ISTRI PILIHAN IBUBab 31 Sebuah Harapan Membuatnya Bertahan"Mbak Gemi tenang saja, sekarang sudah bisa memiliki Pak Dewa seutuhnya." Siti memberikan dukungannya."Iya, meskipun sudah tidak ada lagi Devita, Mas Dewa belum tentu mau menganggapku sebagai istrinya. Mas Dewa mungkin malu memiliki istri yang penampilannya kampungan dan juga tidak menarik sepertiku, Sit. Aku memang tidak sepadan dan tak pantas jadi istrinya. Mas Dewa terlalu sempurna buatku." Gemi tetap insecure dan pesimis, tidak yakin Sadewa akan meliriknya."Mbak Gemi sebenarnya cantik kok, cuma ...." Siti sengaja menggantung ucapannya untuk menggoda."Cuma apa?" Gemi melotot."Sedikit gendut aja, hehehe ...." Siti orangnya terlalu polos dan jujur. Dibilang gendut membuat kepercayaan diri Gemi langsung nyungsep.Sulitnya menurunkan berat badan, hampir membuat Gemi menyerah. Sudah diet ketat tiap hari menahan lapar. Pas tiba giliran nimbang hanya berkurang tiga kilogram saja. Rasanya usahanya menurunkan berat badan terasa
Bab 32 Jogging Bareng [Gemi, besok jogging bareng, yuk!"]Sebuah pesan dari Haris baru saja dibaca oleh Gemi. Kebetulan sekali Gemi memang sedang menjalani program diet untuk menurunkan berat badan. Jogging, ide bagus juga untuk membakar kalori, pikir Gemi.[Oke.] Tanpa berpikir panjang, Gemi menyetujui ajakan Haris.Keesokan harinya, saat hari masih remang-remang menjelang pagi, Haris sudah menunggu Gemi di depan pintu pagar. Pemuda dari desa itu selalu antusias setiap akan bertemu dengan Gemi."Mas Dewa, aku mau jogging sama Haris," pamit Gemi yang sudah berpakaian olahraga lengkap dengan sepatu kets-nya.Sadewa yang baru selesai sholat Subuh melipat sajadah. "Gemi, kamu sudah punya suami. Kurangi sering pergi sama Haris. Aku tidak suka. Lagipula bisa timbul fitnah nantinya," ucap Sadewa mengingatkan. Pria tampan itu merasa tidak suka setiap kali melihat Gemi bersama Haris. Meski ia belum mau menganggap Gemi sebagai istrinya dan belum mengenalkan Gemi sebagai istri sahnya. Namun
ISTRI PILIHAN IBUBab 33 Menolong Gadis Kecil"Sampai kapan kamu akan bertahan, Gemi?" tanya Haris sedikit emosional. Ia tidak habis pikir sahabatnya akan senaif itu, tetap berharap dan mencintai lelaki plin-plan seperti Sadewa. Bagaimana ia bisa cepat move on bila Gemi tidak merasakan kebahagiaan dengan pernikahannya. Sementara kebahagiaan Gemi adalah prioritas utama dalam hidup Haris."Sampai Mas Dewa sendiri yang menceraikanku, Ris," jawab Gemi dengan mantap. Tidak ada keraguan sedikit pun dari ucapannya itu. Gemi masih kukuh memegang keyakinan untuk terus bertahan berada di sisi Sadewa, pria yang menjadi cinta pertamanya dan tetap dicintainya hingga kini."Keras kepala sekali kamu, Gemi! Aku aja sakit dan tidak terima kamu hanya dimanfaatkan Mas Dewa. Hanya dianggap sebagai pembantu saja. Aku tidak habis pikir. Cinta membuatmu begitu lemah tak berdaya. Hah!" Haris masih kesal melihat betapa bodohnya Gemi. Keduanya kembali berlari, saling diam, sibuk dengan pikirannya masing-masi
Bab 34 Ketakutan GemiSetelah selesai makan malam dan mencuci piring, seperti biasa Gemi langsung masuk ke kamarnya. Gadis desa itu tidak suka menonton televisi. Berbeda dengan Sadewa, saat berada di rumah, lelaki tampan itu kerap ditemukan sering berada di depan televisi yang menyala. Meski kadang tidak ditontonnya bila sudah keasyikan memegang gadget.Sejak tidak ada Devita, hubungan Sadewa dan Gemi mulai akrab. Hubungan mereka sudah lebih mencair. Kadang mereka berbincang akrab saat makan malam bersama. Tidak sekadar obrolan basa-basi.Tok!Tok!Tok!!!Gemi terlonjak kaget setiap mendengar ketukan pintu kamarnya saat malam hari. Pikirannya selalu travelling dan curiga dengan Sadewa. Ia selalu overthinking, berprasangka buruk terhadap suaminya sendiri. "Ada apa Mas Dewa malam-malam mencariku," gumam Gemi resah dan gelisah. Perempuan yang sudah mengenakan baju tidur itu melihat penanda waktu di ponselnya menunjukkan pukul 21.30. Belum terlalu malam."Gemi, buka pintunya! Aku tahu kamu
ISTRI PILIHAN IBUBab 35 Tawaran Kerja "Baik, Pak. Nanti saya bicarakan dulu dengan Gemi." Sadewa hanya bisa pasrah tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti permintaan Pak Burhan. Padahal ia sudah mulai merasa nyaman tinggal satu atap dengan Gemi, gadis desa yang sudah ia nikahi hampir empat bulan lamanya, tetapi belum juga pernah disentuhnya. Pria tampan itu sudah mulai tergantung dengan gadis desa itu. Semua kerjaan rumah beres. Sarapan dan makan malam selalu terhidang. Masakan Gemi juga enak pas terasa di lidah Sadewa. Setelah semua kenyamanan itu, ia harus merelakan gadis desa itu jauh dari kehidupannya.Pak Burhan tersenyum puas, keinginannya sudah tercapai. Akhirnya ada alasan baginya untuk bisa menjalin kedekatan dengan Gemi yang diyakininya sebagai putrinya. Lelaki paruh baya itu akan menebus semua dosa dan kesalahannya di masa lalu dengan membahagiakan gadis desa itu.Sadewa keluar dari ruang kerja Pak Burhan dengan langkah gontai tak bersemangat. Hatinya dilanda kere
Bab 36 Melepaskan Pergi"Jadi ... begini. Kamu tahu Pak Burhan yang sering datang ke sini?" Sadewa langsung berbicara ke inti permasalahannya."Iya, Pak Burhan atasannya Mas Dewa 'kan?"Sadewa mengangguk. "Iya. Pak Burhan sedang mencari orang untuk mengasuh cucunya. Mungkin kamu berminat?""Aku mau, Mas. Aku menyukai anak kecil.""Tetapi ... kamu harus tinggal di sana.""Iya juga. Kalo aku tinggal di rumah Pak Burhan. Siapa yang mengurus keperluan Mas Dewa dan membersihkan rumah ini?" Gemi jadi ragu. Berbakti dan melayani kebutuhan suaminya lebih penting daripada pekerjaan."Kamu bisa seminggu dua kali datang ke rumah ini untuk beres-beres dan mencucikan pakaianku." Sadewa mencoba memberikan solusi untuk menyakinkan Gemi.Gemi diam mempertimbangkan. Ia merasa suaminya masih enggan dan malu untuk memperkenalkan dirinya dihadapan semua orang. Sadewa juga tidak ada tanda-tanda menyukainya. Meski wajahnya sudah mulus dan cerah, tetapi tubuhnya masih tampak gendut. Itu masih membuat Gemi i
ISTRI PILIHAN IBUBab 37 Jadi Pengasuh Anak Cherry bersuka cita, berbahagia dengan kehadiran Gemi yang akan menjadi pengasuhnya. Gadis desa itu berhasil mengambil hati cucu tunggal dari Pak Burhan, sejak saat pertama kali mereka bertemu ketika menolong gadis kecil itu terjatuh dari sepeda.Sepanjang hari, pekerjaan Gemi hanya menemani Cherry bermain, bercanda dan tertawa. Dari dulu ia memang menyukai anak kecil. Sewaktu masih tinggal di kampung, dengan sukarela Gemi sering mengasuh anak tetangga maupun anak-anak dari Paklik Man yang berjumlah empat orang. Bermain-main dengan Cherry, sejenak gadis bertubuh pendek dan gendut itu bisa melupakan masalah hidup yang akhir-akhir ini merenggut senyumannya.Gemi juga mengajak Cherry bermain sambil belajar membaca, menulis, dan juga berhitung. Itu yang dilakukan Gemi dalam mempersiapkan anak asuhnya memasuki bangku sekolah. Bulan depan anak perempuan yang berusia lima tahun itu sudah masuk sekolah taman kanak-kanak."Ini foto mamaku, Mbak Gem
Bab 38 Merasa Insecure Gemi khawatir perlakuan diskriminasi ini akan memunculkan perasaan itu dan dengki di hati kedua ART yang sudah lebih dulu bekerja. Gadis desa itu cemas akan dimusuhi mereka.Saat tengah melamun, sebuah notifikasi pesan masuk terdengar. Gemi bersemangat segera membuka ponselnya berpikir itu pesan balasan dari Sadewa yang sudah ditunggu-tunggunya. Baru sehari berpisah, Gemi sudah dilanda rasa rindu.[Gemi, kamu kenapa tiba-tiba kerja jadi pengasuh anak?] Gemi kecewa karena pesan itu bukan dari Sadewa, melainkan dari Haris. Mungkin Haris tadi datang ke rumah, tetapi tidak menemukan dirinya.[Aku pengen cari kesibukan saja, Ris.] Balas Gemi.[Kenapa jadi pengasuh anak? Apa enaknya? Kerja ngikut orang nggak bebas? Aku bisa mencarikan pekerjaan yang lebih layak untukmu bila kamu mau?] Haris tidak suka Gemi menjadi pengasuh anak. Ia pikir pengasuh anak itu pekerjaan rendah setara dengan asisten rumah tangga. Sebuah pekerjaan yang sering diremehkan orang.[Kamu tahu
Bab 60 Akhir Bahagia (Tamat)Dada Sadewa berdebar-debar, dag-dig-dug tak karuan menunggu jawaban dari Gemi. Gelisah, tegang, dan khawatir berpadu jadi satu hingga membuat perutnya terasa mulas seketika.Dulu, ia memang sering menyakiti hati gadis itu saat mereka masih berstatus sebagai suami istri. Pria tampan itu kini ragu, Gemi akan mau menerimanya kembali. Betapa dulu ia begitu jahat dan egois. Namun, bila teringat isi buku catatan harian milik Gemi yang sudah dibacanya, terbit rasa optimis dalam hatinya. Ia tahu betapa Gemi mencintai dirinya sebegitu besar dan dalam selama lebih 10 tahun. Apakah rasa itu masih ada dan masih sama?Gemi menunduk menekuri lantai tegel sambil berpikir dan mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum memutuskan. Suasana ruang tamu rumah Siti menjadi hening. Tidak ada perbincangan. Semua orang tengah menunggu jawaban dari Gemi. Dulu Sadewa pernah menorehkan luka di hatinya. Sakit hati Gemi saat suaminya itu lebih memilih Devita, sering mempertontonkan ke
Bab 59 Memaafkan dan Mengikhlaskan "Ayo pulang, Gemi! Banyak orang yang menyayangimu merasa kehilangan dan mengkhawatirkan keadaanmu," bujuk Sadewa. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Keadaanku baik-baik saja. Mas Dewa pulang saja!" Gemi masih bertahan, enggan pulang."Kamu butuh waktu berapa lama lagi, Gemi?" tanya Sadewa seraya menatap lekat perempuan muda di depannya itu.Gemi hanya bergeming. Menunduk. Gadis berkerudung maroon itu merasa belum siap untuk kembali pulang saat ini. Kemarahannya belum sepenuhnya reda. Api yang berkobar di dadanya belum padam sepenuhnya. Kebencian dan dendam masih merasuki alam pikiran dan perasaannya. Ia masih membutuhkan waktu sedikit lagi sampai batinnya benar-benar merasa tenang, ikhlas, dan legowo."Beri aku waktu tiga hari lagi untuk menenangkan diri, Mas Dewa," pinta Gemi Nastiti.Tinggal berlama-lama menumpang di rumah orang tua Siti, sebenarnya Gemi juga merasa tidak enak, takut merepotkan terlalu lama. Ia masih belum siap kembali untuk s
Bab 58 Menenangkan diriKeesokan harinya, Siti mengajak Gemi untuk mengunjungi situs purbakala Musium Sangiran yang berada di Desa Krikilan. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit dengan berjalan kaki dari tempat tinggal Siti.Gemi dan Siti beberapa kali mengambil foto secara bersamaan di daerah desa wisata itu. Siti lalu memposting foto dirinya dan Gemi di akun sosial medianya dengan menandai akun Gemi Nastiti."Mbak Gemi apakah perasaannya udah baikan setelah kita berwisata ke sini?" tanya Siti. Siti sengaja mengajak temannya jalan-jalan untuk menghibur temannya yang keadaannya terlihat menyedihkan. Gemi sudah menceritakan kisah hidupnya semua kepada Siti."Alhamdulillah sudah sedikit lebih baik. Makasih ya, Sit." Satu hal yang disyukuri Gemi adalah memiliki teman sebaik Siti.***Haris, Paklik Man, Pak Burhan, dan Sadewa sibuk mencari Gemi ke sana kemari. Ponsel gadis itu tidak aktif sejak kemarin. Mereka khawatir terjadi sesuatu dengan Gemi. Sama sekali tidak ada petunjuk k
Bab 57 Pencarian Saat mengetahui bahwa ia dan Haris tidak mungkin bisa menikah karena saudara sepersusuan, Gemi tampak kecewa dan putus asa. Haris tidak bisa ia jadikan tempat untuk bersandar bagi jiwanya yang lelah. Padahal selama ini sahabatnya itu selalu bisa diandalkan dan dijadikan sandaran.Gadis berkerudung hitam diam menunduk. Pikirannya masih kacau. Ia bingung ke mana harus menumpang tinggal untuk sementara waktu. Ia ingin melarikan diri dari orang yang telah membuatnya kecewa dan sakit hati. Dua fakta mengejutkan membuatnya syok dan terpuruk. Mentalnya langsung down.Gemi tidak mau pulang ke rumah Paklik Man. Ia masih marah dan kecewa dimanfaatkan Pakliknya itu demi memperoleh sejumlah uang setiap bulannya. Seharusnya dari awal adik almarhumah ibunya itu memberitahukan fakta yang sebenarnya. Bukan menutupi demi imbalan uang. Gemi merasa di mata Pakliknya itu uang lebih berharga daripada dirinya. Padahal selama ini hampir semua uang yang ia miliki selalu diberikan kepada Pak
Bab 56 Ke mana perginya?Braaakkk!!!Paklik Man menutup pintu dengan keras hingga menimbulkan suara bedebum, membuat kegaduhan di pagi hari. Sadewa terkejut, spontan memegangi dadanya. Ia lantas duduk di amben--tempat duduk dari bambu--menunggu. Ia bertekad harus mengetahui kabar dan keadaan Gemi. Ia tidak akan tenang sebelum memastikan keadaan Gemi sudah baik-baik saja.Setengah jam menunggu, Paklik Man belum juga membukakan pintu. Deru suara sebuah mobil Pajero warna hitam metalik berhenti tepat di depan rumah Pakliknya Gemi mengalihkan perhatian Sadewa. Seorang lelaki paruh baya keluar dari mobil itu.Sadewa terhenyak dengan kedatangan mantan atasannya itu. Ada perlu apa? Kenapa Pak Burhan sampai jauh-jauh datang ke desa? Sebenarnya apa yang terjadi dengan Gemi? "Apa kabarnya, Pak?" Sadewa menunduk hormat kepada lelaki paruh baya itu sekalian bertanya kabar."Ngapain kamu datang ke rumah Gemi?" tanya Pak Burhan menatap Sadewa dengan sorot mata tajam. Pak Burhan masih tidak menyu
Bab 55 Menghilang Tanpa JejakSadewa meraih kotak kayu itu dari lemari paling bawah lantas membukanya. Ternyata kotak kayu berukir indah itu berisi satu set perhiasan, ada kalung, gelang, cincin, dan anting-anting. Secarik kertas terselip di dalamnya. Pria berpenampilan acak-acakan itu segera membuka lipatan kertas itu dan membaca pesannya.Dewa, tolong berikan kotak perhiasan ini kepada istrimu bila Ibu tidak sempat untuk memberikannya secara langsung kepada menantu kesayangan Ibu.Isi pesan itu singkat, padat, dan jelas. Satu set perhiasan itu harus diberikan kepada Gemi sebagai hadiah pernikahan dari sang ibu. Tepat sehari setelah Ijab Kabul antara Sadewa dan Gemi, Bu Gayatri berpulang sebelum sempat menyerahkan sendiri kotak perhiasan itu kepada menantu pilihannya.Setiap mengingat kegagalan rumah tangganya, Sadewa masih saja menyesali kebodohannya. Ia menyesal telah menyia-nyiakan istri pilihan sang Ibu. Mungkin hidupnya kini berantakan karena ia tidak bisa menjaga amanah ibunya
Bab 54 Penyesalan SadewaSudah lebih dari satu bulan Sadewa tinggal di desa. Setelah Pak Burhan mencabut laporannya di kantor polisi, pria tampan itu terbebas dari jeratan hukum. Semua itu berkat pengorbanan Gemi. Tidak ada lagi yang tersisa di ibu kota. Rumah idamannya sudah disita bank. Mobil Xpander hitam metalik kesayangannya sudah ditarik leasing. Ia pun kehilangan pekerjaannya di PT Buana Aksara. Padahal jabatan terakhirnya sudah lumayan sebagai kepala bagian. Lima tahun ia merintis karier dan hancur karena wanita. Ia sudah melupakan pengkhianatan Devita. Gemi, istri sahnya yang ingin ia pertahankan, satu-satunya yang tersisa dalam hidupnya setelah kehancurannya justru mengajukan gugatan cerai demi untuk menyelamatkan dirinya. Padahal ia rela dipenjara demi memperjuangkan Gemi untuk tetap menjadi istrinya.Sadewa memutuskan untuk kembali ke desa. Masih ada rumah peninggalan kedua orangtuanya beserta sawah dan ladang. Hidup di desa membuatnya merasa tenang dan damai. Masalah de
Bab 53 Memilih PergiMencintai seseorang yang ternyata tidak boleh dicintai, membuat perasaan Haris hancur berkeping-keping. Belasan tahun ia memupuk rasa cintanya hingga perasaan itu tumbuh subur di hatinya. Namun, harus tercerabut dengan paksa membuat hatinya terluka berdarah-darah.Pemuda berkulit sedikit gelap itu merasa dunia tidak adil. Semesta seolah tidak pernah berpihak kepada kebahagiaannya. Mengapa Simboknya harus membuat sebuah kesalahan fatal, menyusui Gemi saat masih bayi? Ia sungguh menyesalkan perbuatan simboknya yang kurang mendapatkan ilmu agama. Impian yang sudah dirajutnya lebih dari sepuluh tahun lamanya nyaris terwujud di depan mata tiba-tiba ambyar, berantakan semua. Dadanya terasa sesak. Haris patah hati sepatah patahnya. Bukan karena Gemi menolak cintanya. Ia bahkan belum sempat untuk mengungkapkan perasaan cintanya kepada sahabatnya itu.Cintanya kepada Gemi, sahabat masa kecilnya ternyata terlarang. Dan itu baru ia ketahui hari ini. Tidak mungkin ia dapat
Bab 52 Haram Menikah "Lho ... ngopo, Nduk, teko-teko nangis?" tanya Mbok Nah terkejut. Simboknya Haris bingung saat Gemi masuk rumahnya dengan air mata yang membanjiri pipinya yang mulus dan glowing.Gemi hanya diam, masih terisak-isak tidak menjawab pertanyaan dari perempuan renta itu."Sek Haris lagi mandi. Minum dulu ini tehnya, Nduk Cah Ayu." Tidak lama kemudian Mbok Nah sudah kembali ke ruang tamu dengan membawa secangkir teh panas yang masih mengepulkan asap.Bagi Mbok Nah, Gemi sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Dari bayi Mbah Tum--neneknya Gemi-- sering menitipkan Gemi yang masih bayi ke rumahnya sebelum berangkat bekerja jadi rewang di rumah Bu Lurah Gayatri. Haris saat itu juga masih bayi. Usia Gemi dan Haris hanya berbeda hari saja."Matur suwun, Mbok," ucap Gemi setelah meminum teh dan merasa sudah agak tenang. Tangisnya sudah mereda."Haris nikahi aku secepatnya. Aku nggak mau balik ke Jakarta lagi. Aku benci Pak Burhan," seru Gemi memohon saat Haris baru nongol d