Di Kediaman Soraya.Waktu sudah lewat tengah malam saat Chelsea kembali ke kamar usai menidurkan Timothy. Dia menghitung perbedaan waktu dalam benaknya, lalu mengambil ponsel. Chelsea membuka sistem rahasia dan menelepon Daisy.Begitu panggilan tersambung, suara Daisy yang dingin dan sedikit kesal terdengar dari ujung telepon, "Kamu masih ingat aku?""Kak Daisy selalu ada di pikiranku kok. Aku cuma takut Kak Daisy sibuk dan terganggu dengan teleponku," balas Chelsea sambil menyengir."Cih! Kalau bukan karena lagi ada masalah, kamu nggak pernah mencariku," ujar Daisy."Aku nggak begitu," elak Chelsea. Mendengar sindiran dalam kata-kata Daisy, dia menebak seseorang diam-diam telah melapor pada wanita itu. Katanya lagi, "Kak Ardi cerita soal kejadian di perbatasan, ya?"Daisy membalas dengan galak, "Siapa lagi? Kalau Ardi nggak kasih tahu, mungkin informasi yang kudengar berikutnya adalah tentang kematianmu.""Kata-kata Kak Daisy masih tetap sadis," kata Chelsea dengan nada tersendat."Ka
Kendrian menjawab panggilan Chelsea di depan Ferdy. Dia berujar sambil menyunggingkan senyum riang, "Chelsea, ada apa?"Ferdy sontak memandang ponsel Kendrian dengan alis terangkat.Kendrian berjalan keluar dari lift dan sengaja berhenti di depan Ferdy. Dia membalas ucapan Chelsea di ponselnya sambil tersenyum, "Boleh. Kapan aku pernah menolak untuk membantumu? Sama-sama, kita sudah nggak perlu sungkan pada satu sama lain. Ya, setelah masalahnya beres, kamu bisa mentraktir aku makan."Di ujung telepon, Chelsea merasa ada yang aneh dari kata-kata Kendrian. Mengapa nada bicara pria itu terdengar ganjil? Dia sepertinya sangat puas.Chelsea tidak memusingkannya lebih jauh. Setelah menyampaikan permintaannya, dia mematikan panggilan dan meremas ponselnya dalam diam.Kendrian adalah ahli di dalam bidang teknologi informasi. Dia seharusnya bisa membantu Chelsea menyelidiki jejak Malcolm.Usai menyimpan ponselnya, Kendrian bertanya penuh arti, "Pak Ferdy, kamu nggak ke sini untuk menemuiku, 'k
Kala itu, sebelum Christy dikurung di ruang bawah tanah oleh Anissa, dia pernah meminta bantuan pada Darwin. Namun, Darwin yang lebih mementingkan kehormatan keluarga memilih untuk mengantar Christy kembali ke Kediaman Milano. Tidak lama kemudian, Christy meninggal karena kesulitan persalinan.Darwin terus mengatakan bahwa dia sangat menyayangi Christy. Namun, kenyataan membuktikan bahwa putrinya sendiri tidak lebih berharga dari kehormatan dan kepentingan Keluarga Amelia.Sebenarnya Ferdy tidak ingin menceritakan kisah silam kejam ini pada Lindsey. Namun, jika dia tetap bungkam, takutnya Lindsey malah akan menjadi pion Darwin yang berikutnya.Setelah mendengarkan penjelasan Ferdy, Lindsey terdiam lama di sofa. Ferdy menatapnya, lalu berujar dengan nada yang lebih lembut, "Sekarang, di saat usianya sudah lanjut, dia baru menginginkan perhatian anak dan cucunya. Jadi, dia berusaha mendekatkan diri denganmu. Tujuan akhirnya adalah aku."Selama beberapa tahun terakhir, Darwin sering menca
Tanpa menunggu jawaban Lindsey, Chelsea langsung mengangkat telepon dan meminta asistennya untuk mengantar wanita itu pergi.Lindsey yang masih linglung pun dituntun meninggalkan Soraya Jewelry. Dia mematung sejenak di depan pintu. Pikirnya, setidaknya dokumen-dokumen itu sudah diterima. Dia bisa bersabar menunggu kabar dari Chelsea.Lindsey akhirnya kembali ke perusahaan. Sebelum duduk ke kursinya, dua orang rekan kerja menghampirinya."Kamu benaran pergi ke Soraya Jewelry? Terus, kamu ketemu Bu Chelsea? Gimana hasilnya?""Aku ...."Saat Lindsey hendak menjawab, seseorang sudah menyela dari belakang, "Kalau berjalan lancar, mana mungkin dia kembali secepat ini?"Wanita yang bicara dengan nada sinis itu bernama Sulika, karyawan lama di Purnama Sekuritas. Lantaran resumenya yang unggul, Lindsey yang baru bergabung di perusahaan langsung diberikan posisi lebih tinggi dari Sulika. Klien yang dipercayakan padanya juga lebih baik.Sulika tentu saja tidak senang dengan hal ini. Dia sudah mem
"Linda, bagaimanapun Pak Gino adalah klien perusahaan kita. Ada baiknya kalau kamu menyelesaikan kesalahpahamanmu dengan dia," ujar Yanto. Dia mendekat dan meraih lengan Lindsey, lalu melanjutkan dengan suara kecil, "Jaga sikapmu, klien ini nggak akan membuatmu rugi."Lindsey mengernyit, tetapi akhirnya mengikuti Yanto ke meja dengan hati enggan. Dunia keuangan berkaitan erat dengan hubungan antar manusia. Tidak masalah jika Lindsey hanya menyinggung satu orang klien, tetapi masalahnya akan besar jika dia menyinggung atasannya.Untuk sampai ke posisinya sekarang, Yanto tentu memiliki koneksi yang sangat luas. Pasti mudah saja baginya untuk membuat Lindsey kesulitan bertahan di dunia keuangan.Setelah Lindsey duduk, Gino yang senang segera menyuruh pelayan untuk membuka sebotol anggur merah termahal. Sambil mengobrol, mata Gino selalu tertuju pada sosok Lindsey. Lindsey yang tidak nyaman dipandangi seperti itu pun membuat alasan untuk pamit ke kamar mandi. Sulika minum cukup banyak. Saa
Sementara itu, di rumah Chelsea. Hari ini adalah akhir pekan. Atas saran Melvin, mereka akan mengadakan barbeku di halaman.Chelsea sedang berdiri di balkon lantai dua. Dia memperhatikan Melvin dan Ardi yang sedang sibuk bekerja sembari melakukan panggilan video dengan Olivia."Hari ini kamu sudah lihat trending topic belum? Foto kover majalah Diana sudah keluar. Majalah itu disponsori oleh Quentin Jewelry. Apa Andre mengkhianatimu?" Olivia melanjutkan dengan kesal, "Diana juga nggak ada trik baru. Saat itu dia jadi ambasador Amelia Jewelry, sekarang Quentin Jewelry. Bukankah dia jelas-jelas ingin melawan Soraya Jewelry?""Apa dia benar-benar kira sudah hebat karena punya serial web terkenal? Dia terus mempromosikannya ke mana-mana. Aku sudah sering melihat beritanya jadi trending topic. Terkadang aku lihat Mandy menderita. Begitu membandingkannya dengan Diana, aku sangat ingin beri tahu semua orang bahwa Diana itu wanita jahat!" sambung Olivia.Setelah Olivia selesai berbicara, Chelse
"Halo, kamu Timothy, 'kan?" sapa Lindsey. Ketika berada di luar negeri, dia sering pergi ke panti asuhan. Jadi, dia mengira dirinya mudah dekat dengan anak-anak. Kala ini, dia berjongkok di depan Timothy seraya tersenyum dan berujar, "Aku dengar kamu sangat pintar."Timothy tidak menanggapi ucapan Lindsey. Dia masih berwaspada.Lindsey sama sekali tidak tersinggung. Lagi pula, bocah ini adalah anaknya Ferdy. Wajar jika sikapnya sedikit dingin. Dia mengulurkan tangannya ke arah Timothy sembari memperkenalkan diri, "Namaku Lindsey. Kamu bisa panggil aku Kak Linda."Timothy hanya melirik tangan Lindsey. Dia tidak berniat untuk mengeluarkan tangannya dari kantong.Lindsey tersenyum canggung, lalu menengadah menatap Chelsea dan berkata, "Kak, anakmu sangat dingin, ya."Chelsea berdeham, lalu berucap, "Timothy, cepat sapa." Bagaimanapun juga, dia tidak akan membiarkan anaknya bersikap tidak sopan.Begitu mendengarkan perintah ibunya, Timothy pun menyapa dengan enggan, "Halo, Kak Linda.""Hal
Ketika mendengar suara gerbang ditutup, Chelsea menoleh dengan ragu-ragu.Timothy menghampiri Chelsea, lalu bertanya dengan penasaran, "Mama, siapa dia? Aku lihat sepertinya Mama sangat nggak suka padannya."Chelsea tersenyum, lalu menjelaskan, "Kakak itu adalah pramuniaga. Dia sering menawarkan proyek investasi. Mama sudah jengkel karena terus diganggu olehnya.""Dia sampai datang ke rumah!" Melvin berujar dengan marah, "Kak Chelsea, tenang saja. Kalau nanti aku melihatnya lagi, aku nggak akan membiarkannya masuk!""Oke," sahut Chelsea. Setelah itu, dia membantu Melvin menyalakan arang. Pesta barbeku akhir pekan ini tidak boleh rusak hanya karena tamu tidak diundang.....Begitu meninggalkan rumah Chelsea, Lindsey langsung mengirim pesan kepada Ferdy untuk mengajaknya makan malam.Malam harinya, Lindsey memesan sebuah restoran masakan barat. Ferdy masuk ke restoran, lalu duduk dan langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan pekerjaanmu?"Lindsey membalas dengan sedikit tertekan, "Apa a
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me