Pesta pertunangan resmi dimulai. Diana berhadapan dengan Ferdy di atas panggung, menatapnya penuh cinta dan perasaan bahagia. Hari ini sudah ditunggu-tunggunya sejak lama. Dahulu, sedekat apa pun Diana dengan Ferdy, dia selalu merasa pria itu di luar jangkauannya. Kini, dia merasa pria ini begitu dekat dengannya. Ferdy begitu nyata dan dekat hingga dia bisa menyentuhnya dengan ujung jarinya.Tanpa disadari, mata Diana mulai berkaca-kaca. Saat pembawa acara menyampaikan segmen acara berikutnya, Diana buru-buru menenangkan emosinya. Dia melempar senyum, lalu membungkuk untuk menerima kotak perhiasan yang diantar Maura.Setelah dilatih sebelum acara, Maura dan seorang anak lelaki maju untuk memberikan perhiasan pertunangan ke atas panggung. Diana hanya perlu menerima kotak perhiasan itu, lalu Ferdy akan memakaikan perhiasan itu padanya. Setelah itu, proses pertunangan pun selesai.Diana bersiap menerima kotak perhiasan dan memuji Maura. Alhasil, Maura mendadak melempar kotak perhiasan itu
Akhirnya, Maura menangis hingga tertidur lemah di sofa.Saat Diana menyelimutinya dengan mantel, Maura bergumam kecil dalam tidurnya, "Nggak mau ... Maura nggak mau punya mama tiri ...."Diana mengernyit dengan perasaan mengganjal di hatinya. Bisa dibilang, Maura dibesarkan sendiri olehnya. Namun, pada akhirnya gadis itu masih tidak bisa menerimanya. Bagaimanapun, Maura bukan darah dagingnya, jadi tetap saja ada jarak di antara mereka.Irfan mendadak masuk dan melaporkan situasi di luar pada Ferdy, "Aku sudah memperingatkan semua orang untuk tutup mulut soal kejadian hari ini.""Ya. Cari tahu juga siapa yang baru-baru ini berinteraksi dengan Maura," perintah Ferdy dengan suara rendah.Irfan menyahut dengan nada kaget, "Pak Ferdy, apa kamu curiga ada yang menyuruh Maura merusak pesta pertunangan?"Maura masih anak-anak, jadi lingkup pergaulannya sangat terbatas. Jika bukan di Harbourside Villa, Maura hampir selalu di TK. Selain itu, Ferdy juga menjaga Maura dengan sangat baik. Selain or
Di Harbourside Villa.Saat Maura bangun, matanya yang masih mengantuk melihat sosok Ferdy di sebelah tempat tidurnya. "Papa ...," panggilnya."Ya," sahut Ferdy sambil duduk di tempat tidur dan menyibak selimut Maura. Gadis kecil yang baru saja bangun itu memiliki aroma anak-anak yang wangi."Lapar, nggak?" tanya Ferdy sambil menatap Maura dengan sayang.Maura menjawab sambil mengangguk, "Lapar.""Mau makan apa? Papa minta Bi Kasih masakkan buatmu," balas Ferdy."Aku mau ...." Sebelum kata-katanya selesai, Maura tiba-tiba teringat perkataan Timothy. Dia lantas menelan ludah dan menggelengkan kepala mungilnya.Ferdy yang mendengar jelas suara Maura menelan ludah sontak tertawa. Katanya, "Kenapa kamu mau tahan lapar?"Maura memandang Ferdy dan berujar dengan nada serius, "Papa, Maura nggak mau mama tiri.""Oke, Maura nggak akan punya mama tiri," balas Ferdy.Ferdy menyanggupi dengan cepat, tetapi Maura tetap bertanya dengan ragu, "Benaran?"Ferdy mengelus kepala Maura dan berujar pelan, "
Melihat Timothy hanya diam, Kendrian tiba-tiba sakit kepala. Dia lantas berjongkok dan menatap Timothy lekat-lekat sambil berkata, "Jangan-jangan, kamu yang kasih Maura ide untuk membuat onar di pesta pertunangan kemarin?"Timothy masih tidak bersuara. Kendrian berusaha mencerna informasi yang ada. Setelah sedikit lebih tenang, dia kembali bertanya, "Apa kamu tahu dia siapa?"Timothy menjawab dengan dingin, "Tahu."Kendrian berusaha menahan rasa kagetnya dan bertanya lagi, "Sebenarnya apa saja yang kamu tahu?"Timothy menatap mata Kendrian dan menjawab dengan tenang, "Coba tebak."Untuk sesaat, Kendrian merasa seolah-olah yang berada di depannya bukanlah anak berusia lima tahun, melainkan seekor rubah licik! Astaga, apa anak-anak zaman sekarang memang secerdas ini? Kendrian meletakkan tangannya di bahu Timothy, "Kita kesampingkan dulu masalah ini. Timothy, apa mamamu tahu kalau kamu dan Maura sekolah di TK yang sama?""Tahu," sahut Timothy. Dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Ma
Di Kediaman Soraya.Chelsea baru mendengar semuanya dari Kendrian. Dia memandang Timothy dengan tidak percaya dan berujar, "Bukannya kamu bilang kamu nggak kenal Maura?"Timothy masih tetap diam. Hanya saat menghadapi Chelsea, anak itu bisa merasa bersalah. Dia juga tidak berani menatap sang ibu."Timothy, kenapa kamu bisa bohong sama Mama?" Mama sangat memercayaimu, tapi kamu mengecewakan Mama. Mama sedih banget, tahu kamu?" ujar Chelsea dengan suara bergetar.Timothy menundukkan kepalanya dan berkata pelan, "Aku nggak bermaksud bohong.""Kamu ...." Kepala Chelsea terasa kacau balau. Meskipun dia ingin memarahi Timothy, kata-katanya seperti tertahan di tenggorokannya.Mendadak, bel pintu berbunyi. Kendrian berinisiatif ke ruang depan untuk membuka pintu. Begitu kunci dibuka, pintu langsung didorong dengan kasar, membuat Kendrian terdesak mundur. Saat dia melihat Ferdy hendak menyerbu masuk, dia tanpa sadar menahan bahunya.Namun, Ferdy bereaksi lebih cepat. Dia langsung berbalik dan m
Chelsea menuntun Kendrian duduk di sofa, lalu membetulkan tulangnya yang terkilir. Diiringi dengan teriakan nyaring, persendian Kendrian pun kembali ke posisi semula.Kendrian kesakitan hingga berkeringat dingin, tetapi dia masih memaksakan sebuah senyuman sambil berkata, "Ini bukan masalah besar, aku nggak sesakit itu."Tahu bahwa Kendrian bermaksud melindungi Timothy, Chelsea menjadi lebih marah. Dia berseru dengan nada berat, "Timothy, ke sini kamu!"Begitu muncul di hadapan mereka, Timothy buru-buru berkata, "Maaf, Om Kendrian."Kendrian mencoba menghiburnya, "Nggak apa-apa. Om nggak ....""Berhentilah melindunginya," sela Chelsea. Kemudian, dia menatap Timothy dengan ekspresi datar dan berujar, "Mama nggak tahu apa yang kamu rencanakan, tapi Mama peringatkan, kamu nggak boleh dekat-dekat dengan pria itu. Kamu lihat sendiri tadi, dia bukan orang baik. Kalau kamu jatuh ke tangannya, Mama nggak tahu gimana dia bakal menyiksamu. Mama pun nggak bisa melindungimu."Timothy menunduk tanp
Tak lama, Kendrian pun mendengar soal berita itu. Dia tidak kuasa menahan tawa. Hanya Ferdy seorang yang mampu berbuat begini. Jangankan Tanjaya Tech, bahkan Milano Group pun tidak akan lepas dari kerugian dengan keputusan Ferdy itu. Jika rumor tentang penghentian kerja sama tersebar, saham Milano Group sudah pasti akan anjlok.Soal bisnis, Ferdy biasanya selalu berkepala dingin. Namun, begitu Chelsea terlibat, dia pun seperti kehilangan logikanya. Kendrian menghela napas. Setelah bertahun-tahun berlalu, Chelsea ternyata masih memiliki tempat penting di hati Ferdy.....Di Joy Club malam itu."Apa?" seru seseorang dari dalam ruang privat.Harris masuk dengan membawa botol anggur, lalu menyindir Evan dengan sinis, "Sudah berapa umurmu? Apa kamu nggak bisa jaga wibawa sedikit?"Evan membalas, "Ferdy bilang dia mau mengakhiri kerja sama dengan Tanjaya Tech!""Apa?" seru Harris. Kali ini, seruan terkejutnya bahkan lebih keras dari suara Evan.Evan mendengus. Siapa yang baru menyindirnya ti
Kemudian, Chelsea hanya terdiam setelah mengetahui seluruh permasalahannya dari Olivia. Sementara itu, Olivia yang cemas berujar, "Kenapa kamu diam saja? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kakakku menyinggung Ferdy karena kamu makanya masalahnya bisa menjadi seperti ini?"Chelsea yang merasa tidak berdaya menimpali, "Sepertinya, masalah ini lebih parah dari yang kamu bayangkan. Ferdy mengira Timothy itu anakku dengan kakakmu."Olivia kaget setengah mati setelah mendengar penjelasan Chelsea. Olivia meraih pegangan sofa, lalu bertanya kepada Chelsea, "Ada apa ini?"Sesudah mendengar seluk-beluk permasalahannya, Olivia menarik napas dalam-dalam. Dia benar-benar syok. Olivia berusaha menenangkan dirinya dan berucap, "Ternyata Ferdy salah paham dan masalahnya menjadi rumit sekali. Pantas saja Ferdy begitu marah ....""Aku juga nggak menyangka masalahnya bisa menjadi seperti ini," kata Chelsea. Dia tidak menduga Ferdy bisa terbawa emosi.Olivia merenung, lalu berkomentar, "Tapi ... dilihat dar
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me