Sudah tiga hari Kenneth menggerakkan seluruh orang kepercayaannya untuk menemukan Claire, tetapi tidak membuahkan hasil. Salah satu dari mereka hanya kembali dengan membawa tas milik Claire yang sebelumnya telah Oscar buang di jalanan.Nicholas pun tidak pernah berhenti menangis dan enggan berangkat ke sekolah. Dia merasa sangat menyesal mengaku bersalah dan menjadi penyebab kepergian Claire. Jika saja hari itu Nicholas bersikap baik padanya, mungkin mereka akan tetap bersama hingga kini.Wilson, Elena bahkan Jennifer sama sekali tidak membantu. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Hal itu membuat Kenneth merasa dongkol dan berpikir untuk membatalkan rapat pentingnya hari ini dengan seorang klien dari perusahaan besar di New York.Untuk apa Kenneth mendapatkan keuntungan jika Claire saja belum dia temukan? Rasa gundah menggerayangi jiwa lelaki itu, pikirannya resah dan bimbang. Dengan gerakan cepat, menggandeng tangan Nicholas yang selalu ingin ikut mencari ibu sambungnya.Lucu s
"Benar, kau sudah menghilang selama tiga hari, tetapi siapa yang membawamu ke sini? Lalu kau sakit apa sampai harus menginap di rumah sakit?""Itu tidak penting sekarang. Aku hanya penasaran, siapa lelaki yang menemui ibu ketika aku sudah masuk ke kelas? Hari itu aku ingin menghampirimu, tetapi sudah melihatnya menjabat tanganmu." Nicholas mengerutkan keningnya karena penasaran. Lelaki misterius itu juga sebenarnya sudah disampaikan pada Kenneth.Wanita itu tersentak. "Ibu juga tidak mengenalnya. Sekarang mungkin sebaiknya kita pulang karena aku sama sekali tidak suka aroma rumah sakit."Kenneth mengangguk, lalu pamit menuju ruang administrasi sementara Nicholas menuntun ibunya turun dari brankar. Ruang perawatan itu mereka tinggalkan dengan senyum bahagia.Tidak ada pembicaraan serius di antara mereka karena Nicholas terus mengutarakan kerinduannya. Anak lelaki itu tidak ingin melepas genggaman tangannya agar wanita itu tidak lagi menghilang. Bahkan ketika mereka memasuki mansion meg
"Kau milikku dan selamanya akan menjadi milikku!" Kalimat Oscar terngiang-ngiang dalam pikiran Claire membuat wanita itu mendesah putus asa.Dia merasa hidupnya semakin berat mendapati Oscar dengan obsesinya yang teramat besar. Bayangan Nicholas semakin mengusik perhatian, Claire memejamkan mata karena rasa rindu yang tidak berujung temu. Bagaimana jika kepergiannya menuai kontroversi?Ketakutan terbesar dalam diri Claire adalah kecurigaan Kenneth ketika mengecek CCTV sekolah. Lelaki itu bisa saja menduga Claire rajin mengantar putranya karena ingin menemui seseorang. Bagaimana jika itu terjadi?Ayolah, Claire, kau harus memikirkan jalan keluar. Diam di sini tidak akan menemukan solusi, kau harus mencoba lebih berani lagi menyampaikan pada Oscar. Ya, harus seperti itu! bisiknya pada diri sendiri.Tidak lama setelah itu, pintu kamar Claire terbuka dan muncullah Oscar dengan mata sayu. Aroma alkohol seketika menguar dalam kamar menusuk indra penciuman Claire. Lelaki itu mabuk berat, ent
Claire berusaha mencari jalan keluar sejak tiga jam yang lalu, tetapi rasanya percuma. Dia mendesah dalam keputus-asaan, bagaimana mungkin Kenneth belum menemukannya padahal dia tidak keluar dari Phoenix?Mungkinkah Kenneth enggan untuk mencari setelah tiga hari atau ada seseorang yang mengatakan Claire telah meninggal? Bagaimana jika ternyata Chloe dalang dari semua ini karena tidak mungkin Oscar bisa menemukannya dengan mudah juga tahu di mana Nicholas bersekolah.Segala pikiran buruk kembali merajai pikiran. Claire merasa terlupakan bahkan untuk sejenak dia mengira Kenneth telah mengundang Oscar datang ke Phoenix demi menguji kesetiaan Claire. Kesetiaan? ayolah Claire, itu tidak mungkin.Kenneth sangat mencintaimu, mustahil dia mengizinkan Oscar atau lelaki mana pun untuk menyentuhmu. Apa kau sudah gila?! Pikirkan sekali lagi atau memohon pada Oscar, batin Claire menundukkan kepala."Apa yang kau pikirkan? Sejak tadi aku melihatmu merasa gelisah. Kau sungguh ingin pergi dari sini,
