Tiga hari kemudian, acara sambutan diadakan di kediaman Alex. Para bos dan personel elite bidang teknologi dari seluruh penjuru dunia berkumpul di sana. Alex dan istrinya sudah lanjut usia, serta tidak menyukai keramaian. Oleh karena itu, fokus acara tersebut adalah jamuan bir dan kue. Ada juga musik biola pelan yang memudahkan orang-orang untuk berbincang.Saat Ferdy dan Irfan tiba, acara sudah mulai. Ferdy tidak ingin berlama-lama di sana, jadi mereka langsung menuju Alex. Saat itu, Sandy sudah berada di dalam ruangan. Melihat Ferdy masuk, dia beranjak dari kursinya, lalu menyapa sambil tersenyum, "Ferdy, kami baru saja membicarakanmu, lalu kamu datang."Ferdy mengernyit dan berkomentar, "Cepat sekali Kakak datang." "Dengar-dengar, Bu Yuli sedang nggak enak badan akhir-akhir ini. Jadi, aku datang lebih awal untuk tengok Bu Yuli, sekaligus bawakan bahan obat-obatan, siapa tahu berguna," jawab Sandy sambil tersenyum. Kemudian, dia mempersilakan Ferdy untuk duduk. Dia sepertinya sangat
Kendrian! Kakaknya Olivia! Astaga! Mengapa Kendrian juga ada di sini? Chelsea sungguh tidak percaya dirinya bisa menemui dua kliennya di hari yang sama, yaitu nyonya rumah dan Kendrian!Tahun lalu, Kendrian didiagnosis menderita tumor otak dan mengalami koma setelah operasi. Dirinya yang menyelamatkan Kendrian. Setelah itu, Chelsea hanya mendengar dari Olivia bahwa pemulihan Kendrian berjalan dengan baik. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Kendrian saat ini!Setelah bertahun-tahun bergabung dengan Zenith, baru kali ini Chelsea merasa identitasnya akan segera terungkap. Dia memaksakan diri untuk tersenyum natural, lalu bertanya, "Halo, siapa kamu?"Bekas luka di wajah Chelsea yang cantik tampak sangat kontras, ditambah senyumannya yang tidak natural. Pria pada umumnya pasti akan langsung pergi. Namun, Kendrian adalah pria sopan. Senyumannya sedikit memudar saat menjawab, "Aku tamu undangan acara malam ini."Kendrian bahkan tidak bersedia memberitahukan namanya, jelas sangat jijik p
Irfan menjawab dengan tidak acuh, "Mandy adalah artis dari perusahaan entertainment Keluarga Kuslina. Terkadang, dia akan menghadiri acara bersama Pak Sandy."Melihat Chelsea kaget, Irfan tertawa dan menjelaskan, "Nggak perlu kaget. Butuh perjuangan keras bagi artis-artis menghadiri acara seperti ini. Bagi mereka, ini adalah kesempatan terbaik untuk berinteraksi dengan orang-orang kelas atas dan mendapat bayaran sampingan. Kenapa nggak?"Irfan menoleh pada Mandy, lalu meneruskan, "Terutama wanita cantik tanpa latar belakang yang kuat seperti Mandy. Kalau nggak cari pria kaya, pasti sudah tereliminasi dari dunia hiburan."Semua orang tahu tentang hubungan Mandy dan Sandy. Selama bertahun-tahun ini, Sandy menjaga hubungan mereka dengan sangat baik, hampir tidak ada berita gosip yang tersebar. Dia jelas hanya menyukai kecantikan Mandy dan tidak ingin menikahinya. Semua orang tahu hal itu. Bagaimana mungkin Mandy tidak tahu? Pada dasarnya, mereka memiliki kebutuhan masing-masing.Irfan men
Tidak lama kemudian, pelayan mendorong Yuli yang duduk di kursi roda ke gazebo. Alex bergegas beranjak dari kursinya untuk mengambil alih pegangan kursi roda, lalu merapikan selimut di paha Yuli dan menegurnya, "Kenapa kamu keluar? Kamu seharusnya istirahat di kamar.""Lagi ada tamu, mana bisa aku terus berbaring di ranjang?" ujar Yuli dengan letih. Badannya masih sangat lemah karena baru sembuh, tetapi raut wajahnya merah merona. Kondisinya cukup baik. Chelsea merasa heran, tetapi tidak berani bertanya karena takut akan ketahuan.Alex mendorong Yuli ke samping kursinya dan menuangkan segelas air. Setelah meniupnya supaya tidak terlalu panas, dia menyodorkannya kepada Yuli dengan hati-hati. Di depan para anak muda, Yuli merasa malu. Jadi, dia memelototi Alex dan berkata, "Kamu ngobrol saja dengan mereka, nggak perlu pedulikan aku. Nggak baik kalau begini di depan para anak muda.""Bu Yuli, jangan khawatir. Lihat kalian mesra begini, kami semua malah iri," kata Mandy sembari tersenyum.
Malam hari, Alex mengadakan pesta makan. Semua orang makan dan mengobrol dengan gembira. Ketika berbicara, raut wajah Alex tampak berseri-seri. Jiwa mudanya seolah-olah muncul lagi. Dia sangat suka berurusan dengan anak muda, terutama dengan para pemuda yang ada di depannya ini. Mereka adalah orang-orang berbakat di industri teknologi.Tanpa disadari, Alex sudah minum beberapa gelas anggur putih. Dia terlihat sangat bahagia. Demi menunjukkan rasa hormat, orang-orang di sekitar pun minum lebih banyak daripada Alex.Sandy menyodorkan segelas anggur putih kepada Mandy, lalu menatap Alex sambil tersenyum dan berucap, "Mandy sangat jago minum. Profesor Alex, mari bersulang dengannya."Mendengar Sandy berkata seperti itu, Alex pun memandang Mandy dengan penuh harap. Mandy merasa keberatan dan berkata, "Aku ...."Sandy meliriknya sekilas sembari menimpali, "Ini kesempatan langka bisa minum dengan orang sehebat Profesor Alex. Masa kamu nggak menghargainya?""Bagaimana kalau aku ...," Menggant
Chelsea sedang mengkhawatirkan bagaimana cara menghadapi Ferdy. Embusan napas pria ini terasa di atas kepalanya. Chelsea merasa geli dan tidak bisa menahan tawanya. Dia memeluk Ferdy sembari menariknya ke atas ranjang. Setelah membaringkannya, Chelsea pun keluar dari kamar.Chelsea meraih tangan seorang pelayan seraya bertanya, "Apa yang terjadi?""Bu Yuli! Dia tiba-tiba muntah darah! Tuan Alex juga pingsan!" pekik pelayan itu.Mendengar ini, sorot mata Chelsea seketika menjadi muram. Dia bergegas menuju ke kamar Yuli. Di dalam kamar, hanya ada Kendrian yang sedang menjaga Alex. Kendrian agak terkejut saat melihat Chelsea masuk. "Kamu ...."Chelsea tampak begitu tenang saat ada yang sedang meregang nyawa. Ekspresinya berbeda dengan saat siang hari. Kendrian tetap diam. Aura wanita yang ada di hadapannya ini begitu kuat. Lirikan matanya pun bisa membuat orang bergidik negeri. Di samping ranjang penuh dengan lumuran darah, sementara wajah Yuli terlihat pucat pasi.Chelsea segera menggeng
Kendrian berujar, "Begitu aku bangun, aku langsung tanya Olivia. Dia cuma bilang padaku kalau Bu Yola dari Zenith yang menyelamatkanku. Kamu adalah temannya Olivia. Kamu harusnya tahu gadis itu nggak bisa menyembunyikan apa pun. Setiap ada hal yang mencurigakan pasti akan terlihat dari wajahnya.""Jadi, aku menebak kalau dia mengenal Bu Yola, bahkan berteman baik. Sekarang, sepertinya Bu Chelsea memang orangnya." Kendrian sedari tadi memberikan penjelasannya, sedangkan Chelsea menyimak dengan serius. Kemudian, dia bertanya, "Jadi, aku harus memanggilmu Bu Yola atau Bu Chelsea?"Begitu pertanyaan ini dilontarkan, tiba-tiba terlihat kilatan dingin mendarat di leher pria ini. Sebuah benda tajam menempel di pembuluh aortanya. Itu adalah sebuah belati kecil, tidak tahu dari mana Chelsea mendapatkannya. Kendrian sontak gemetaran. Jika Chelsea tidak menahannya, mungkin sekarang darahnya sudah mengalir.Chelsea menatap Kendrian dengan beringas seraya mengancam, "Jangan kira aku nggak berani me
Di lobi rumah sakit, Sandy merasa sangat hancur dan sekujur tubuhnya menegang. Dia ingin merokok, tetapi begitu teringat bahwa rumah sakit melarang orang merokok, dia pun menahan keinginannya. Alhasil, suasana hatinya makin kacau. Ferdy bersandar di dinding sambil memandang Sandy dari belakang. Kali ini, serangan Sandy berbalik ke dirinya sendiri. Dengan kata lain, persaingan mereka pun berakhir lebih awal. Namun, Ferdy merasa menang sebelum bersaing sangatlah membosankan.Tidak lama kemudian, Chelsea keluar dari lift dan berjalan ke sebelah Ferdy. Dia berkata, "Ayo, kita pulang.""Profesor Alex bilang apa padamu?" tanya Sandy dengan tergesa-gesa.Chelsea tahu apa yang sebenarnya ingin ditanyakan pria ini. Dia tersenyum sambil menjawab dengan tenang, "Aku menolak tawaran Profesor Alex karena kedua masalah ini nggak ada hubungannya. Perusahaan yang ingin diajak kerja sama olehnya adalah pilihannya sendiri. Sebagai orang awam, aku nggak berhak untuk ikut campur."Sandy menghela napas se
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me