibu tidak sempat untuk memberikannya secara langsung kepada menantu kesayangan Ibu.Isi pesan itu singkat, padat, dan jelas. Satu set perhiasan itu harus diberikan kepada Gemi sebagai hadiah pernikahan dari sang ibu. Tepat sehari setelah Ijab Kabul antara Sadewa dan Gemi, Bu Gayatri berpulang sebelum sempat menyerahkan sendiri kotak perhiasan itu kepada menantu pilihannya.Setiap mengingat kegagalan rumah tangganya, Sadewa masih saja menyesali kebodohannya. Ia menyesal telah menyia-nyiakan istri pilihan sang Ibu. Mungkin hidupnya kini berantakan karena ia tidak bisa menjaga amanah ibunya
Bab 54 Penyesalan SadewaSudah lebih dari satu bulan Sadewa tinggal di desa. Setelah Pak Burhan mencabut laporannya di kantor polisi, pria tampan itu terbebas dari jeratan hukum. Semua itu berkat pengorbanan Gemi. Tidak ada lagi yang tersisa di ibu kota. Rumah idamannya sudah disita bank. Mobil Xpander hitam metalik kesayangannya sudah ditarik leasing. Ia pun kehilangan pekerjaannya di PT Buana Aksara. Padahal jabatan terakhirnya sudah lumayan sebagai kepala bagian. Lima tahun ia merintis karier dan hancur karena wanita. Ia sudah melupakan pengkhianatan Devita. Gemi, istri sahnya yang ingin ia pertahankan, satu-satunya yang tersisa dalam hidupnya setelah kehancurannya justru mengajukan gugatan cerai demi untuk menyelamatkan dirinya. Padahal ia rela dipenjara demi memperjuangkan Gemi untuk tetap menjadi istrinya.Sadewa memutuskan untuk kembali ke desa. Masih ada rumah peninggalan kedua orangtuanya beserta sawah dan ladang. Hidup di desa membuatnya merasa tenang dan damai. Masalah de
Bab 53 Memilih PergiMencintai seseorang yang ternyata tidak boleh dicintai, membuat perasaan Haris hancur berkeping-keping. Belasan tahun ia memupuk rasa cintanya hingga perasaan itu tumbuh subur di hatinya. Namun, harus tercerabut dengan paksa membuat hatinya terluka berdarah-darah.Pemuda berkulit sedikit gelap itu merasa dunia tidak adil. Semesta seolah tidak pernah berpihak kepada kebahagiaannya. Mengapa Simboknya harus membuat sebuah kesalahan fatal, menyusui Gemi saat masih bayi? Ia sungguh menyesalkan perbuatan simboknya yang kurang mendapatkan ilmu agama. Impian yang sudah dirajutnya lebih dari sepuluh tahun lamanya nyaris terwujud di depan mata tiba-tiba ambyar, berantakan semua. Dadanya terasa sesak. Haris patah hati sepatah patahnya. Bukan karena Gemi menolak cintanya. Ia bahkan belum sempat untuk mengungkapkan perasaan cintanya kepada sahabatnya itu.Cintanya kepada Gemi, sahabat masa kecilnya ternyata terlarang. Dan itu baru ia ketahui hari ini. Tidak mungkin ia dapat
Bab 52 Haram Menikah "Lho ... ngopo, Nduk, teko-teko nangis?" tanya Mbok Nah terkejut. Simboknya Haris bingung saat Gemi masuk rumahnya dengan air mata yang membanjiri pipinya yang mulus dan glowing.Gemi hanya diam, masih terisak-isak tidak menjawab pertanyaan dari perempuan renta itu."Sek Haris lagi mandi. Minum dulu ini tehnya, Nduk Cah Ayu." Tidak lama kemudian Mbok Nah sudah kembali ke ruang tamu dengan membawa secangkir teh panas yang masih mengepulkan asap.Bagi Mbok Nah, Gemi sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Dari bayi Mbah Tum--neneknya Gemi-- sering menitipkan Gemi yang masih bayi ke rumahnya sebelum berangkat bekerja jadi rewang di rumah Bu Lurah Gayatri. Haris saat itu juga masih bayi. Usia Gemi dan Haris hanya berbeda hari saja."Matur suwun, Mbok," ucap Gemi setelah meminum teh dan merasa sudah agak tenang. Tangisnya sudah mereda."Haris nikahi aku secepatnya. Aku nggak mau balik ke Jakarta lagi. Aku benci Pak Burhan," seru Gemi memohon saat Haris baru nongol d