Sudah hari ke lima, tetapi Kenneth belum juga menemukan Claire membuat wanita itu merasa telah terbuang. Semua pasti gara-gara kehadiran wanita licik itu yang menyamar sebagai dirinya. Jika saja memiliki ruang untuk kabur, Claire pasti melakukan apa saja demi bisa pulang ke mansion.Sepanjang siang dan malam waktunya hanya dihabiskan dalam kamar. Oscar bahkan tidak mengizinkannya melihat dunia luar walau di balik jendela sekali pun terutama untuk duduk di depan rumah itu. Tertekan, itu yang Claire rasakan selama ini.Bahkan ketika malam tiba, rindunya pada Kenneth kian membuncah. Berulang kali dia meneriakkan nama itu berharap ada bisikan di hati Kenneth jika wanita yang kini bersamanya bukanlah Claire. Bagaimana jika si wanita licik menaruh racun dalam minuman putranya ketika Nicholas kembali mengamuk?Claire memejamkan mata rapat, kemudian menggeleng keras. Itu tidak boleh terjadi. Akhirnya, dia menghampiri Oscar yang sejak tadi berdiri di ambang pintu mengamati tingkahnya. "Aku but
"Kau selalu melarangku melakukan ini dan itu. Di sini tidak ada larangan makan di dalam kamar. Bukankah kau juga pernah melakukannya ketika sedang marah pada ayah? Ah, Kenneth yang memberitahu itu agar aku juga bisa bersikap seperti nyonya di sini." Chloe tersenyum manis.Di mansion yang megah itu, Elena kembali berseteru dengan Chloe yang masih disangka Claire. Bukan masalah besar, perdebatan mereka bermula ketika seorang pelayan mengantar makanan ke kamar wanita licik itu.Elena memang pernah berjanji untuk bersikap baik pada menantunya, tetapi jika wataknya seperti itu apakah pantas jika terus diam?"Claire, kau seorang menantu dan aku adalah ibu dari suamimu. Tidak pantas seorang menantu berkata seperti itu pada mertuanya dan aku bisa mengadukan hal ini pada Kenneth. Mungkin kau lupa kalau aku pernah memergokimu memukul tangan Nicholas. Sebelum menikah dengan putraku, kau sangat mencintai Nicholas. Sekarang watakmu berbeda, kenapa kau berubah seperti Chloe?""Karena aku memang Chl
Jennifer yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari mereka langsung merasa aneh. Sejak dulu, Claire memang selalu melawan, tetapi tidak pernah bersikap seperti itu. Bukankah dia sangat keterlaluan?Gadis muda itu mengepalkan kedua tangannya karena merasa ragu kalau dia adalah Claire. Sepertu Elena dan semua orang, jika diminta untuk memilih, maka dia akan memilih Claire karena tahu wanita itu masih memiliki sisi baik, berbeda dengan saudari kembarnya.Belum ada bukti, Jennifer harus mencari tahu. Apalagi dia lah wanita yang menjadi selingkuhan Billy. Cinta terlalu meraja di sudut hati terdalam gadis itu sehingga dia sulit melupakan segala kenangan bersama tunangannya yang kini menjalani hukuman.Padahal dulu Billy adalah lelaki baik dan penyayang menurut Jennifer, dia bahkan tidak menduga akan bermain api di belakangnya karena selama ini Jennifer selalu memprioritaskan Billy.Kesetiaan berakhir dengan air mata ketika salah satunya belajar mengkhianati."Bibi Jennifer, kenapa kau tidak ma
Setelah keadaan Jennifer sudah membaik, dia bergegas keluar dari kamar mencari Elena. Kemarahan gadis itu berada di ujung tanduk, dendamnya harus dibalaskan. Setelah selingkuh dengan Billy, kenapa masih bisa mengangkat kepala begitu angkuh?Chloe terlalu bodoh, dia mengira Jennifer takut padanya, betul? Huh, itu omong kosong belaka, saat ini pikiran gadis itu dipenuhi oleh berbagai macam cara untuk mengusirnya. Sebelum Kenneth, dia harus mendiskusikannya pada Elena.Mengizinkan Chloe tinggal lebih lama bukankah sebuah masalah yang besar? Haruskah Jennifer melalukan perbuatan licik yang selama ini diajarkan oleh Billy? Ya, gadis itu pernah meminta cara untuk menghabisi Keily jika dia terus mengusiknya dan ada satu cara yang sangat bagus."Jennifer!" Gadis itu tersentak, lalu mengunci langkahnya. Ternyata Elena sudah ada di depan mata dengan jarak yang sangat dekat. "Kau hampir menabrakku!" lanjut wanita tua itu bermuka masam."Maafkan aku, Ibu, tetapi itu tidak penting sekarang. Ada se
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu