"Ma-maaf, Tuan, Anda salah paham. Kami tidak bermaksud mengatakan itu pada Nicholas. Tadi hanya ....""Perkenalkan dirimu, lalu ikut aku ke ruang Kepala Sekolah!"Wanita itu menghela napas berat. "Aku Evelyn, Tuan."Kenneth mengangguk cepat, kemudian meraih tangan Nicholas dan membawanya ke ruang kepala sekolah. Evelyn sendiri terpaksa mengikut di belakang sambil terus menggerutu karena tidak menyampaikan perintah Claire kemarin.Dia keras kepala dan tidak menyangka kalau Kenneth akan datang ke sekolah mereka. Seperti yang semua orang tahu bahwa Kenneth adalah donatur tetap mereka dan memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur kepala sekolah dengan uangnya.Pintu ruang kepala sekolah sudah terbuka, seorang lelaki bertubuh gemuk tersentak dengan kedua mata membulat sempurna. Dia tidak menduga kalau Kenneth akan menemuinya secara mendadak.Bukan tidak tahu, kepala sekolah itu sendiri yang meminta Evelyn untuk diam saja. Sebenarnya mereka sudah mau memindahkan David, tetapi orang tuanya ter
Kenneth tiba di Michigan setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih empat jam. Lelaki itu melirik pada jam tangan yang menunjuk pukul sembilan malam. Dia sangat kelelahan karena setelah meeting tadi tidak bisa langsung berangkat sebab banyak urusan lain yang harus diselesaikan dan Wilson bisa saja marah jika Kenneth tidak melakukan tugasnya dengan baik.Lelaki itu mempercepat langkahnya. Dia menyusuri koridor DMC Harper University Hospital dengan perasaan gelisah. Informasi yang dia dapat adalah wanita itu berada di rumah sakit dan tidak tahu apa alasannya. Dia terus melangkah ke ruang perawatan mengikuti langkah seorang perawat."Apa ini kamarnya?" tanya Kenneth sambil mencengkram lengan perawat itu yang hampir saja meraih handel pintu."Iya, Tuan. Ini kamar pasien atas nama Jonathan.""Siapa Jonathan? Aku tidak mencarinya, tetapi mencari Chloe. Chloe Dakota, kau tahu?""Aku mengerti, Tuan, dan Nona Chloe sendiri yang membawa Tuan Jonathan ke sini."Orang suruhan Kenneth langsu
Setelah berlari cukup jauh, akhirnya Claire bisa mencekal tangan saudaranya. Dia menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya yang terasa kosong dari oksigen. "Kenapa kau masih mengejarku? Harusnya kau segera kembali ke Phoenix dan tidak usah memikirkan ayah. Uang sudah ada di tanganku, kenapa harus risau lagi?""Aku tidak bisa pergi dengan tenang kalau kau tidak meyakinkanku untuk merawat ayah, Chloe!"Wanita yang sangat mirip dengan Claire itu tersenyum licik. "Tidak perlu bukti, kau pun sama tidak bisa memberiku bukti kalau Kenneth akan kembali padaku. Tadi kau bilang dia masih berkepala dingin dan kau sulit menaklukkannya. Ketika aku ingin tukar posisi denganmu, kenapa kau menolak?"Sekarang Claire mengatup bibirnya rapat. Dia memang tidak mengizinkan Chloe untuk kembali karena di sepanjang jalan ketika dirinya berangkat ke Michigan, hati gadis itu sibuk memikirkan Kenneth. Bahkan saat matanya terpejam pun dia masih bisa melihat bayangan lelaki itu.Dia kesal pada dirinya sen
"Nicholas, kau harus bersiap ke sekolah!"Anak lelaki itu tersentak begitu mendengar suara seseorang yang sangat dia kenali. Dia mengucek mata agar pandangannya tidak lagi samar. Di depan Nicholas, Claire berdiri tanpa senyuman."Ibu? Sejak kapan kau ada di sini?""Nich, apa kau tidak mendengarkan ibumu? Kau tidak ingin ke sekolah? Apa ada masalah lagi?" Claire langsung menodong dengan banyak pertanyaan. Dia sengaja memasang tampang ketus agar anak lelaki itu tidak mencoba untuk berbohong.Dia sedikit kesal melihat Nicholas terlelap padahal sudah pukul tujuh pagi. Anak lelaki itu sendiri tidak takut, dia mengukir senyum karena terlalu bahagia melihat wanita itu kembali. Bukannya menjawab, dia langsung mendekat, menenggelamkan diri dalam pelukan Claire."Ibu, kau tahu aku sangat merindukanmu. Urusan apa yang membuatmu harus ke Michigan? Apa ibu tahu kalau hari ini aku berencana menyusulmu ke sana bersama ayah?"Claire tersentak mendengar ucapan Nicholas. Untuk sejenak, jantungnya berde
Claire senang melihat Nicholas tidak lagi diganggu oleh teman-temannya. Dia sengaja memantau dalam kelas untuk memastikan putranya baik-baik saja. Benar, Bu Evelyn tidak pernah lagi terlihat di sekolah itu bahkan David sudah dipindahkan.Ternyata Kenneth begitu peduli pada putranya, hanya saja selama ini selalu diracuni oleh laporan kotor dari pihak sekolah sehingga dia selalu fokus bekerja tanpa ada niat meluangkan waktu untuk Nicholas.Kesibukan Kenneth sendiri sebenarnya beralasan. Lelaki berdarah dingin itu tidak ingin terlena memikirkan Chloe. Bahkan melihat Nicholas pun terkadang menciptakan perih dalam dadanya."Ibu, kenapa kau termenung?" Nicholas melambaikan tangannya di depan wajah Claire yang menatap kosong sejak tadi.Gadis itu mengedipkan mata kuat, dia baru kembali dari alam bawah sadarnya sampai tidak menyadari kalau jam pelajaran Nicholas telah selesai. "Oh, kau sudah selesai?""Kurasa ibu terlalu banyak berpikir. Bagaimana kalau kita ke taman itu lagi?"Tawaran Nichol
"Aku kembali karena merindukan Nicholas." Claire memberanikan diri untuk menjawab karena sekalipun dia diam, pasti tetap disalahkan.Terlalu lemah jika dia memilih untuk diam. Claire tahu saat ini dia adalah pengkhianat yang patut dihukum, bahkan ketika menatap mata Wilson, dia bisa merasakan sikap dingin lelaki tua itu menembus ulu hatinya."Kau tidak cukup pintar untuk mengelabuiku, Chloe. Aku sudah sangat paham bagaimana sikapmu selama ini dan tidak mungkin perangai buruk itu bisa berubah dalam waktu singkat. Nicholas tidak membutuhkan ibu, baginya kau sudah meninggal dan jangan mendekatinya lagi. Kau tidak pantas menjadi ibunya!" Wilson menunjuk wajah Claire dengan tongkat yang selalu dia bawa di tangan kanannya.Lelaki itu memang sudah tua, tetapi tenaganya masih cukup untuk menampar Claire. Tatapan mata tajam itu perlahan menghapus keberanian Claire yang sejak tadi dikumpulkan. Sekarang tangan dan kakinya gemetaran, Claire merasa tidak mampu melawan Wilson atau sekadar membalas
"Anda harus tahu, Tuan, bahwa gadis ini bukan Chloe Dakota. Dia sengaja datang ke sini untuk mengambil alih kehidupan Chloe, sayangnya dia tidak tahu kalau wanita sialan itu meninggalkan banyak kesalahan. Jadi, dia memang tidak pantas dihukum jika menyangkut masa lalu karena kesalahannya adalah berpura-pura sebagai Chloe." Claire tertawa keras mendengar penjelasan Billy. Gadis itu merasa harus semakin berani untuk melawan karena lelaki licik itu ternyata sudah tahu rahasianya yang entah dari siapa. "Kau sedang bercanda, Bill? Apa kau gila karena aku menolakmu kemarin? Ah, ayah mertua seharusnya tidak tahu hal itu karena akan melukai hati Jennifer." "Ada beberapa keganjalan sejak kau masuk ke mansion ini dan lihat, tidak mungkin Chloe bisa mencintai anaknya!" Elena ikut menambahkan membuat Claire semakin disudutkan. Wilson menggeram, dia tidak mengerti dengan semua yang didengarnya. Semula mereka mengatakan bahwa Chloe kembali untuk memanipulasi perasaan Kenneth dan sekarang malah me
Kenneth sudah tiba di kamarnya, dia tidak menemukan Claire di sana padahal baru ditinggal sebentar. Akhirnya dia kembali melangkah panjang menuju kamar Nicholas. Terdengar suara keributan di sana dan itu membuat Kenneth merasa khawatir.Ternyata Jennifer memberontak dalam kamar besar itu, dia terus berteriak dan menggerutu tidak jelas sementara Nicholas bersembunyi di belakang Claire, kedua tangannya bergetar ketakutan."Apa ini, Jenn? Kau menakuti putraku?!"Suara bass dari Kenneth mengejutkan mereka semua. Gadis cantik bermata amber itu menatap kesal pada saudaranya. Jennifer meraih bingkai foto kecil di nakas, lalu melemparnya kuat hingga pecah.Nicholas yang melihat lantas berteriak karena itu adalah fotonya dengan Claire yang sengaja dia ambil beberapa hari lalu, kemudian meminta pelayan untuk mencetaknya. Itu foto satu-satunya yang mereka punya, terlihat bahagia di sebuah taman yang indah."Apa Bibi Jennifer tahu kalau foto ini sangat berharga?!" bentak Nicholas tidak lagi pedul
Kenneth menyusul istrinya di taman yang selalu indah itu. Sebuah tempat di mana Claire pernah dihukum oleh Elena dan Keily dengan mengerumuninya dengan semut. Akan tetapi, semua kini berbeda karena dia tengah berbincang hangat dengan Nicholas.Apa yang mereka bicarakan? Kenneth terlalu penasaran, dia pun mendekat dengan langkah yang sangat pelan agar tidak ketahuan. Dia berhenti, berdiri di balik pohon kecil."Aku tahu, Ibu. Pertama melihatmu, aku berusaha untuk membenci karena ayah menyuruhku, tetapi aku tidak bisa. Setiap hari aku marah karena sulit untuk benci padamu. Apalagi kau sangat lembut dan penyayang dan itu meluluhkan hatiku. Kurasa, ayah pun memiliki perasaan yang sama sehingga tidak langsung menghukummu?""Benarkah?"Nicholas mengangguk. "Kau tahu, ayah selalu marah pada siapa saja yang mencoba untuk mengenalkannya dengan wanita lain. Ketika mereka menyebut nama Chloe, aku pasti bersembunyi dalam kamar untuk menghindari amukannya. Ayah adalah orang yang paling membenci ib
"Kau bukan tidak percaya, tetapi tidak menduga, Ken." Elena tersenyum tipis pada putranya. "Tentu saja, karena dia ada dalam hatimu. Kau memberikan cinta yang tulus, tetapi kemudian berkhianat. Sebenarnya, aku memang pernah memergoki mereka sedang bercumbu dalam kamar kosong, tetapi hanya diam karena tidak ingin mendapat masalah. Aku tahu, mengusik Claire akan membuatmu marah. Akan tetapi, ketika masalah ini sudah kita bahas, mustahil untuk tetap diam, bukan?"Dada Claire naik turun, dia sedang tersulut emosi dan mencoba menebak dalang dari masalah itu. Dia mengamati tingkah semua orang yang berdiri di sana dan mendapati si pelayan gemuk selalu mencuri pandang pada Elena.Dugaan yang bagus. Claire tahu kalau mereka berdua bersekutu untuk melawannya. Baiklah, jika itu yang Elena inginkan, maka Claire pasti memberi bukti kalau dia memang pantas untuk tetap hidup sebagai menantu keluarga Wilson.Apa yang harus dia takutkan? Kenneth percaya padanya dan Elena adalah orang yang sangat dia b
Ini kali pertama Claire memasuki kamar Jennifer. Dia sengaja memboyong gadis itu karena penasaran dengan sesuatu. Ternyata jawabannya sudah ada, Jennifer memang sangat mencintai Billy. Kamar mereka penuh dengan foto lelaki sialan itu.Apakah romantis? Tidak, Claire tidak melihat cinta di raut wajah Billy. Dia terlihat seperti menganggap Jennifer adik sendiri. Kenapa gadis itu tidak bisa melihatnya? Mungkinkah dia baru belajar mengenal cinta?Dalam foto itu, Jennifer lah yang selalu tertawa lepas, memeluk bahkan bersandar di bahu Billy. Sementara Billy tersenyum samar, bahkan tidak menyentuh pundak kekasihnya sama sekali seakan foto itu tidak pernah dia inginkan."Menyedihkan!" umpat Claire tidak sengaja.Elena menoleh. Jennifer memang bukan anak kandungnya, tetapi apakah pantas dia mendengar umpatan tadi? Gadis itu terlalu lugu, Elena sangat tahu. Antara mereka berdua, Elena lebih memilih Jennifer."Apa maksudmu? Kau mengatakan Jennifer menyedihkan karena dia hamil sementara Billy tel
Kenneth dan Claire sudah tiba di depan rumah. Sepanjang jalan tadi, wanita itu memikirkan nasib saudaranya. Meskipun dia terkenal licik dan kejam, tetap saja tidak dapat menutup kemungkinan kalau mereka lahir di rahim yang sama.Ketika rindu itu tiba, haruskah Claire mematung di depan cermin? Kenapa Chloe bisa sejahat itu padahal ayahnya kerapkali mengingatkan untuk baik kepada siapapun? Pada tahun itu, Claire terlalu banyak merasakan kesedihan.Berawal dari dirinya yang dipaksa pergi ke Phoenix, mendapat hukuman berat, menyusul kematian ayah dan saudaranya. Claire tidak menduga kalau kejadian itu akan terjadi di tahun yang sama bahkan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana jika ternyata Kenneth marah begitu melihat Claire yang memiliki wajah mirip dengan saudaranya? Apakah itu akan membangkitkan dendamnya?"Ada apa denganmu, Claire? Kau terlihat memikirkan sesuatu." Kenneth menegur karena sejak tadi wanita itu hanya diam tanpa berani melangkahkan kakinya.Di mansion itu dia m
"Chloe telah mati."Claire tersentak. Otot di wajahnya menegang mendengar kalimat Kenneth. Mereka baru saja bertemu, Claire masih bisa melihat bagaimana saudaranya begitu tangguh bahkan ketika mendapat siksaan. Benarkah dia telah mati? Apakah berendam di air es memang sangat bahaya?Dia tidak berkutik, air mata pun enggan menjadi bukti kesedihannya. Hati Claire seperti mati dan hal yang paling diingat sekarang adalah dia benar-benar hidup sebatang kara. Mungkinkah seandainya dia juga berkhianat, maka berakhir seperti Chloe?"Tidak, itu tidak mungkin.""Kau menyesal?""Maksudku ...." Claire tidak tahu mencari alasan padahal yang dia maksud adalah mustahil untuk mendua. "Em, mereka bagaimana?" tanya Claire kemudian menatap Keily dan Billy yang babak belur.Mereka kurus seperti mayat hidup, bawah mata hitam dan banyak luka di wajahnya. Tidak ada lagi aura kecantikan yang selalu Claire lihat ketika berhadapan dengan Keily. Dia sudah berubah menjadi wanita super jelek. Apalagi Billy, wanit
"Lalu bagaimana denganku?" Oscar kembali mengajukan pertanyaan begitu melihat Nicholas memasuki kamarnya. Dia tahu mereka menjaga rahasia dari anak lelaki itu. Ah, entahlah, Oscar tidak peduli pada siapapun saat ini."Lebih baik kau bergegas kembali ke Michigan sebelum aku berubah pikiran!""Pulanglah, jangan memikirkan apa pun lagi," tambah Claire lembut.Oscar tidak bisa tersenyum, Claire menduga lelaki itu memang sulit berpisah dengannya. Wanita itu bingung harus sedih atau tidak karena takut ekspresinya terbaca oleh Kenneth. Sepasang kekasih itu saling menatap tanpa ada ruang untuk menetap.Mereka seperti berbicara dari hati, menyampaikan segala rindu yang semakin mustahil berujung temu. Pada akhirnya, cinta tidak selalu berbuah manis sekalipun berjuang sepanjang siang dan malam untuk bersama. Oscar mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Lelaki yang malang, dia bertekad untuk melupakan Claire dengan caranya sendiri. Kembali ke Michigan h
