Claire memijit kening, sejak tadi dia tidak bisa tenang sampai Nicholas merasa bosan melihatnya diam, lalu pergi ke taman untuk bermain bersama pelayan. Gadis itu bahkan tidak menyadari telah mondar-mandir selama beberapa jam.Kenneth tidak pernah muncul, Claire pun tidak berani untuk melangkah ke luar mengingat Wilson ada di mansion. Dia hanya menyalakan lampu tidur, lalu kembali duduk di tepi ranjang. Bingung, Claire menjambak rambut sendiri.Dua detik Claire termangu di tempat, pintu kamar yang panjang itu terbuka lebar. Meskipun dalam cahaya remang, dia bisa tahu kalau lelaki yang berdiri di sana adalah Kenneth.Setelah menutup pintu, dia mendekat dengan lamban. Claire bisa mencium bau alkohol begitu jarak mereka tersisa sepuluh senti saja. Wanita itu membelalakkan mata ketika Kenneth dengan berani mencuri cium bibirnya."Ken, apa yang kau lakukan, sialan?!" Claire mendorong tubuh Kenneth ke belakang. Lelaki itu tertawa keras, tetapi matanya menitikkan bulir bening.Dia kesal kare
Sebelum fajar menyingsing, Claire langsung memakai kimono dengan hati-hati karena takut Kenneth terjaga. Wanita itu menghela napas panjang, lalu menajamkan pandangan. Sayang sekali, dia tidak bisa menemukan sesuatu yang dia cari.Akhirnya, wanita itu menyalakan lampu utama. Beruntung Kenneth masih terlelap sehingga dia bisa melakukannya diam-diam. Mata Claire memindai tempat tidur, tetapi tidak menemukan bercak darah di sana. Resah, dia bahkan harus menggeser Kenneth dengan kekuatannya yang sedikit.Nihil. Tidak ada bercak darah di sana. Claire mendesah, dia menjatuhkan bobot di tepi ranjang karena belum kuat untuk berdiri terlalu lama. Dia teringat pada kejadian dua tahun silam di mana selaput daranya robek karena terbentur ketika jatuh dari sepeda.Ya, dia masih perawan hanya saja tanpa bercak darah lagi. Tadi malam dia juga merasa kesulitan menerima milik Kenneth dan itu sangat menyakiti. Claire memijit kening, sekarang dia tidak lagi perawan padahal telah berjanji pada Jonathan a
Setelah sarapan pagi, Elena mengikuti langkah Wilson ke taman karena hendak menyampaikan sesuatu. Sepanjang malam dia terjaga demi menyusun kalimat yang tepat. Wanita tua itu sudah tidak tahan dengan keberadaan Claire di mansion.Dia tidak sabar melihat bagaimana wanita itu dipermalukan, kemudian terusir dari sana. Di detik yang sama, Elena akan kembali menjadi wanita penguasa di sana dan tidak ada lagi sosok yang selalu berhasil mematahkan argument-nya.Elena merasa punya kesempatan emas, dia segera duduk di kursi yang sama dengan suaminya. Wanita licik itu memasang mimik sedih, lalu berkata lirih, "Chloe terlalu banyak menyakitiku. Kau tahu, selama dia kembali, banyak sekali masalah yang dia buat. Pertama, Kenneth dan Nicholas dimanipulasi agar bisa memiliki kedudukan di rumah ini. Kedua, hati Jennifer dilukai dengan mengatakan Billy sebagai lelaki parasit karena belum menikahi putri kita. Ketiga, dia dengan beraninya menuduh Keily sebagai dalang dari kematian Ethan. Padahal kau tah
Kenneth baru saja keluar dari ruang ganti dengan penampilan seperti biasanya. Dia melirik sekilas pada Claire yang menatapnya lekat. Merasa ingin salah tingkah, lelaki itu melangkah menuju pintu kamar, tetapi Claire langsung mencekal tangannya. Mereka saling menatap tanpa hati yang menetap. Claire ragu dia masih bisa bernapas setelah ini, kalau tidak mengungkap kebenaran, akankah semua selalu berjalan sesuai rencana? Gadis itu menghela napas. "Ada sesuatu yang perlu kita luruskan, Ken." "Sesuatu apa? Jika itu tidak penting, aku akan pergi sekarang." "Aku bukan Chloe, kau tahu?" Mata Kenneth yang tajam seketika menyipit. Baginya, tidak ada waktu untuk membahas sesuatu yang bisa membuatnya marah. Lagi pula, apa maksudnya dengan tidak mengakui dirinya sebagai Chloe? "Kedatanganku ke Phoenix adalah sebuah rencana, tetapi itu bukan murni keinginanku. Ya, sejak pertama bertemu denganmu, aku berusaha membangkitkan rasa cinta, semua karena terpaksa. Aku tidak menduga kau menyimpan dendam
"Nyonya, Tuan Wilson memanggil Anda."Claire menoleh pelan, dia menyeka air mata yang sejak tadi jatuh membasahi pipi. Gadis itu tidak bisa mengelak sekarang, dia berusaha berdiri dengan kedua kakinya yang gemetaran, lalu melangkah ke luar, menuruni anak tangga dan berdiri tegak di hadapan Wilson.Semua orang berdiri di sana, kecuali Kenneth yang mungkin sudah berangkat ke kantor. Claire bisa melihat kebencian di mata mereka dan menebak kalau dirinya akan terusir detik ini juga.Wanita itu mengangkat dagu penuh percaya diri, dia berusaha menepikan rasa takutnya demi bisa bertahan di sana. Semua demi Nicholas, anak lelaki itu mengaku sedih jika mereka terpisah. Claire tahu, Nicholas masih membutuhkan kasih sayang."Aku tidak pernah peduli kau Chloe asli atau bukan, tetapi wajahmu mengingatkanku pada wanita licik di masa lalu." Wilson menggeram, hatinya berbisik untuk memukuli wanita itu dengan tongkatnya, tetapi berusaha dia tahan."Aku sungguh Chloe Dakota, Ayah. Kehadiranku di sini t
Nicholas kesal karena ini sudah hari ke tiga dia menelepon ayahnya, tetapi tidak pernah terhubung. Bukan hanya itu, sejak kepergian Kenneth, dia belum pernah kembali sama sekali atau sekadar memberi kabar. Sejak saat itu pula, Claire disiksa habis-habisan oleh para pelayan atas titah Wilson. Dia sudah berusaha melawan, tetap tidak menuai hasil. Tubuhnya kurus karena tidak diberi makan, beberapa lebam bekas sabetan juga menghiasi punggung dan betisnya. Kini, gadis itu menggigil dalam kamar yang disetel full AC, mengenakan pakaian mini serta dalam keadaan basah kuyup. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya. Claire hanya bisa marah dalam hati, lalu berjanji akan membalaskan dendam kemudian hari. Pintu kamar terbuka lebar, Claire mengangkat kepala dan melihat Billy menyeringai di depan sana. Entah apa tujuan lelaki itu datang, Claire harus bisa was-was karena tahu mereka adalah musuh besar. "Melihatmu seperti ini membuatku semakin tergoda, Chloe. Ayah mertuamu tidak ada di sini, para wan
"Maaf, aku tidak bisa menunda waktu, Ayah." Kenneth segera meninggalkan Wilson, melangkahkan kakinya dengan sangat cepat menuju kamar utama di mana Claire berada.Dia melihat wanita malang itu sudah berganti pakaian. Claire terus menunduk, menangis dalam pelukan putranya. Nicholas bersikap dewasa sebelum mencapai usia matang, dia sangat bisa diandalkan dan Kenneth senang melihat mereka."Nich, kembali ke kamarmu. Kau harus tidur siang, sementara aku ingin bicara dengan ibumu. Ayah yang akan menenangkannya. Jangan lupa untuk meminta pelayan membawa makanan yang banyak ke sini. Kau mengerti?"Dia mengangguk, lalu pergi dengan perasaan lega. Anak lelaki itu yakin kalau ibunya akan baik-baik saja. Ya, Kenneth yang menjaganya mulai sekarang dan tidak ada siksaan untuk Claire lagi, begitu pikir Nicholas."Apa yang mereka lakukan, Chloe? Katakan, kau tidak melawan?" Mata Kenneth berubah sayu, dia merasa kasihan melihat gadis itu yang berwajah suram."Mereka menghukumku karena dosa di masa la
Claire merasa tidak adil dengan kehidupan yang dia jalani. Chloe berselingkuh sekaligus dituduh sebagai dalang atas kasus kematian Ethan, tetapi dirinya yang harus menerima hukuman. Dia hidup sebagai istri dari lelaki bernama Kenneth yang berdarah dingin serta kejam tidak pandang bulu.Berbagai penyesalan bergelut dalam pikirannya, Claire hanya bisa pasrah sekarang. Wanita itu memanyunkan bibir, dia merasa tidak boleh mundur atau mengalah pada Chloe pada pekan ke tiga yang sudah dijanjikan.Tidak mungkin itu memberikan posisi itu ketika Kenneth kembali jatuh cinta. Claire telah menjalani banyak hukuman berat, bahkan hampir merenggut nyawanya, lalu kekuasaan itu akan dimiliki Chloe nanti?"Tidak, aku harus melawan Chloe sekarang. Jika aku menerima hukuman atas kesalahannya di masa lalu, bukankah lebih baik untuk menerima cinta Kenneth pula?" Claire berbicara pada cermin yang memantulkan bayangannya.Resah, wanita itu kemudian melangkah cepat keluar kamar mencari Nicholas. Pikirannya se
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu