Acara pemakaman Johanna dilangsungkan selama tiga hari. Altar duka ramai dengan orang yang datang dan pergi. Namun, hanya segelintir yang tampak berduka, kebanyakan dari mereka hanya datang demi formalitas. Berita kematian Johanna ternyata tidak menimbulkan kegemparan besar.Pada hari pemakaman, tidak ada pelayat selain anggota Keluarga Mulyana di sana. Saat melihat tanah dijatuhkan ke peti, Shania terduduk lemas sambil menangis sesenggukan. Radi seolah-olah kehilangan jiwanya. Wajahnya pucat pasi dan matanya menatap kosong ke gundukan tanah yang perlahan menutupi peti.Di tengah keheningan, sayup-sayup terdengar suara tangisan Shania yang ditiup angin. Tiba-tiba, Sonia menerima telepon dari Diana. Dia pun sengaja menjauh."Sonia, maaf, ya. Aku baru dengar soal Tante sekarang," ujar Diana di ujung telepon.Sejak bertengkar dengan Morgan, Diana dikunci di kamar dan ponselnya pun disita. Morgan bersikap sekeras itu demi membuat putrinya menurut. Namun, ayah dan putrinya ini sama-sama ker
Saat Peter pulang dari luar negeri, upacara pemakaman Johanna sudah berakhir. Peter tidak langsung mencari Shania, melainkan pulang ke kediaman Keluarga Amelia. Begitu masuk ke ruang kerja, Darwin langsung berucap dengan antusias sebelum Peter sempat angkat bicara, "Sekarang Johanna sudah mati, jadi nggak ada yang bisa mengancammu dengan kesalahan Emma lagi. Kamu nggak usah menikahi Shania."Darwin melanjutkan dengan ekspresi gembira, "Anggap saja pernikahan ini nggak pernah ada. Nanti aku akan mencarikan seorang ...."Peter menyela seraya mengernyit, "Aku akan tetap menikahi Shania."Darwin tertegun sejenak, lalu marah-marah, "Apa maksudmu? Masa Tuan Muda Keluarga Amelia menikahi seorang wanita yang tidak berguna? Kamu gila, ya?"Peter tertawa dan menimpali, "Apa aku sendiri bukan orang yang nggak berguna? Sejak kecil, aku selalu dikendalikan oleh Kakek. Apanya Tuan Muda Keluarga Amelia? Jelas-jelas aku hanya bonekamu."Darwin berujar, "Kamu ...." Dia memegang tongkat dengan erat. Dar
Pada hari Senin, Tanjaya Tech menyerahkan hasil yang sempurna kepada Soraya Jewelry. Dilihat dari situs resmi sampai program, halaman web sangat bagus dan loading web juga lancar. Selain itu, mereka juga menambahkan modul virtual fitting yang sangat nyata.Program yang diciptakan Tanjaya Tech benar-benar menakjubkan. Platform penjualan online untuk produk Soraya Jewelry ini lebih canggih dari merek perhiasan dalam negeri lainnya.Chelsea sangat puas setelah melihat hasilnya. Dia tersenyum sambil memandang Kendrian dan berkomentar, "Tanjaya Tech memang hebat, hasilnya cukup memuaskan."Dylan menjelaskan, "Tentu saja, Pak Kendrian yang turun tangan untuk mengurus proyek ini. Di dalam industri teknologi dalam negeri, kemampuan Pak Kendrian sudah diakui sebagai yang paling hebat. Hanya Bu Chelsea yang bisa ...."Sebelum Dylan menyelesaikan ucapannya, Kendrian menendang Dylan. Kendrian menimpali, "Yang penting Bu Chelsea puas."Dylan yang merasa tidak rela menambahkan, "Sebenarnya, proyek i
Di sisi lain, Irfan masuk ke ruangan kantor untuk mengantar kopi. Melihat makanan yang hanya dimakan sedikit, Irfan mengernyit. Sejak Chelsea pergi, suasana hati Ferdy sangat buruk dan nafsu makannya berkurang. Setelah mendampingi Ferdy selama bertahun-tahun, ini adalah pertama kalinya Irfan melihat Ferdy dipengaruhi oleh seseorang untuk waktu yang lama.Namun, Irfan tidak berani bertindak gegabah. Dia mempunyai firasat bahwa masalah di antara Ferdy dan Chelsea tidak sederhana. Setelah mempertimbangkannya, Irfan hanya mendesah."Bagaimana kondisi Keluarga Mulyana?" tanya Ferdy.Irfan segera meletakkan kopi di atas meja dan melapor, "Kematian Johanna membuat Radi sangat terpukul. Sampai sekarang, Radi masih di rumah dan semua kerjaan di Celestial Jewelry diurus oleh wakil direktur untuk sementara waktu. Dilihat dari kondisi sekarang, seharusnya Radi nggak akan mencelakai Bu Chelsea lagi."Kemudian, Irfan mengeluh, "Radi itu aneh sekali, masa dia mencurigai Bu Chelsea? Apa dia nggak berp
Chelsea yang merupakan seorang dokter tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya. Chelsea memikirkan Anissa yang sudah tua, jadi sebaiknya dia lebih berhati-hati. Kemudian, Chelsea naik ke mobil Ferdy.Hanya saja, Chelsea tidak duduk di kursi belakang. Dia mengabaikan tempat duduk yang disediakan Ferdy untuknya, lalu duduk di kursi penumpang depan. Tindakan Chelsea ini membuat Irfan berkeringat dingin.Irfan mengisyaratkan kepada Chelsea untuk duduk di belakang, tetapi Chelsea tidak menghiraukannya. Chelsea memakai sabuk pengaman, lalu bersandar di kursi dan memejamkan matanya.Irfan merasa frustrasi, dia melihat Ferdy menatapnya dengan dingin saat dirinya naik ke kursi pengemudi. Bagaimanapun, Irfan tidak mungkin membiarkan bosnya yang mengendarai mobil dan dia sendiri duduk di belakang. Irfan bahkan sempat berpikir untuk turun dan mendorong mobilnya. Seharusnya, Irfan tidak duduk di dalam mobil.Sesampainya di kediaman tua Keluarga Milano, Chelsea turun dari mobil terlebih dahulu dan F
Ferdy melirik Chelsea sekilas, lalu menanggapi perkataan Anissa, "Um, kebetulan ada yang ingin kutanyakan kepada mereka."Anissa menimpali dengan kesal, "Jadi, kenapa kamu mengurung ayahmu dan keluarganya? Kalau bukan karena aku nggak bisa menghubungi mereka, aku nggak tahu ternyata kamu sudah membawa mereka pulang sejak awal. Sampai sekarang, ayahmu sekeluarga bahkan belum pulang ke kediaman tua. Kamu mengurung mereka di mana?"Anissa menasihati, "Ferdy, mereka itu keluargamu. Tindakanmu memang keterlaluan. Dengarkan ucapanku, cepat lepaskan mereka.""Sekarang aku belum bisa melepaskan mereka," ujar Ferdy dengan tegas.Anissa langsung marah dan menegur, "Kamu ... sekarang kamu bahkan nggak menghormatiku lagi?"Ferdy berucap dengan dingin, "Aku hanya berharap Nenek jangan mencampuri urusan keluarga kami. Asalkan mereka memberiku jawaban yang kuinginkan, aku pasti akan melepaskan mereka."Anissa membentak, "Apa yang ingin kamu lakukan? Apa keluarga kita nggak bisa menjalani kehidupan de
Di sepanjang perjalanan, Chelsea dan Ferdy sama sekali tidak berbicara, seolah-olah sudah bisa menebak pemikiran satu sama lain. Mobil Maybach Ferdy sudah meninggalkan kawasan kota dan melaju ke kompleks vila yang terpencil. Ferdy menghentikan mobilnya.Chelsea langsung mendengar suara yang familier dari halaman begitu membuka pintu mobil. Chelsea merasa gugup. Ferdy menghampiri Chelsea dan berujar, "Ikut aku."Chelsea melihat Ferdy membuka pintu dengan sidik jarinya. Kemudian, Theo berlari keluar dan menabrak dada Ferdy. Theo bertanya dengan mata yang berbinar-binar, "Kak, apa kamu datang untuk membawaku menemui Papa dan Mama? Mereka ...."Saat berbicara, Theo melihat Chelsea dan dia langsung terdiam. Namun, dia segera sadar dan tersenyum polos kepada Ferdy seraya memohon, "Aku mau bertemu Mama, kamu bawa aku untuk menemuinya, ya? Belakangan ini aku sangat patuh."Ferdy berujar dengan ekspresi dingin, "Aku bukan kakakmu."Theo menyela, "Mana mungkin kamu bukan kakakku? Aku ...." Sebel
Chelsea memuntahkan cairan empedu dan dia masih merasa pusing. Sesuai dugaan, begitu Chelsea selesai muntah, dia mendengar suara Ferdy yang bertanya, "Kenapa kamu muntah?"Chelsea berusaha menenangkan dirinya, lalu memandang Ferdy dan menyahut dengan gusar, "Apa urusannya denganmu?"Ferdy mengernyit, dia tidak berbicara. Chelsea mencibir dan berkomentar, "Kenapa? Apa kamu berharap bayinya masih ada? Sekarang sudah terlambat kalau kamu menyesal."Ferdy menimpali, "Aku nggak pernah menyesali semua perbuatanku."Entah kenapa, ucapan Ferdy ini membuat Chelsea merasa makin tidak nyaman. Chelsea berucap dengan nada ambigu, "Baguslah kalau kamu nggak menyesal."Kemudian, Chelsea menatap Theo sembari menegur, "Kamu itu seorang pria, apa kamu nggak malu menangis begitu keras?"Sebenarnya, Theo sudah berhenti menangis ketika Chelsea muntah. Setelah mendengar ucapan Chelsea, Theo langsung menyeka air matanya dan memandang Chelsea dengan tegar. Tatapan Theo yang polos membuat Chelsea merasa anak i
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me