"Ya, aku tahu segalanya. Oscar berkata jujur tentangmu yang selalu mengingatku dan Nicholas. Kau menghabiskan waktu sepanjang siang dan malam menungguku menemukanmu. Betul?""I-iya, ta-tapi kenapa kau tidak datang dan membiarkanku tinggal di sana?""Chloe harus melakukan tugasnya di sini. Aku tidak boleh menghukum seseorang tanpa alasan, maka kubiarkan dia melakukan banyak kesalahan. Sementara itu, aku juga menguji kesetiaan dan ketulusanmu, apakah bertahan untuk tetap bersamaku meskipun berada di bawah tekanan mantan kekasihmu. Aku tahu jawabannya meski kau berusaha untuk mengelak.""Apa jawabannya?" kejar Claire semakin penasaran."Selama ini aku berpura-pura bodoh bahkan ketika sendirian agar rencana ini berhasil sepenuhnya. Betul bahwa kau tidak meminta Chloe untuk mengganti posisimu dan dia memang patut disalahkan. Semua yang dikatakan Oscar itu jujur termasuk semua hal yang terjadi di Michigan. Kalian sendiri tahu aku adalah CEO dengan pengaruh paling besar di sini juga memiliki
"Kau memang pantas untuk dihukum. Setelah membawa kabur kekasihmu, kalian datang dan menyebar fitnah padaku. Ya, aku akui sudah salah karena menuruti keinginan Claire, itu semua agar Kenneth bisa mendapatkan kebahagiaan meskipun hanya sandiwara. Aku yang bodoh sudah terjebak dalam permainan kalian!""Chloe!" bentak Wilson tidak tahan melihat raut wajah wanita itu. "Semua penghuni mansion, dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan, seluruh bodyguard bahkan aku sendiri tahu kalau kau tidak semudah itu untuk ikut dalam permainan seseorang terutama jika kau membencinya. Claire yang lemah itu sukses menjebakmu? Mustahil dan jangan katakan itu lagi.""Ayah, dulu aku memang selicik itu, tetapi tidak pada adik sendiri.""Ya, karena kau tidak licik pada adik sendiri sehingga mengirimnya ke sini untuk menyamar menjadi dirimu." Tanpa mengalihkan pandangan, Wilson melanjutkan, "urus mantan istrimu ini, Ken. Aku harus ke luar bersama ibumu. Di sini terlalu banyak masalah dan itu akan menambah pe
Dengan berat hati Oscar membawa Claire kembali pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tadi, mereka hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Satu yang lelaki itu patut syukuri yakni kekasihnya mau memberi kenangan dengan berfoto bersama.Kini, mereka sudah tiba. Beberapa pelayan hanya melirik sebentar, tetapi kemudian melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengenali Claire yang sengaja memakai kacamata dan masker dengan penampilan seperti biasa saat masih tinggal di Michigan."Kau sudah siap?" tanya Oscar, padahal sia sendiri tidak tahu kenapa menanyakan hal itu.Jika ditanya tentang perpisahan, maka dia lah yang paling menolak untuk berpisah. Akan tetapi, siap atau tidak, Claire telah menentukan pilihannya. Mereka memang belum berjodoh."Ayo!" ajak Oscar berani.Lelaki itu sudah tahu konsekuensi menculik Claire dan hukuman apa saja yang mungkin dia terima nanti. Hari ini, pekerja kantoran libur, tentu saja Kenneth dan Wilson ada di sana.Mereka melangkah beriringan melewati pintu