Zulaika semakin tertekan dengan batinnya. Dia merasakan hati itu. Sepanjang malam, bayangan itu selalu saja hadir. Sosok tampan dengan kata-katanya yang selalu membuatnya melayang, selalu mengusik hatinya."Tidak bisa. Aku tidak akan pernah memberikan hatiku kepadanya. Bagaimana mungkin dia bisa membuatku seperti ini? Hatiku tersiksa, saat memikirkannya," gumamnya di depan cermin, sambil memandang dirinya sendiri. Kedua tangannya mulai mengepal. Mengingat semua masa lalu itu. Kedua mata Zulaika semakin menatap tajam, mulai mengingat masa itu. Pertikaian darah, yang sangat mengerikan.Ketika itu, Zulaika bersama dengan sang ibu di dapur. Mereka seperti biasanya, memasak bersama. Namun, Septian. Ayah Zulaika yang merupakan kaki tangan Malik selama puluhan tahun, akhirnya menjadi korban.Malik ketika itu resah Septian menyembunyikan fakta sangat besar bersama Agung. Pesaing hebat Maulana bernama Jakarasa, akan mengambil separo kekayaan Maulana karena mereka mengetahui Redrich kehilangan
Senyuman terlihat jelas di wajah Arman. Sepanjang hari, dia sama sekali sulit mengatasi ketenangan dalam dirinya. Bayangan Zulaika selalu melintas di kepalanya. Senyuman Zulaika yang sangat indah, tak tertandingi oleh siapapun juga. Lesung pipi yang sangat menggemaskan. Ingin sekali Arman memandangnya sepanjang hari.Wanita. Yah ... mereka hanya dianggap pakaian oleh Arman selama ini. Jika kusam, maka akan ditinggalkan, dan mencari yang baru. Semua istri siri Arman selama ini hanya dia nikmati sekali saja saat malam pertama setelah menikahi mereka. Para wanita itu adalah bayaran dari semua orang yang berhutang kepadanya.Dengan bangga, selama ini Arman selalu tersenyum bersama semua jajaran para Bos Besar. Dengan sangat sombong mengatakan, "tidak ada yang bisa membahayakan hatiku," ucapnya dengan lantang diiringi tawaan sangat kencang. Sangat percaya diri sekali. Hingga, dia kali ini merasakan bahaya itu. Hatinya tertusuk setiap melihat Zulaika ditatap oleh lelaki lain, termasuk Ardia
Zulaika tersenyum. Dia sangat senang bisa bertemu dengan Agung. Lelaki itu menerima pelukan Zulaika. Gadis itu menangis di dalam pelukan lelaki yang sudah menjadi ayah angkatnya itu. Agung perlahan mengelus-elus punggungnya."Kau baik-baik saja, anakku?" bisik Agung tersenyum. Zulaika melirik seseorang yang berdiri sambil bersedekap di hadapannya."Aku sangat baik," balasnya masih menatap pelayan yang memanggilnya itu. Pelayan wanita yang segera membuka topeng dan tersenyum. Zulaika terkejut. Dia sudah menduga. Maya pasti yang melakukannya."Maya. Sudah aku duga."Zulaika saat itu mendapatkan surat rahasia di bawah nampan yang dibawakan pelayan di kamarnya. Maya selalu saja berhasil menyamar masuk ke sana atas bantuan Redrich. Zulaika terkejut, dan segera membacanya. Surat itu tertuliskan, jika dia harus waspada, karena Bagus akan merencanakan sesuatu kepadanya."Kau ... lelaki biadap," ucap Zulaika pelan sembari meremas kertas itu. Dia semakin terkejut ketika membaca kalimat di bawahn
Ardian terkejut mendengar permintaan Zulaika. Dia menatap wajah itu. Wajah yang sangat cantik, selalu mempesona dirinya. Dia terus menatap Zulaika yang sangat berharap dirinya mengatakan, iya. Ardian sekali lagi mencium bibir kemerahan di hadapannya. Bibir yang sama sekali tidak bisa membuatnya tenang jika bersatu dengan Arman.Ardian menyatukan keningnya. Dia memejamkan kedua matanya. Memikirkan permintaan Zulaika."Jadi kau tidak mau?" bisik Zulaika. "Aku akan pergi," lanjutnya sambil mendorong kuat tubuh Ardian. Tuan Muda menahannya."Aku tadi menunggumu. Kau memberikan pesan itu, dan aku bersemangat sekali, walaupun aku tahu ternyata adalah jebakan.""Banyak sekali yang tidak menyukaiku untuk menikahi Arman. Kau ... adalah umpan mereka, Ardian," balas Zulaika masih menatap wajah tampan di hadapannya. Dia sangat kesal Ardian harus dikorbankan seperti itu oleh Bagus."Wahai kekasihku, apa yang bisa menolak hatiku untuk tidak menerimanya? Aku ingin sekali bersatu denganmu, menghasilka
Arman menatap Melia. Dia perlahan mendekati istri pertamanya itu. Melia adalah anak Bos Besar yang melakukan hutang kepada Arman. Saat itu Ayah Melia tidak bisa memenuhi pembayaran. Arman mengancam akan membuat perusahaan milik Melia hancur. Perdebatan terjadi cukup hebat di kediaman Melia. Hingga Arman mendengar suara biola sangat indah. Dia mencari asal suara itu. Kedua matanya dimanjakan sosok polos gadis cantik bermain biola.Melia membalas tatapan Arman. Seketika Arman meminta gadis itu. Awal mula, Ayah Melia menolak. Namun, Melia menawarkan dirinya sendiri karena cinta pada pandangan pertama terhadap Arman.Melia sangat bahagia menjadi istri siri Arman satu-satunya. Dia sangat berkuasa di dalam kediaman megah Maulana. Hingga dia sadar, Arman tidak mencintainya. Bahkan, membawa sembilan wanita untuk dinikahi siri olehnya, karena mengalami hal yang sama dengannya. Sejak saat itu, Melia bertekad akan melakukan segala cara untuk memenangkan hati Arman. Namun, semua kesempatan itu hi
Arman segera membawa Zulaika ke kamarnya. Dia merebahkan tubuh Zulaika yang masih sangat lemas. Dia tidak hentinya memandang wajah Zulaika yang pucat membiru. Dia tidak percaya mendengar perkataan kedua pengawalnya.Saat itu, setelah Arman mendengar perkataan Melia, dia segera menemui kedua pengawal di kamar mereka. Pengawal itu menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Arman semakin terkejut. Zulaika sangat berani melakukan itu. Menyayat wajah mereka, bahkan mengebiri mereka seketika itu juga. Arman merasa bodoh, tidak menyangka Sera yang sudah diusirnya ternyata masih saja berada di dalam kediaman dan menjadi pelayan Zulaika. Apalagi Ema ikut andil dalam hal ini. Arman merasa dikhianati Zulaika dan marah!Tuan Besar memerintahkan pengawal untuk menangkap Sera. Mereka menyeretnya, dan mengikat tubuhnya sejak malam. Pagi hari, setelah Ema mengantar Zulaika, dia pun tertangkap dan disiksa. Arman ingin membuktikan kepada Zulaika, jika dia tidak terkalahkan, apalagi oleh seorang wanita. N
Pintu terbuka lebar. Arman menatap sosok wanita yang menggunakan pakaian pengantin, menutup wajahnya, berdiri di hadapannya. Tuan Besar terkekeh. Dia membenarkan dasinya, sedikit melonggarkannya."Bukankah seharusnya kau berada di sana?" tanya Redrich menatapnya.Arman menghembuskan napas. Dia dengan gagah kembali menuju altar. Menunggu calon istrinya berjalan di tengah karpet merah yang sudah terbentang dipenuhi kelopak bunga mawar merah. Dengan sangat anggun sang pengantin berjalan. Walaupun wajahnya tidak terlihat, lekukan tubuhnya terlihat sangat sempurna.Ardian yang semula sedikit lega melihat calon pengantin wanita tidak hadir, kini harus menelan rasa pahit. Menyaksikan pernikahan sang bidadari di hadapannya."Kenapa aku harus mencintai dia? Kenapa ini harus terjadi? Andaikan saja aku lelaki biasa, dan bertemu dengannya sejak awal, apakah aku bisa berdiri di altar itu? Zulaika ... kenapa kau baru saja muncul?" batin Ardian akhirnya meninggalkan ruangan pernikahan. Hatinya semak
Arman memeluk Zulaika. Dia tidak menyangka akan sebahagia sekarang. Hatinya sangat tenang. Bahkan, Arman merasakan tidak pernah setenang ini dalam hidupnya. Dia merasakan kasih sayang seorang wanita yang memang dia butuhkan. Apalagi belaian Zulaika membuatnya melayang.Kedua matanya memejam, menikmati sentuhan itu. Di dalam air, mereka masih saja berpelukan."Apa yang aku rasakan? Malam itu, aku melihat seorang wanita yang sangat membahayakan. Pertama kali aku merasakan itu. Kau ... memang kejam Zulaika. Kenapa kau menyihirku seperti ini?""Aku kedinginan. Kita akan kembali. Kau ... akan aku hangatkan di ranjang itu."Arman tersenyum. Dia menarik Zulaika menuju ke permukaan. Menutup tubuh Zulaika dengan jasnya. "Biarkan saja baju pengantin itu. Aku lebih menyukaimu seperti ini," ucapnya masih menelisik tubuh Zulaika di balik jasnya yang kedodoran. Zulaika semakin terlihat menggemaskan.Arman memakai celananya, lalu menggendong Zulaika masuk ke dalam mobilnya. Dia melesatkan mobil itu